Sahidah: Penjaga Tenun Songket Sambas

Sahidah, pelestari tenun songket Sambas, di umurnya yang menginjak 73 tahun ia masih bersemangat melestarikan kain tenun songket Sambas. Ia adalah salah satu penenun yang gigih dan membuat kain tenun songket Sambas semakin terkenal hingga ke negara tetangga, Malaysia. Saat ini, produksinya tidak hanya berupa kain, namun sudah dikombinasikan menjadi kemeja, peci, tas dan sebagainya.

Kiprahnya dalam menggeluti tenun berbuah manis. Tidak hanya dapat menghidupi keluarganya, ia juga pernah mendapatkan penghargaan Anugerah Kebudayaan untuk Kategori Pelestari dan Pengembang Warisan Budaya dari Menteri Kebudayaan dan Pariwisata pada 2008. Harian Kompas pun pernah menerbitkan artikel khusus dirinya di kolom Sosok yang terbit pada Kamis, 23 April 2015.

Papan penanda Rumah Sahidah

Sahidah lahir pada 5 Mei 1945 di Dusun Simbarang, Kota Sambas, Kalimantan Barat. Sejak dahulu, Dusun Simbarang terkenal dengan banyaknya penenun songket dengan kualitas produk yang baik. Beruntung, ibunya, Hasinah, memiliki kemampuan menenun dan mengajarinya. Sewaktu muda, ia diajari bahwa keahlian menenun sama pentingnya dengan keahlian menanak nasi bagi gadis.

Ia belajar menenun tahap demi tahap, dari yang sederhana seperti mengenali dan memintal benang, menghubungkan benang, menattar, mencual hingga dapat menenun sehelai kain tenun songket Sambas. Seiring bertambah umur dan pengalaman, ia semakin pandai dalam menenun hingga mendisain motif tenun songketnya sendiri.

Pada awalnya, sehelai kain tenun buatannya tidak selalu dibayar dengan uang, namun barter dengan hasil pertanian seperti beras. Terkadang, ia juga harus menjual beras untuk bisa memiliki modal untuk pembuatan kain tenun berikutnya. Usaha ini ia geluti dengan ibundanya hingga berumur 26 tahun karena pada 1970, ia harus merantau ke Kota Singkawang karena usaha songket di Kota Sambas sedang lesu.

Berselang empat tahun merantau di Singkawang, ia harus kembali ke Sambas karena diboyong oleh suaminya. Di Sambas, Ia kembali membuka usaha tenun songket Sambas. Usahanya harus tutup pada 1980 karena Ia ingin fokus mengurus keluarganya. Ia sadar bahwa usahanya akan kembali ke titik nol, namun tekadnya sudah bulat.

Setelah 15 tahun vakum, kerinduannya pada dunia menenun tidak dapat tertahan lagi. Saat itu, anak-anaknya sudah besar dan sudah mulai berkuliah. Ia kembali menghidupkan usahanya dengan modal dua helai kain songket yang dibelinya di Dusun Simbarrang. Saat itu, kondisi perdagangan kain songket Sambas telah banyak berubah, terdapat motif-motif baru. Selama lima tahun pertama, Ia menjual kain dengan mengunjungi rumah ke rumah.

Dari waktu ke waktu, pesanan kain tenun songket Sambasnya meningkat. Ia menggunakan ruang tamu di rumahnya sebagai galeri kecil untuk menjual kain-kainnya. Penenun kemitraannya pun semakin bertambah, dari 5 orang menjadi 30 orang. Ia mengajak gadis-gadis muda di sekitar rumahnya untuk belajar menenun. Seperti yang telah diajarkan kepadanya, menenun sama pentingnya dengan menanak nasi.

Dalam mencari mitra penenun, tidak jarang ia harus menghadapi medan jalan yang menantang demi mengunjungi penenun di dusun-dusun sekitar Kalimantan Barat.  Dari jalan becek dan berlumpur, hingga mendayung sampan ia lakoni. Selain medan yang berat, ia juga menghadapi tantangan lain. Saat itu, banyak anak-anak muda yang mencari kerja ke negeri tetangga atau menenun untuk pedagang asing. Sahidah tidak henti-hentinya berusaha meyakinkan bahwa menenun songket dapat menghidupi sekaligus menjaga kelestarian budaya.

Sahidah menunjukkan pola motif buatannya.

Keuletannya mengarungi dunia tenun menciptakan motif-motif khas kain tenun songket Sambas produksinya. Salah satunya adalah motif daun gali. Saat ini, ia memfokuskan diri untuk mendisain motif-motif dan menggambar polanya di kertas. Ia memiliki banyak disain motif kain tenun songket Sambas.

Motif daun gali

Sejak 2000-an, Sahidah dibantu oleh anaknya yang bernama Alfian dalam mengembangkan dan melestarikan kain tenun songket Sambas.Bersama anaknya, ia terus melebarkan sayap agar minat masyarakat terhadap kain tenun songket Sambas meningkat. Upayanya dalam pelestarian budaya ini sangat bersungguh-sungguh.

Miniatur alat tenun songket Sambas yang menjadi koleksi galeri Sahidah.

Kegigihannya itu dibuktikan dengan mengadakan beberapa kali kegiatan pengenalan proses membuat kain tenun, mengenali alat-alat pembuatannya, dan mengikuti kegiatan pameran kerajinan tangan Indonesia bertaraf nasional. Ia juga memiliki keinginan untuk mendirikan museum kain tenun songket Sambas. Barang-barang antik yang berkaitan dengan kain tenun dan kain-kain tenun kuno songket Sambas ia kumpulkan satu demi satu.

Sampai saat ini, beliau masih mempunyai semangat yang tinggi untuk pelestarian songket Sambas. Semoga apa yang telah dikerjakan oleh beliau, dapat menimbulkan minat pada pemuda-pemudi untuk melanjutkan perjuangan beliau. Semoga.

Sumber

Alfian (2017) Profil Kerajinan Tenung Songket Sambas. tanpa penerbit: Sambas

Erwin Edhi Prasetya “Sahidah: Pelestari Tenun Songket Sambas” Kompas 23 April 2015

“Biografi Ibu Sahidah Sebagai Pengusaha dan Pelestari Tenun Songket Sambas”

 

 

Pesan, saran dan kritikmu turut membangun website ini!

error: Maaf, konten terproteksi.
%d bloggers like this: