Tari Topeng: Ketahui Lebih Dalam dan Referensinya

Tari topeng adalah salah satu kekayaan budaya Indonesia.

Sesuai dengan namanya, tari ini ditarikan oleh penari yang menggunakan topeng.

Tari topeng di Indonesia sangat bervariasi. Setiap daerah memiliki kekhasannya masing-masing.

Beberapa yang terkenal adalah tari Topeng Cirebon, tari Topeng Betawi, Tari topeng Hudoq dan sebagainya.

Artikel ini akan menjelaskan lebih dalam keunikan, filosofi, dan nilai yang terkandung dari berbagai jenis tari topeng dengan referensi pilihan yang juga dapat dibaca kembali atau untuk penelitian lebih lanjut.

Mari kita simak satu per satu.

Tari Topeng Cirebon

Tari Topeng Cirebon mempunyai hubungan dengan tari topeng yang berkembang di Jawa Timur pada abad ke-10 masehi.

Tari ini menjadi salah satu pondasi dalam penyebaran Islam di Cirebon.

Sejarah Singkat

Seperti yang tertulis dalam Babad Cirebon Carang Satus yang ditulis Elang Yusuf Dendrabrata, tarian ini digunakan sebagai alat diplomasi dalam penyebaran Islam.

Sunang Gunung Jati, salah satu Wali Songo dan pemimpin di Cirebon, mendapat tantangan dari seorang pemimpin dari Krawang yang bernama Pangeran Welang.

Pangeran Welang sangat sakti karena memiliki pusaka yang bernama Curug Sewu.

Sunan Gunung Jati bersama Pangeran Cakrabuana mencari cara agar perselisihan dengan Pangeran Welang tidak menimbulkan pertumpahan darah.

Siasatnya adalah dengan mengadakan tari Topeng Cirebon dengan menampilkan Nyi Mas Gandasari yang saat itu menjadi primadona.

Pangeran Welang terpikat dengan pesona Nyi Mas Gandasari sehingga ia berniat menikahi penari itu.

Nyi Mas Gandasari mau menerima lamaran Pangeran Welang dengan syarat dilamar dengan pusaka Curug Sewu.

Pangeran Welang pun rela menyerahkan pusaka saktinya tersebut.

Ia pun menikahi Nyi Mas Gandasari. Perselisihan mereda dan akhirnya pun Ia memeluk Islam.

Tari Topeng Cirebon terus populer di khalayak umum pada masa setelahnya.

Sampai kedatangan VOC di Cirebon yang menimbulkan banyaknya variasi tari topeng Cirebon seperti yang kita kenal sekarang.

Lasmiyati mencatat dalam “Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Tari Topeng Cirebon Abad XV – XX” bahwa beberapa penari keraton Cirebon mengasingkan diri dari keraton karena campur tangan VOC semakin hari semakin besar.

Kepergian para penari keraton Cirebon ke daerah luar keraton menimbulkan banyak variasi tarian, khususnya tari topeng Cirebon. Daerah-daerah tersebut, di antaranya:

  • Losari, Timur Cirebon. Keunikan tari topeng gaya Losari adalah adanya gerakan melenting ke belakang, seperti orang yang akan melakukan geraka breuh.
  • Palimanan, Barat Cirebon. Gaya tari topeng Palimanan adalah gaya yang ditarikan oleh Ibu Suji, maestro tari topeng yang telah tampil keliling dunia.
  • Desa Slangit, Palimanan. pertunjukan tari topeng gaya Slangit disajikan dengan diawali tarian Panji, kemudian tarian Samba/Parmindo, lalu Rumyang/Temenggung dan terakhir tari Klana.
  • Gegesik, daerah ini menjadi salah satu daerah persebaran tari topeng Cirebon. Masa emas tari gaya Gegesik ini terjadi pada 1934 hingga 1939 karena hampir setiap minggu para seniman melakukan pentas.

Busana Tari

Sebagai salah satu bentuk penyebaran Islam, busana tari Topeng Cirebon menutupi aurat penarinya.

Bahkan penarinya juga menggunakan kaus kaki hingga selutut.

Busana Tari Topeng Cirebon

Busana Tari Topeng Cirebon (sumber: Nurul Fitri. yang diambil dari Sanggar Sekar Pandan, Cirebon)

Penjelasan perlengkapan tari secara lengkap sebagai berikut:

  • Sobrah, adalah penutup kepala ciri khas tari Topeng Cirebon. Ia juga dikenal dengan nama tekes. Sobrah memiliki rawis yang terbuat dari beanng wol yang diuntai panjang dan disimpan di samping kanan dan kiri depan takes.
  • Kedok/Topeng. Topeng pada tari Topeng Cirebon memiliki bermacam jenis dan memiliki karakternya masing-masing. Akan dijelaskan pada sub tema selanjutnya.
  • Sumping, untaian panjang tempat menempelnya kembang melok
  • Baju kutung
  • Dasi, untuk peran Tumenggung dan Patih. Selain keduanya menggunakan panekek atau kalung wulan Tumenggung
  • Badong/Ikat pinggang, biasanya terbuat dari logam
  • Kain ules
  • Tapi/Sinjang
  • Sontog
  • Soder/Sampur/Selendang, dengan panjang 2,5 m dan lebar 40 cm, dibelitkan melalui sabuk hingga kedua ujungnya menguntai di sebelah kiri dan kanan depan penari

Rachnasandika.com juga menyediakan busana tari tradisional Indonesia, dapat dilihat ditautan berikut. Menyediakan busana tari tradisional Indonesia.

Filosofi dan Makna Topeng

Terdapat lima karakter topeng dasar yang berbeda berdasarkan pada wataknya.

Setiap karakter topeng memiliki gaya geraknya sendiri-sendiri.

Kelima karakter tersebut dinamakan Panca Wanda.

Ialah

Topeng Panji Koleksi Sanggar Sekar Pandan, Cirebon

Topeng Panji Koleksi Sanggar Sekar Pandan, Cirebon

Pertama, Panji dengan wanda lemah lembut dan penyantun berwarna putih.

Topeng Panji bermata sipit dengan alis tipis dan mulut sedikit terbuka.

Ia ditarikan dengan gerakan yang paling halus.

Melambangkan kesucian, seperti manusia yang baru lahir.

Topeng Samba Koleksi Sanggar Sekar Pandan, Cirebon

Topeng Samba Koleksi Sanggar Sekar Pandan, Cirebon

Kedua, Parmindo atau Samba dengan wanda satria, putra mahkota dengan warna cat telur asin.

Topeng ini memiliki hiasan melilit di kening topeng dengan bentuk mata kecil dan alis tipis.

Mulut agak terbuka sehingga terlihat giginya.

Bentuk hidung agak kecil dan mancung.

Karakter topeng ini menggambarkan kegembiraan dan kemudaan.

Topeng Rumyang Koleksi Sanggar Sekar Pandan, Cirebon

Topeng Rumyang Koleksi Sanggar Sekar Pandan, Cirebon

Ketiga, Rumyang dengan wanda berbudi lincah dengan warna cat merah jambu.

Topeng ini menyerupai topeng Samba/Parmindo, namun memiliki hiasan berbentuk rambut ikal.

Ia melukiskan watak halus dan terbuka

Topeng Tumenggung Koleksi Sanggar Sekar Pandan, Cirebon

Topeng Tumenggung Koleksi Sanggar Sekar Pandan, Cirebon

Keempat, Tumenggung dengan wanda satria warna cat merah muda.

Topeng ini memiliki mata yang besar dan membelalak dengan alis sedang dan mulut besar yang terbuka lebar.

Di atas bibirnya juga memiliki kumis yang lebat sampai ujung mulutnya.

Topeng ini menggambarkan gagah dan berani.

Topeng Klana Koleksi Sanggar Sekar Pandan, Cirebon

Topeng Klana Koleksi Sanggar Sekar Pandan, Cirebon

Kelima, Kelana dengan wanda danawa warna cat merah.

Topeng Klana memiliki karakteristik mata besar, hidung mancung, kumis lebat, jenggot dan pada dahi dan pelipisnya ada hiasan rambut ikal.

Ia berwatak kasar, congkak, galak dan pemarah.

Filosofi Gerakan Tari

Tidak hanya busana yang tertutup, gerakan tarian ini pun bernapaskan ajaran agama Islam dan nilai-nilai lokal.

Ada sembilan gerak dasar tari ini.

  • Adeg-adeg yang bermakna berdiri dengan kokoh
  • Pasangan yang bermakna menjadi tauladan bagi orang lain
  • Capang yang bermakna ringan tangan untuk menolong
  • Banting Tangan yang bermakna bekerja keras
  • Jangkung Ilo yang bermakna pandai mengukur kemampuan dan keinginan
  • Godeg yang bermakna selalu memperhatikan sekitar khususnya yang sedang kesusahan
  • Gedut yang bermakna selalu berbagi dengan sesama
  • Kenyut yang bermakna kepincut, atau tertarik dengan hal-hal positif
  • Nindak yang bermakna tindak atau berbuat. Apa yang kita kerjakan selalu mengharap ridho Allah SWT.

Tari Topeng Betawi

Tanah Betawi juga memiliki jenis tari topeng tersendiri.

Saat ini tokoh yang masih melestarikan tari ini adalah Ibu Kartini Kisam.

Sejarah Singkat

Perkembangan tari ini masih memiliki hubungan tari topeng yang berkembang di Cirebon.

Kartini menulis, seperti yang dicatat oleh Rizky Putri Astuti,

Tari Kedok/Topeng yang berkembang di wilayah budaya Betawi pinggiran merupakan penyederhanaan dari tarian topeng kecil Cirebon yang biasa terdiri dari enam sampai delapan topeng.

Tarian ini adalah tari tunggal yang dilakukan oleh penari perempuan.

Tidak seperti tari topeng Cirebon yang dapat ditarikan oleh laki-laki atau perempuan.

Tari ini juga mengenal tiga jenis topeng, yaitu topeng Panji, topeng Samba dan Topeng Jingga.

Pada awalnya tarian ini menjadi salah satu bagian dari pertunjukan Topeng Betawi.

Pertunjukan Topeng Betawi adalah pertunjukan gabungan antara drama, tarian dan nyanyian, seperti pertunjukan teater.

Biasanya, tari Topeng Betawi dipentaskan pada sesi pembuka atau penutup pertunjukan Topeng Betawi.

Rizky Putri Astuti juga mencatat bahwa tarian topeng khas Betawi ini diciptakan oleh pasangan suami istri.

Mak Kinang dan Kong Djioen pada 1930an.

Saat ini, tari ini menjadi sebuah pertunjukan tersendiri.

Pertunjukan tari ini biasanya pada acara pesta pernikahan atau sunatan.

Dalam perkembangannya, ada beberapa jenis tari topeng betawi, di antaranya tari Topeng Tunggal, tari Enjot-enjotan dan tari Topeng Putri.

Busana Tari

Busana tari Topeng Betawi memiliki suasana yang juga tertutup.

Ia menggunakan warna-warna cerah yang menggambarkan kelincahan.

Busana dan perlengkapannya di antaranya:

  • Kembang Topeng
  • Baju Kurung
  • Ampereng
  • Toka-toka
  • Kutang Nene
  • Selendang
  • Kain Tumpal Tombak
  • Aksesoris (kalung, gelang anting dan sabuk)

Filosofi dan Makna Topeng

Ada tiga jenis topeng yang digunakan dalam tari topeng tunggal Betawi.

Perwatakannya menyerupai perwatakan topeng Cirebon.

Pertama, Topeng Panji.

Ia digambarkan dengan warna putih dan mempunyai gerakan yang halus.

Kedua, Topeng Samba.

Ia digambarkan berwarna pink dan mempunyai gerakan yang agak sedikit gagah dan energik.

Ketiga, Topeng Jingga.

Ia digambarkan berwarna merah dan mempunyai gerakan yang berani dan garang.

Menurut Nur Rizqiyah.

Topeng Jingga memiliki makna mitos penciptaan semesta yang berdasarkan sistem kepercayaan pra Islam di Indonesia dan penuh pesan terselubung.

Gerak Tari

Gerak tari tarian ini mengikuti karakteristik topeng yang digunakan.

Gerakannya mempunyai ritme yang diawali dengan gerakan halus lalu semakin gagah dan garang.

Ketika sang penari menggunakan topeng Panji, terdapat empat susunan gerakan, di antaranya:

  1. Tindak/Nindak,
  2. Tindak Selancar,
  3. Goleng,
  4. Sembah Bedeku

Setelah habis semua gerakan topeng Panji, sang penari mengganti topengnya dengan topeng Samba, yang mempunyai susunan gerakan:

  1. Sembah Bedeku,
  2. Puter ditempat,
  3. Kiwir-kiwir,
  4. Gonjingan.

Sang penari pun mengganti topengnya dengan topeng Jingga, dengan gerakan:

  1. Gonjingan,
  2. Nindak empat,
  3. Gagahan,
  4. Puter selampe,
  5. Goyang pundak,
  6. Sembah deku.

Tari Hudoq

Tari Hudoq termasuk tari yang menggunakan topeng sebagai propertinya.

Hudoq sendiri dalam bahasa Dayak berarti topeng.

Tari Hudoq adalah tarian ritual yang dilaksanakan pada saat-saat tertentu.

Tidak seperti kedua tari topeng sebelumnya

Setiap pagelaran tari Hudoq memiliki makna dan fungsinya tersendiri.

Sejarah Singkat

Menurut F. Jiu Luwai yang dicatat oleh Risna Herjayanti dalam skripsinya,

Terciptanya tari Hudoq bagi masyarakat Dayak Ga’ay Loong Glaat, sub suku Dayak Kayan, berasal dari sebuah legenda.

Zaman dahulu kala, terjadi pernikahan antara manusia, Heleang Habeung, dengan putri dari kerajaan di pusaran sungai, Selau Sen Yeang.

Dari pernikahan tersebut lahirlah anak yang bernama Buaq Selo.

Pada saat Heleang Hebeung hidup di dasar sungai, istrinya meminta kepada warga dasar sungai untuk menari.

Warga sungai pun menari dengan meriah hingga lama kelamaan muncullah bentuk aslinya.

Heleang Hebeung, yang sebelumnya merasa terhibur menjadi takut.

Membuatnya ingin pulang ke dunia manusia.

Terlebih, dirinya juga rindu dengan sanak keluarganya.

Dengan berat hati, Selau Sen Yeang merestui kepulangan suaminya ke Bumi.

Sebelum suaminya pergi, ia berpesan.

Dengan rela saya melepas kepergianmu. Kita memang hidup di alam yang berbeda, namun kasih sayangku tidak mengenal dan terhalang oleh alam yang berbeda. Bila engkau ingin kembali berhubungan dengan kami, panggil dan buatlah upacara adat. Kami akan membantu dalam berbagai keperluan. Hubungan ini tidak akan terputus sampai kapanpun, Buaq Selo dan keturunannya kelak akan memelihara sampai kapan pun tidak akan berakhir.

Seorang diri Heleang Hebeung kembali ke Bumi.

Sesampainya di tengah-tengah sanak saudaranya, ia bercerita tentang pengalamannya.

Untuk mengenang istri dan anaknya, ia mengajak rakyat Leham Kejin untuk membuat topeng-topeng dengan ekspresi dan wujud yang dilihatnya waktu itu dan menari.

Kampung Leham Kejin saat ini dikenal sebagai suku Long Gelaat.

Fungsi Tari Hudoq

Tari Hudoq pada masyarakat Long Gelaat ditarikan dalam rangkaian upacara Bekudung, upacara panen.

Risna Herjayanti mencatat ada lima fungsi tari Hudoq:

  1. Sebagai sarana komunikasi kepada roh-roh gaib;
  2. Sebagai sarana pengungkap rasa syukur;
  3. Sebagai pengikat rasa solidaritas dan kebersamaan masyarakat;
  4. Sebagai sarana meminta kekuatan, perlindungan dan keberhasilan pada usaha perladangan;
  5. Sebagai sarana hiburan.

Busana Tari

Busana yang dipakai para penari Hudoq cukup sederhana.

Para penari menggunakan baju lengan panjang dan celana.

Lalu memakai Hudoq Chum Tai, berbentuk seperti mantel yang terbuat dari daun pisang berumbai-rumbai yang masih hijau.

Daun pisang yang berwarna hijau bermakna kehidupan yang terus tumbuh dan berkembang.

Pada bagian kepala, penari menggunakan topi yang dihiasi bulu burung Rangkong atau bulu burung Ruwai, namun sebagian suku dayak tidak mewajibkan topi ini.

Selanjutnya topeng yang menjadi perlangkapan utama.

Topeng berbentuk penggambaran roh-roh yang hidup di alam. Ada yang berbentuk seperti hewan darat, hewan laut, dewa-dewa atau raja-raja.

Topeng-topeng itu berwarna merah dan hitam dengan warna dasar putih.

Merah menyimbolkan keberanian.

Hitam menyimbolkan keagungan.

Putih menyimbolkan kesucian.

Filosofi dan Makna Topeng

Mengutip Fauzia Latif, Hudoq dalam masyarakat Dayak Bahau menyiratkan unsur dualisme dan tripartit.

Dualisme yang dimaksud adalah laki-laki dengan perempuan.

Penjabaran Analisis Unsur Dualisme pada topeng tari Hudoq (Sumber: Fauzia Latif)

Penjabaran Analisis Unsur Dualisme pada topeng tari Hudoq (Sumber: Fauzia Latif)

Jika dibuat garis tengah topeng secara vertikal, akan membuat pembagian yang serupa namun saling berlawanan.

Melambangkan adanya dualisme yang mempresentasikan laki-laki dan perempuan.

Penjabaran Analisis Unsur Tripartit pada topeng tari Hudoq (Sumber: Fauzia Latif)

Penjabaran Analisis Unsur Tripartit pada topeng tari Hudoq (Sumber: Fauzia Latif)

Selanjutnya, unsur tripartit terproyeksikan dengan menggambar dua garis horizontal.

Bentuk dan lukisan bagian atas Hudoq yang mengarah ke atas melambangkan Sang Pencipta.

Bagian tengah Hudoq yang mengarah kesamping melambangkan transenden/penghubung antara kedua dunia.

Bagian bawah yang mengarah ke bawah mendekati bumi melambangkan manusia dengan kehidupan sosialnya dan hasil usaha agrarisnya.

Jenis topeng dan maknanya dapat dibaca lebih lengkap di skripsi Risna Herjayanti.

Gerak Tari

Gerakan pada tari Hudoq melibatkan kaki, tangan dan kepala.

Gerakannya terpola dalam tatanan ritmis

Tari Hudoq memiliki gerakan Jiak, Jiak Lut, Jiak Dong yang memfokuskan gerakan pada kaki.

Sedangkan, gerak Kuwai adalah gerakan yang mengkombinasikan gerak kaki dan tangan.

Gerak kepala mengikuti karakteristik topeng Hudoq yang dipakai.

Jika penari menggunakan topeng berkepala burung, gerakan kepalanya seperti mengangguk dan patah-patah sambil mengikuti irama musik.

Penutup, Referensi dan Bacaan Lebih Lanjut

Tiga tari topeng di atas adalah kekayaan budaya Indonesia.

Tari Topeng Cirebon dan Betawi pada masa sekarang bersifat tari pertunjukan yang dipentaskan pada acara pernikahan, sunatan atau pembukaan acara resmi lainnya.

Sedangkan,

Tari Hudoq adalah tari ritual. Tari ungkapan rasa syukur pada serangkaian upacara panen.

Kami mengelompokan setiap referensi ke dalam pembahasan tari yang sudah dijelaskan di atas.

Sumber-sumber ini berisi informasi yang lebih lengkap daripada artikel ini dan dapat ditelusuri melalui tautan yang tertera.

Semoga memudahkan para pembaca.

Tari Topeng Cirebon

Lasmiyati “Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Tari Topeng Cirebon Abad XV – XX” dalam Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya Vol. 3 No. 3 Tahun 2011 https://tinyurl.com/yb26ctey

Lesmana Nugraha, Diky “Fotografi Esai Tari Topeng Cirebon Melalui Nilai Islam” https://tinyurl.com/ydbnxwee

Fitri, Nurul “Tari Topeng Cirebon Kesenian Yang Diislamkan” https://tinyurl.com/ydygwuxf

Website Sanggar Seni Sekar Pandan, Cirebon https://tinyurl.com/yavxdoys

Tari Topeng Betawi

Astuti, Rizky Putri “Tari Topeng Tunggal Khas Betawi di Kelurahan Cibubur, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur” https://tinyurl.com/y7nyprdb

Nur, Rizqiyah “Pemaknaan Topeng Jingga Pada Tari Topeng Betawi” https://tinyurl.com/yalxll2x

Tim Penulis Telisik Tari DKJ: Tari Betawi Topeng dan Cokek https://tinyurl.com/y84cr5yz 

Tari Hudoq

Latif, Fauziah “Tarian dan Topeng Hudoq Kalimantan Timur: Suatu Kajian Filsafat Seni” https://tinyurl.com/yarlg7qx

Herjayanti, Risna “Makna Simbolik Tari Hudoq pada Upacara Panen Bagi Masyarakat Suku Dayak Ga’ay Kabupaten Berau Kalimantan Timur” https://tinyurl.com/y7kkakbj

 

Pesan, saran dan kritikmu turut membangun website ini!

error: Maaf, konten terproteksi.
%d bloggers like this: