Sie Reuboh: Makanan Pejuang Aceh Melawan Penjajah

Sie Reuboh yang disajikan dalam mangkuk tembikar. (sumber: lamurionline.com)

Sie Reuboh adalah masakan khas Aceh Besar. Makanan ini memiliki sejarah panjang sebagai makanan yang menemani pejuang Aceh pada masa peperangan dengan penjajah Belanda. Berbahan dasar daging dan diolah agar dapat bertahan selama berhari-hari, makanan ini menjadi asupan protein penting bagi para pejuang Aceh. Pada masa sekarang, masakan ini kerap disajikan dalam hajatan-hajatan adat di Aceh Besar.

Teuku Umar Pejuang Aceh (sumber: id.wikipedia.org)

Bahan-bahan membuat masakan ini terdiri dari rempah-rempah pilihan Nusantara. Pada prosesĀ  awal pemasakan, bumbu yang terdiri bawang merah, bawang putih, cabai rawit, cabai merah, dan seulah jahe dihaluskan dan dicampur bersama daging sapi. Ketika campuran bumbu dan daging dimasak, ditambahkan garam, perasan air menteu (sejenis jeruk nipis yang berukuran besar), cuka, dan irisan lengkuas.

Kata sie reuboh sendiri jika diartikan ke bahasa Indonesia. Kuliner khas Kabupaten Aceh Besar ini selalu menjadi masakan yang “wajib” dalam menyambut bulan Ramadhan.

Kebanyakan masyarakat Aceh selalu mengusahakan agar tetap memasak makanan ini walaupun harga daging biasanya naik menjelang hari lebaran.

Salah satunya didapatkan dari penuturan Kak Ni, ibu rumah tangga yang tinggal di desa Lamleubok, Aceh Besar “Menye hana Sie Reuboh, lage hana hie sagai uroe Meugang nyo (Tanpa Sie Reuboh, hari Meugang ini terasa ada yang kurang”. seperti yang dikutip oleh loveaceh.com

Karakteristik masakan yang dapat bertahan lama ini digunakan sejak ratusan tahun yang lalu sebagai makanan pejuang-pejuang Aceh. Seperti yang dikutip dari Diwana Koetaradja, “Dalam perjuangan kemerdekaan, para pejuang diberikan bekal sie reuboh untuk dibawa ke gunung. itu menjadi makanan mereka dan mereka membawanya sampai berbulan-bulan lamanya.” ujar Faisal Ishak.

Seu Reuboh sangat pas disajikan dengan nasi (sumber: wisataaceh.net)

Jika wisatawan yang ingin mencoba masakan ini dapat dijumpai di rumah makan-rumah makan di kota Banda Aceh. salah satu yang terkenal, antara lain:

  1. Rumah makan Khas Aceh Rayeuk Desa Lueng Bata, Banda Aceh;
  2. Rumah makan Asia Utama, Jalan Cut Mutia 39, Banda Aceh;
  3. Rumah makan Aceh Spesifik, Jalan T. Hasan Dek, Banda Aceh;
  4. Rumah makan Ujong Batee, Jalan T. Hasan Dek, Banda Aceh.

Kuah Pliek U: Makanan Sultan Aceh yang Saat Ini Merakyat

Kuah Pliek U pada awalnya adalah makanan raja-raja Aceh sejak abad ke-16. Namun, saat ini keunikan cita rasa masakan ini dapat dirasakan oleh rakyat. Nama Pliek U biasa disebut juga patarana yang berarti fermentasi dari ampas kopra yang minyaknya sudah diperas.

Potret Sultan Iskandar Muda (sumber:abulyatama.ac.id)

Kuah Pliek U terdiri dari racikan aneka sayuran seperti nangka muda, daun melinjo, buah melinjo muda, daun singkong, pepaya muda, jagung muda, dan labu siam yang dibumbui dengan ketumbar, cabe merah, cabe rawit, bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, kelapa sangrai, merica dan asam sunti (belimbing sayur) serta ikan asin.

Kuah Pliek U (sumber: herbaportal.com)

Cara memasaknya dengan merajang dan merebus semua sayuran hingga lunak, lalu dicampur dengan bumbu-bumbu yang sudah digiling. Setelah bumbu menyerap di sayuran kemudian ditambahkan santan. Aroma masakan ini sangat khas dan harum.

Selain dijadikan bahan utama membuat kuah atau gulai. Masakan ini juga dapat dijadikan bumbu rujak.

Sangat cocok dipadukan dengan buah pisangĀ  muda dan buah rumbia (buah pohon sagu).

Bagi masyarakat Aceh sekarang, kuah Pliek U menjadi masakan perekat tali persaudaraan dan kekompakan antarkeluarga.

Terlebih lagi bagi orang-orang Aceh yang sedang berada di perantauan. Masakan ini menjadi masakan kangen-kangenan akan kampung halaman.

Kompasiana, Syukri Muhammad Syukri menulis pengalamannya menikmati kuah pliek u

Biasanya, setelah aroma gulai (kuah) pliek-u menguap dari dandang, saya tidak pernah jauh dari dapur. Mondar-mandir, lirik sana, lirik sini, sampai akhirnya dibubuhkan satu piring kecil. Habis satu piring, ingin terus menambah untuk piring berikutnya, sering sampai lupa makan nasi. Tidak jarang, makan malampun hanya cukup dengan gulai para raja itu. Pernah, menu sarapan pagi cukup dengan gulai (kuah) pliek-u ditambah nasi putih.

Dikutip dari detik.com bahwa masakan ini dapat meningkatkan gairah dan kekebalan tubuh.

Jika para wisatawan ingin mencoba kuah Pliek U, majalah Diwana Koetaradja merekomendasikan dua rumah makan di bawah ini:

  1. Rumah makan Khas Aceh Rayeuk Leung Bata, Banda Aceh;
  2. Rumah makan Tringgadeng, Jalan Daut Beureueh, Banda Aceh.

Bagi yang ingin mencoba di daerah Jakarta dapat mencoba di sebuah restoran daerah Benhil, Pasar Minggu, Jalan Juanda Depok, atau di depan RS TNI AL.

 

Budaya Kopi Aceh yang Lestari

Budaya kopi Aceh sudah sangat mendalam di kehidupan masyarakat Aceh. Hal ini terbukti dari setiap jalan di Kota Banda Aceh pasti ada tempat minum kopi.

Pada setiap harinya, kafe-kafe itu juga sangat ramai dikunjungi oleh orang tua dan muda. Pada masa dahulu, kafe-kafe kopi hanga dikunjungi oleh laki-laki, namun dengan perkembangan zaman.

Banyaknya kebutuhan akan informasi melalui internet, para perempuan di Aceh pun juga ramai mengunjungi kafe kopi.

Di kafe-kafe kopi, masyarakat Aceh bertemu dari sekadar berdiskusi tentang masalah sehari-hari hingga bisnis.

Bagi wisatawan yang berkunjung di Aceh tanpa mampir ke salah satu kafe kopi sangat disayangkan karena akan melewatkan menyaksikan langsung budaya kopi Aceh.

Budaya kopi Aceh yang kental telah terkenal di seluruh penjuru tanah air. Salah satu di antaranya adalah meluasnya varietas kopi dari Aceh yang terkenal adalah kopi Aceh Gayo.

Bagi pencinta kopi, tidak susah untuk menyatakan kopi yang dia hirup baunya adalah Kopi Aceh Gayo karena baunya yang harum dengan cita rasa yang agak asam khas kopi Aceh.

Proses pembuatan kopi saring.

Dari sisi meracik segelas kopi, masyarakat Aceh juga mempunyai cara tersendiri.

Cara khas ini terkenal dengan sebutan kopi tarik. Dalam teknik pengerjaannya, kopi dimasukan ke dalam saringan lalu dituangkan air panas dan saringan tersebut diangkat tinggi-tinggi.

Air yang menetes dari saringan itu di tampung dalam sebuah gelas. Nantinya, air seduhan kopi itulah yang akan disajikan.

Lambang Solong Coffee

Dari segi sajian, masyarakat Aceh juga memiliki kopi Sanger. Kopi Sanger adalah kopi khas Aceh yang di dalamnya terdiri susu kental manis dan dituangkan air seduhan kopi di atasnya.

Benar-benar budaya kopi Aceh yang telah lama berkembang. Dari yang mudah terlihat saja, sudah ada keunikan dalam proses penghasil biji kopi, meracik kopi, dan sajian kopi.

Salah satu kafe kopi yg cukup tua dan terkenal adalah Kopi Solong. Kafe ini dibangun oleh Bapak Abu Solong pada 1974.

Walaupun, sudah banyak kafe kopi sejenis yang lebih memiliki banyak fasilitas, seperti wifi. Kafe ini tidak kalah sepinya. Kafe ini buka dari subuh hingga menjelang maghrib. Setiap jalan di kota Banda Aceh, kafe ini dapat dijumpai.

Kopi Solong tidak hanya menyediakan kopi yang dapat diminum langsung. Namun, juga memiliki produk yang bisa dibawa pulang. Berbagai jenis produk yang disajikan oleh kopi Solong.

Suasana di Solong Kopi

Segelas kopi di Solong kopi

 

Biji kopi yang disajikan

Seperti yang sudah dituliskan di atas. Wisatawan di Aceh yang tidak merasakan budaya kopi Aceh belum afdol rasanya. Jika sesampainya di rumah,teman-teman bertanya “bagaimana rasanya ngopi di Aceh?” Jika menjawab dengan senyum saja, sangat malu rasanya.

Ayo sempatkan diri mampir ke salah satu kafe kopi di Kota Banda Aceh! Tidak sulit, kok. Hampir di setiap jalan ada kafe kopi.

Saking banyaknya kafe kopi. Hal ini membuat Kota Banda Aceh mendapatkan sebutan kota 1001 kafe kopi.

error: Maaf, konten terproteksi.