Rafi Abdurrahman Ridwan: Disabilitas Bukanlah Batas

Rafi Jakarta Fashion Week 2011

Perjalanan Rafi Abdurrahman Ridwan menapaki karirnya sebagai fashion designer adalah contoh bagi para penyandang disabilitas untuk terus meraih cita-citanya. Rafi yang sejak lahir penyandang tuna rungu (tidak dapat mendengar) berhasil menjadi seorang fashion designer yang diakui dunia. Tentu perjalanannya sebagai soerang designer fashion kelas dunia bukan tanpa hambatan, namun ia terus maju untuk menggapai cita-citanya.

Rafi Abdurrahman Ridwan, berfoto bersama model yang mengenakan busana rancangannya. (Sumber: Dok pribadi Rafi)

Rafi Abdurrahman Ridwan, berfoto bersama model yang mengenakan busana rancangannya. (Sumber: Dok. pribadi Rafi)

Kisah inspiratif ini bermula ketika karya-karya Rafi sangat diapresiasi oleh orang-orang sekitarnya. Sampai seorang fashion designer Indonesia,  Barli Asmara mengajaknya berkolaborasi membuat pagelaran fashion. Setelah pagelaran tersebut, namanya semakin dikenal masyarakat sebagai seorang designer fashion yang berpotensi. Pengakuan sebagai designer berprestasi juga diutarakan oleh Tyra Banks, supermodel dari Amerika Serikat. Semua itu ia dapatkan ketika umurnya baru menginjak 11 tahun.

Karya-karya Rafi menuai pujian berbagai kalangan fashion. Di antara karya-karya tersebut, Rafi menggunakan kain tenun Indonesia. Sebuah cara pandang yang luar biasa. Ia berkarya dalam lingkup internasional dengan membawa budaya Indonesia atau kain tenun Indonesia khususnya. Sungguh inspiratif.

Bagaimana lengkapnya kisah inspiratif Rafi Abdurrahman Ridwan, sila disimak!

Masa Kecil dan Mulai Menumbuhkan Minat Merancang Busana

Ketika sang ibu hamil, beliau terserang virus rubella. Virus ini berakibat buruk pada janin yang dikandung, namun untuk sang ibu tidak terlalu berpengaruh. Kedua orang tuanya terus berjuang bersama-sama merawat janinnya. Lahirlah Rafi dalam kondisi tuna rungu.

Rafi beruntung mempunyai keluarga yang sangat mendukung dan melindunginya. Ia tumbuh sebagai anak yang aktif dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Suatu saat, ia bertanya kepada ibunya apa itu suara.

Mendengar pertanyaan sang anak, ibunya menjadi bingung. Ibunya pun menjawab bahwa suara itu sama seperti warna. Ada biru, hijau, merah dan sebagainya.

Rasa ingin tahu Rafi yang tinggi itu pula yang memperkenalkan dirinya dengan dunia design. Ia bertanya kepada ibunya mengapa karakter Ariel dalam serial “Little Mermaid” memakai baju yang berbeda dan tidak berpakaian seperti perempuan lainnya.

Ibunya kembali bingung. Namun, ibunya meminta Rafi untuk membuatkan pakaian yang bagus untuk Ariel.

Berawal dari sketsa baju Ariel, bakat design Rafi terlihat.

Rafi menggambar sketsa rompi, jaket dan gaun untuk Ariel.

Sebuah pemandangan yang berbeda bagi karya anak-anak yang baru berumur 2 tahun.

Suatu hari, Rafi menuliskan 2 permintaan melalui surat untuk Tuhan.

Pertama, ia ingin bisa mendengar.

Kedua, ia ingin membuat pagelaran busana miliknya di hari ulang tahunnya.

Rafi Abdurrahman Ridwan Memulai Karier Sebagai Perancang Busana

Potensi Rafi sebagai perancang busana mulai dilihat oleh perancang busana Indonesia, Barli Asmara di Jakarta Food and Fashion Festival. Barli terkesan dengan karya Rafi dan mengundang Rafi workshop pirbadinya.

Undangan itu berbuah manis. Pada tahun 2011, perhomonan Rafi untuk membuat pagelaran busana miliknya di hari ulang tahunnya terkabul. Rafi berhasil menggelar Eastern Everland Fashion Show bersama Barli Asmara bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-9.

Busana Rancangan Rafi yang menggunakan kain tenun daerah. (Sumber:Dok. Pribadi)

Busana Rancangan Rafi yang menggunakan kain tenun daerah. (Sumber:Dok. Pribadi)

Pada tahun yang sama, Rafi mendapatkan perhatian dari seorang pengusaha dan pendiri LC Faoundation, Lia Candrasari.

Beliau memperkenalkan Rafi dengan Nonita Respati dan Ariani Pradjasaputra.

Rafi berkolaborasi dengan keduanya. Kolaborasi itu dinamakan PAR.

Kolaborasi itu turut serta pada Jakarta Fashion Week 2011 yang bertajuk Echoes of Heritage.

Pada pagelaran itu, Rafi membuat busana yang fun dan casual menggunakan bahan batik yang berasal dari berbagai kota penghasil batik.

Busana yang dirancang Rafi, menggunakan perpaduan kain tenun.

Busana yang dirancang Rafi, menggunakan perpaduan kain tenun.

Rafi Abdurrahman Ridwan mulai menapaki dunia fashion internasional dengan berkontribusi dalam Indonesia Festival Melbourne pada 2012.

Pada acara yang diliput banyak media Australia itu membuat namanya dikenal oleh super model dunia sekaligus juri acara pencarian bakat mode di Amerika, Tyra Banks.

Karya Rafi dalam America’s Next Top Model dan pujian Tyra Banks

Tidak disangka, pagelaran Rafi di Melbourne membawanya kepada kesempatan yang lebih tinggi. Ia dihubungi oleh manajer Tyra Banks untuk menjadi wardrobe pada final America’s Next Top Model Cycle 20 Boys & Girls yang diadakan pada Agustus 2013 di Bali.

Ibunya sempat terkaget-kaget dan tidak percaya dihubungi oleh manajer Tyra Banks.

Dalam kesempatan itu, Rafi diminta untuk membuatkan 7 pasang pakaian untuk dipakai pada sesi pemotretan.

Busana itu didominasi warna hijau, yang membuat khawatir sang ibu karena sesi pemotretan berada di hamparan sawah. Warna sawah dan hijau berwarna senada, sehingga dibutuhkan keahlian yang membuat busana terlihat indah dengan latar senada.

Kekhawatiran lainnya adalah Rafi belum memiliki penjahit yang professional. Sedangkan, 7 pasang pakaian itu harus selesai dalam waktu 3 minggu.

Namun, Rafi membuktikan kualitasnya dengan mampu memenuhi permintaan dan menjaga kepercayaan Tyra Banks.

Tyra Banks memuji karya-karya Rafi. (Sumber: Dok. Pribadi)

Tyra Banks memuji karya-karya Rafi. (Sumber: Dok. Pribadi)

Atas kepiawannya itu, Rafi menuai pujian. Salah satunya dari Tyra Banks. Tyra mengupload fotonya dengan tulisan “To Rafi The Newst, finest fashion designee in the world (And the youngest!)

Dalam kesempatan yang lain, Tyra Banks juga menuliskan:

So, this is Rafi. Rafi is from Jakarta. Rafi is a prodigy. At 9 years old, he had his first collection fashion week, here in Indonesia. And now he is 11. Rafi is also deaf, yes. And is an amazing prodigy,”

Setelah kesempatan America’s Next Top Model 2013, Tyra terus mengamati perkembangan Rafi. Sekadar ingin tahu, apa ia benar-benar produkif atau hanya bergantung mood.

Baju rancangan Rafi yang digunakan untuk photoshoot model internasional. (Sumber: Dok Pribadi)

Baju rancangan Rafi yang digunakan untuk photoshoot model internasional. (Sumber: Dok Pribadi)

Semoga harapan Tyra terwujud karena hingga sampai saat ini, Rafi terus melakukan pagelaran busana dari tahun ke tahun.

Penghargaan dalam Bidang Fashion Designer

Pada tahun 2016, Rafi mendapatkan Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi 2016 kategori Anak dan Remaja. Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi adalah acara yang dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Piagam Rafi dari Museum Rekor Dunia Indonesia

Piagam Rafi dari Museum Rekor Dunia Indonesia. (Sumber. Dok Pribadi)

Rafi dinilai mempunyai kapasitas sebagai penerima penghargaan ini karena kiprahnya dalam dunia merancang busana dan menggunakan kain-kain tradisional Indonesia pada karya-karyanya.

Rafi juga menerima penghargaan dari Museum Rekor Repulik Indonesia sebagai Perancang Busana Tuna Rungu Termuda Berprestasi International Sejak Umur 9 Tahun pada tahun yang sama.

Penghargaan-penghargaan Rafi lainnya sebagai perancang busana di antaranya:

  1. First Winner for International Young Figures (Tokoh Muda Mendunia) dari Seputar Indonesia Award pada April 2014;
  2. First Winner for Breakthrough People Award Category Fashion Designer Awarded by dari Dreamers Network pada Februari 2015;
  3. Think Big Appreciation dari AJE Indonesia pada Juli 2015;
  4. Mom & Kids Award dari MNC TV kategori Anak Hebat pada Desember 2015.

Menjadi Motivator

Rafi tidak hanya piawai merancang busana, tapi juga mempunyai jiwa sosial yang tinggi.

Sejak 2014, ia menjadi motivator untuk AXA Finansial di Bandung juga motivator untuk Asian Law Student Association (ALSA) Care University of Indonesia.

Beberapa kegiatan sosial yang ia ikuti adalah Voice of Children Concert, Charity Fashion Show for UNHCR Jakarta, California Deaf Festival, Los Angeles, AS.

Penutup

Perjalanan hidup dan karier Rafi Abdurrahman Ridwan ini adalah kisah inspiratif yang sangat menggugah semangat.

Dalam keterbatasan fisiknya, Rafi mampu mengembangkan minat dan bakatnya hingga mendapat pengakuan dunia.

Seperti yang dikutip dalam Buku Profil Penerima Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi 2016. Rafi berpesan.

“Anak dan remaja Indonesia harus berani bermimpi setingi-tingginya agar mampu mewujudkan apa yang jadi impian.”

Semoga, kisah ini dapat menginspirasi para pembaca.

Biodata Rafi Abdurrahman Ridwan

  • Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Juli 2002
  • Anak ke                       : 1 dari 3 bersaudara
  • Agama                         : Islam
  • Orang Tua                   : Mohamad Ridwan & Shinta Ayu Handayani

Pendidikan

  • 2004 – 2009       : TKLB (Taman Kanak-kanak Luar Biasa) Santi Rama Kramat
  • 2009 – 2012       :  Homeschooling Kak Seto Jatibening
  • 2012 – 2015       : SDLB B Santi Rama
  • 2015 – present   : SMPLB B Santi Rama

Prestasi

  • Jul 2011                 : Eastern Everland Fashion Show
  • Sep 2011               : Echoes of Heritage Jakarta Fashion Week
  • Jul 2012                 : Lovely Moments For Lovely Kids
  • Sep 2012               : Indonesia Festival Melbourne
  • Jun 2013                : Indonesia Creative Week
  • Jun 2013                : This-able Festival Fashion Show
  • Aug 2013               : America Next Top Model Cycle 20 Boys & Girls
  • Nov 2013               : CRAFINA Fashion Show
  • May 2014               : Sirena Del Sur Fashion Show, JFFF Kelapa Gading
  • Aug – Sept 2014     : Inspiring Roadshow 7 kota besar di Indonesia untuk AXA Finansial Indonesia
  • Oct 2014                 : Mercedes Benz Asia Fashion Week di Kuala Lumpur Malaysia
  • Nov 2014                : Motivator dan Minishow untuk AXA FInansial di Bandung
  • Nov 2014               : Motivator ALSA (Asian Law Student Association) Care University of Indonesia
  • Des 2014                 : Indonesia Fashion Foward – MNC Fashion
  • Oct 2015                 : Voice of Children Concert, Charity Fashion Show for UNHCR Jakarta
  • Oct 2015                 :California Deaf Festival, Los Angeles US Mercedes Benz El Paso Fashion Week

Project

  • Apr 2015                   : Seragam Batik TELKOMSEL
  • Mei 2015                   : Seragam & Atribut MIRACLE ASTHETIC CLINIC

Penghargaan

  • Apr 2014, First Winner for International Young Figures (Tokoh Muda Mendunia) awarded by Seputar Indonesia Award
  • Feb 2015, First Winner for Breakthrough People Award  Category Fashion Designer awarded by Dreamers Network
  • July 2015, Think Big Appreciation – AJE Indonesia
  • Des 2015, Mom & Kids Award  MNC TV kategori Anak Hebat
  • Jan 2016, Rekor MURI sebagai Perancang Busana Tuna Rungu Termuda berprestasi International sejak umur 9 tahun
  • September 2016, Anugerah Kebudayaan dan Penghargaan Maestro Seni Tradisi 2016

Sumber:

“Rafi Abdurrahman Ridwan: Anak Indonesia Harus Berani Bermimpi”

kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/2016/09/28/rafi-abdurrahman-ridwan-anak-indonesia-harus-berani-bermimpi

“Rafi Ridwan: Disainer Muda Indonesia yang Mendunia”

www.youngster.id

“Rafi Ridwan, Desainer Cilik Indonesia Perancang Busana America’s Next Top Model”

https://blog.ruangguru.com/rafi-ridwan-desainer-cilik-indonesia

“Rafi Ridwan: Desainer Tuna Rungu Belia yang Disanjung Tyra Banks”

https://indonesiaproud.wordpress.com/

“Rafi Ridwan, Desainer Muda Indonesia yang Karyanya Dipakai Selebriti Dunia”

http://jabar.tribunnews.com/2017/07/14/rafi-ridwan-desainer-muda-indonesia-yang-karyanya-dipakai-selebriti-dunia

RESENSI BUKU: Melihat Rekam Jejak Pertumbuhan Industri Batik di Desa Kauman, Solo

Cover Buku Batik Tulis Tradisional Kauman, Solo.

· Judul : Batik Tulis Tradisional Kauman, Solo: Pesona Budaya nan Eksotik

· Penulis : Hariyanto Atmojo

· Tahun Terbit : 2008

· Penerbit : Tiga Serangkai

· Kota Terbit : Solo

· Jumlah Halaman: 107 hlm

Indonesia terkenal dengan kaya akan budaya. Salah satu hasil budaya Indonesia yang terkenal di dunia adalah batik. Batik mendapatkan pengakuan UNESCO (United Nation Educational Scientific and Cultural Organization) sebagai Warisan Kemanusian untuk Budaya Lisan Takbenda (Masterpieces of the Oral and Intangible Cultural Heritage of Humanity) pada 2008.

Pengakuan dari UNESCO tersebut tidak lepas dari arti batik dalam kehidupan masyarakat pendukungnya. Batik hadir dalam setiap upacara tahapan hidup manusia. Dari kelahiran, pernikahan hingga kematian , batik mempunyai tempat yang tak tergantikan.

Batik tidak hanya sekadar kain yang bermotif. Namun, batik adalah teknik pembuatan yang melingkupi semua proses pembuatan dan alat-alat pembuatan batik. Teknik dan alat-alat pembuat batik di Kepulauan Nusantara ini sangat unik. Oleh karena itu batik diakui sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan Takbenda dari Indonesia.

Sampai saat ini, masih banyak Informasi-informasi yang dapat digali dari kekayaan budaya ini. Walaupun sudah cukup banyak buku-buku yang mengkaji dari berbagai sisi, seperti sisi sejarah, budaya, ekonomi dan lingkungan.

Buku Batik Tulis Tradisional Kauman, Solo: Pesona Budaya nan Eksotik membahas bagaimana kondisi home industry batik di Desa Kauman dan pertumbuhan pariwisatanya.

Buku ini kaya akan foto-foto Desa Kauman pada tahun 2008. Setiap sudut, masyarakat, serta bangunan-bangunan bersejarahnya tidak luput dari pengamatan 4 orang kameramen yang berkontribusi dalam pembuatan buku ini.

Batik Solo sepertinya adalah topik utama dalam buku ini. Pembaca akan mengenali motif-motif batik sarat makna dan proses pembuatannya di Desa Kauman. Perkembangan industri rumahan batik juga digambarkan dengan foto kondisi toko batik yang modern dan beragamnya model pakaian berbahan dasar batik.

Namun, apa yang menjadi sebuah ciri khas batik di Kauman belum dijelaskan melalui buku ini. Apakah ada perbedaan antara batik di Kauman dengan batik di Laweyan? Walaupun keduanya tumbuh di tempat yang berbeda, tapi keduanya sama-sama memproduksi batik khas Surakarta.

Sepertinya penulis ingin menyajikan informasi melalui foto-fotonya karena tulisan cukup sedikit di sebuah buku yang total halamannya mencapai 100. Memang tulisan yang sedikit ini membuat pembaca fokus memperhatikan foto-foto yang sangat kaya. Walaupun dengan tulisan yang cukup sedikit, tapi membantu pembaca untuk mengenali batik Solo.

Keringkasan tulisan di buku ini seperti bumerang. Foto-foto yang banyak tanpa adanya informasi yang kaya seakan hanya membuat pembaca mengenali lapisan luar saja. Seperti membedakan motif batik, cara pembuatan batik, perkembangan home industry dan wisata.

Masih banyak yang membuat pembaca penasaran. Misalnya, apakah ada kaitannya antara latar belakang masyarakat Kauman sebagai santri dengan produksi batik di sana? Lalu bagaimana sejarahnya industri batik di Kauman. Perlu rasanya mengetahui kondisi pasang dan surut industri itu hingga sampai pada masa kini.

Pada bagian home stay merangsang saya untuk mengetahui bagaimana perkembangan desa wisata di sana. Rasanya tidak cukup mengulas satu homestay tanpa mengetahui latar belakang dan konteksnya. Pertanyaan yang langsung terbersit di benak saya.

Siapakah pelopor yang membuat Desa Kauman sebagai desa wisata? Sejak kapan Desa Kauman mulai tumbuh kesadaran membangun desa wisata? Kira-kira itu pertanyaan itu yang muncul dibenak saya ketika selesai membaca buku ini.

Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, saya menyarankan menaruh buku ini di sebuah meja tamu atau tempat menunggu. Tidak memerlukan waktu lama membaca informasi di buku ini, namun kita sudah dapat mengenali karakteristik ragam hias dan motif batik-batik yang memiliki makna mendalam.

Setiap pekerjaan yang membangun harus diapresiasi dan disempurnakan. Masih banyak yang dapat digali dari batik, khususnya batik Desa Kauman. Tentu kita semua berharap akan ada karya-karya selanjutnya yang mengingatkan kita kembali kekayaan budaya yang telah diwarisi nenek moyang kita. Semoga.

Mari lihat artikel sejarah singkat batik di Desa Kauman.

Sejarah Batik Kampung Kauman: Ikon Industri dan Wisata Batik di Kota Solo

Gerbang Kampung Batik Kauman (Sumber:Ceritasondha.wordpress.com)

Sejarah batik di Kampung Kauman tidak lepas dari peran abdi-abdi dalem keraton Kasunanan Surakarta dan perkembangan kota Solo. Diawali pada 1757, ketika Paku Buwono III membangun masjid Agung. Para santri dan abdi dalem keraton tinggal di sekitar masjid Agung.

Para abdi dalem yang tinggal di sana juga membatik dan  menjual batik-batiknya. Seiring dengan pertumbuhan pasar-pasar di sekitar Kota Solo, seperti pasar Klewer membuat produksi semakin bertambah.

Bangunan semen tua yang dihiasi oleh batik-batik produksi di kampung serta becak-becak yang menjadi sarana berkeliling di sana.

Foto ini menggambarkan keseharian Kampung Kauman di Solo. Bangunan semen tua yang dihiasi oleh batik-batik produksi di kampung serta becak-becak yang menjadi sarana berkeliling di sana. (Sumber: Yogyakarta.panduanwisata.id)

Pertumbuhan itu menimbulkan banyaknya pengrajin dan saudagar batik. Hal itu membuat Kampung Kauman memiliki bangunan-bangunan khas para saudagar batik. Bangunan khas saudagar yang megah dan luas.

Tata letak bangunan di daerah ini juga unik dengan banyaknya bangunan-bangunan bergaya Jawa, Art Deco, Tionghoa dan Timur Tengah yang dilalui oleh gang dan jalan-jalan sempit.

Sampai saat ini pun, geliat industri batik di kampung Kauman masih berjalan. Beberapa tempat pembuatan baik membuat sesi workshop bagi wisatawan yang sekadar mampir atau mencari batik di kampung ini. Bahkan, hingga memiliki museum sendiri.

Mari kita simak informasi lengkapnya di bawah ini!

Sejarah Batik Kampung Kauman

Perkembangan daerah kampung Kauman tidak lepas dari pembangunan Masjid Agung pada 1757. Para abdi dalem pengurus masjid membangun perkampungan di sekitar Masjid Agung. Kampung ini lama-lama disebut Kampung Kauman karena kampung ini tempat berkumpulnya abdi dalem pengurus masjid dan ulama.

Foto Masjid Agung Surakarta dan tempat sekitarnya. Tanggal foto diambil tidak diketahui

Foto Masjid Agung Surakarta dan tempat sekitarnya. Tanggal foto diambil tidak diketahui. (Sumber: Wikipedia.org)

Pada awalnya pembuatan batik dibuat oleh istri-istri abdi dalem untuk kebutuhan keraton. Namun, dengan perkembangan pasar di sekitar Kota Solo membuat kebutuhan batik semakin meningkat. Produksi semakin bertambah dan menyerap banyak tenaga pembatik.

Seiring dengan banyaknya penjualan batik, membuat para saudagar batik semakin kaya raya. Sehingga mereka saling membuat bangunan megah pada sekitar tahun 1800 – 1900an.

Ciri khas produksi batik Kampung Kauman menguatkan citra sebagai penyedia batik bagi keraton. Hal tersebut sama seperti Kampung Laweyan. Pada zaman itu daerah-daerah lain juga memiliki ciri khas karena hasil produksi.

Foto yang diambil dari sebuah koran atau buku ini menggambarkan gerbang Kampung Kauman. Terlihat lambang Muhammadiyah di atas gerbang. Selain penghasil batik, Kampung Kauman tempat tumbuhnya ajaran Muhammadiyah

Foto yang diambil dari sebuah koran atau buku ini menggambarkan gerbang Kampung Kauman. Terlihat lambang Muhammadiyah di atas gerbang. Selain penghasil batik, Kampung Kauman tempat tumbuhnya Muhammadiyah. (Sumber: tomy-go-blog.blogspot.com)

Misalnya, Kampung Gerjen yang menyediakan kebutuhan jahitan bagi keraton, Kampung Bladan yang menyediakan kebutuhan kue bagi keraton, dan Kampung Blodiran yang menyediakan kebutuhan bordiran untuk keraton.

Nama-nama pengusaha batik yang hidup di Kampung Kauman dapat kita lihat dari tulisan yang terpampang di dinding bangunan. Seperti rumah yang cukup megah dengan tulisan “Dasoeki”di salah satu dinding dan di bawahnya terdapat tulisan tahun “1828”.

Foto gang di Kampung Kauman. Bangunan di gambar ini adalah rumah kuno pengusaha batik di Kauman tempo dulu. (

Foto gang di Kampung Kauman. Bangunan di gambar ini adalah rumah kuno pengusaha batik di Kauman tempo dulu. (Sumber:Yogyakarta.panduanwisata.id)

Beberapa pengusaha batik yang telah membuat batik sejak tahun 1800an  masih memiliki generasi yang  menggeluti bidang itu. Seperti Bapak Gunawan Setiawan yang merupakan cicit dari Haji Abu Umar, salah satu produsen batik di Desa Kauman.

Kekhasan Batik Solo

Motif atau ragam hias batik Solo memiliki dua jenis yang dibedakan dari geometris gambar. Jenis motif geometris adalah motif benji, ceplok, kawung, nitik dan garis miring. Motif non geometris adalah motif semen, buketan dan terang bulan.

Ciri khas batik Solo tradisional dapat dilihat dari penggunaan warna dalam pembuatannya. Batik Solo tradisional menggunakan pewarna yang berbahan dasar kulit pohon Soga yang menghasilkan warna hitam, cokelat, cokelat kemerahan. Lebih lanjut mengenai pewarna batik dapat mengunjungi artikel ini.

Motif-motif batik yang telah dikenal sejak zaman dahulu mengandung makna dan harapan. Makna dan harapan si pembatik disimbolkan oleh gambar-gambar seperti sayap burung, ayam betina, bunga, alat musik, dan lain-lain.

Berikut, makna motif-motif batik khas Solo:

Motif Wahyu Temurun. (Sumber: nlyliyani.wordpress.com)

  • Motif Wahyu Temurun bermakna harapan menerima wahyu dari Tuhan YME, mendapatkan kenaikan pangkat atau penghargaan atasan, kehidupan yang lebih baik dan rezeki yang melimpah;

Motif Batik Sidomulyo. (Sumber: batikdan.blogspot.com)

  • Motif Sidomulyo bermakna mendapatkan kebahagiaan, batin yang tentram dari Tuhan YME. Motif ini cocok digunakan pada saat upacara pernikahan dan kelahiran;

(Pemakaian batik pada upacara pernikahan dapat dilihat di tautan ini)

Motif batik Srikaton. (Sumber:Nlyliyani.wordpress.com)

  • Motif Sri Katon bermakna kesuburan dan kemakmuran. Seperti yang terlihat dari gambar tangkai dengan bulir-bulir padi;
Motif Batik Semen Rante

Motif Batik Semen Rante. (Sumber:Bajumodelbaru.biz)

  • Motif Semen Rante bermakna lmbang ikatan yang kokoh dan kuat;
Motif Satrio Manah

Motif Satrio Manah. (Sumber:tipsperawatancantik.com)

  • Motif Satrio Manah bermakna seseorang/kesatria yang bekerja untuk mencapai sasaran atau tujuan. Gambar burung dan bunga diibaratkan sebagai sasaran sang kesatria;
Motif Batik Raturatih

Motif Batik Raturatih (sumber:nlyliyani.wordpress.com)

  • Motif Ratu Ratih bermakna kesetiaan seorang istri kepada suami yang mengandung harapan, pesan, niat dan iktikat yang baik serta luhur;
Motif Batik Gajah Birowo (Sumber:Jejakbatik.blogspot.com)

Motif Batik Gajah Birowo (Sumber:Jejakbatik.blogspot.com)

  • Motif Gajah Birowo bermakna kepemimpinan. Motif ini dipakai oleh para Bupati di lingkungan Mangkunegaranl;
Motif atau ragam hias pisang bali yang berkembang di Surakarta.

Motif atau ragam hias Pisan Bali yang berkembang di Surakarta.

  • Motif Pisan Bali mempunyai gambar utama sebuah gendhing dari Bali menurut K.R.T. Hardjonagoro. Motif ini memiliki makna keselamatan dan kebahagiaan abadi;

(Biografi singkat KRT Hardjonagoro dapat dilihat di tautan ini!)

Motif Batik Tambal Pamiluto

Motif Batik Tambal Pamiluto. (Sumber:umzaragallery.wordpress.com)

  • Motif Tambal Pamiluto bermakna sumber kehidupan. Corak ini hanya dipakai oleh orang-orang tertentu;
Motif Batik Udan Liris (Sumber:Pinterest.com)

Motif Batik Udan Liris (Sumber:Pinterest.com)

  • Motif Udan Liris yang mempunyai arti hujan gerimis dan simbol dari harapan untuk mendapatkan kesuburan dan kemakmuran;
Motif Batik Wirasat Delimo. Terlihat ragam hias Cakar, Ceplok, Sidomulyo dan Sidomukti. (Sumber: nisyacin.blogdetik.com)

Motif Batik Wirasat Delimo. Terlihat ragam hias Cakar, Ceplok, Sidomulyo dan Sidomukti. (Sumber: nisyacin.blogdetik.com)

  • Motif Wirasat Delimo yang berisikan berbagai motif seperti Truntum, Cakar, Sidomukti dan Sidoluhur bermakna keadaan yang menjadi dambaan manusia;
  • Motif Wirasat Buntal juga memiliki arti yang sama dengan motif Wirasat Delimo;
Motif Batik Babon Angrem (Sumber: barangtempodoeloe.com)

Motif Batik Babon Angrem (Sumber: barangtempodoeloe.com)

  • Motif Babon Angrem yang memiliki gambar utama seekor ayam betina yang sedang mengerami telurnya. Motif ini mengandung harapan kesuburan, keturunan, kemakmuran danal kehidupan. Motif ini sering digunakan pada upacara kelahiran adat Jawa;

(Pemakaian batik dalam upacara kelahiran adat Jawa dapat dilihat di tautan ini!)

  • Motif Kantil bermakna kesetiaan pada janji dan teguh pada iman dan prinsip;
Motif Batik Satria Wibowo. (Sumber. tokopedia.com)

Motif Batik Satria Wibowo. (Sumber. tokopedia.com)

  • Motif Satrio Wibowo memiliki harapan membawa kemuliaan, kemasyhuran, keluruhan dan kekuasaan dari Tuhan YME;
Motif Batik Canthel. Digambar ini canthel yang ada di atas. gambar ini juga menggunakan warna-warna selain warna dari pewarna Sogan.

Motif Batik Canthel. Digambar ini canthel yang ada di atas. gambar ini juga menggunakan warna-warna selain warna dari pewarna Sogan. (Sumber:pintrest.com)

  • Motif Canthel bermakna arti terkait dan ikatan;
Batik cap colet motif Truntum Srikuncoro

Batik cap colet motif Truntum Srikuncoro

  • Motif Truntum bermakna ketentraman dalam hidup berumah tangga dan saling menuntun. Gambar utama motif ini adalah bunga-bunga kecil yang memenuhi seluruh kain batik;
Motif Batik Parang Kusuma (Sumber: Nlyliyani.wordpress.com)

Motif Batik Parang Kusuma (Sumber: Nlyliyani.wordpress.com)

  • Motif Parang Kusuma bermakna keharuman nama;
Motif Batik Cakar (Sumber: batikdku.blogspot.com)

Motif Batik Cakar (Sumber: batikdku.blogspot.com)

  • Motif Cakar bermakna kerja keras dalam mencari nafkah;
Motif Batik Cakar Garuda. (Sumber.imgrum.com)

Motif Batik Cakar Garuda. (Sumber.imgrum.com)

  • Motif Cakar Garuda bermakna mencari nafkah dan keselamatan;
Motif Batik Semen Rama (Sumber:batikdan.blogspot.com)

Motif Batik Semen Rama (Sumber:batikdan.blogspot.com)

  • Motif Semen Rama bermakna 8 ajaran hidup yang lengkap, yaitu hastabrata atau delapan sifat utama yang harus dimiliki oleh seorang raja atau penguasa.

Wisata di Kampung Kauman

Kampung Kauman yang dekat dengan masjid sangat mudah dijangkau dari Kota Solo. Kampung Kauman memiliki pengalaman berbelanja batik sambil melihat-lihat bangunan-bangunan tua. Menjelajah daerah dengan jalan-jalan sempit yang kaya dengan toko dan galeri batik serta bangunan-bangunan kuno.

Di Kampung Kauman, pengunjung dapat mudah menjelajah karena ada sebuah peta yang menunjukan galeri-galeri batik di setiap gang masuk.

Mading dan Peta Wisata di Kampung Kauman. (Sumber:kecoamonolog.blogspot.com)

Mading dan Peta Wisata di Kampung Kauman. (Sumber:kecoamonolog.blogspot.com)

Wisatawan juga dengan mudah melihat rumah-rumah produksi batik. Bahkan mencoba sendiri mempraktikannya.

Dalam artikel di kompas.com yang terbit pada tahun 2011, kegiatan membatik ini libur pada hari minggu karena seluruh pembatik juga libur pada hari itu.

Batik-batik yang dijajakan di toko dan galeri dibedakan menjadi tiga jenis yang dibedakan dari proses pembuatannya. Pertama batik tulis, batik cap dan batik kombinasi (yang dibuat melalui proses cap dan tulis).

Berbelanja batik di sini dan di Pasar Klewer terasa bedanya karena selain dapat berbelanja, wisatawan juga menikmati suasana sekitar.

Sebuah tugu membatik di dekat toko batik Gunawan Setiawan, Kauman Solo. (Sumber: klikhotel.com)

Sebuah tugu membatik di dekat toko batik Gunawan Setiawan, Kauman Solo. (Sumber: klikhotel.com)

Sekitar 40 total home industry batik tumbuh di kampung ini. Pelanggan mereka selain dari wisatawan domestik juga dari wisatawan mancanegara seperti Jepang, Eropa, Asia Tenggara dan Amerika Serikat.

Kondisi perdagangan batik telah ajeg saat ini sebelumnya pernah mengalami pasang surut. Pada 1939 – 1970an pernah mengelami masa yang sulit karena masuknya batik print. Namun pada 1995 – 2000 industri batik mulai bangkit lagi atas dukungan Pemerintah Kota Solo.

Kampung Kauman juga menawarkan homestay yang menyajikan pengalaman bagai saudagar batik tempo dulu. Salah satu homestay di sini adalah homestay Cakra yang beralamat di Jalan Cakra II Nomor 15 Kauman, Solo.

Bangunan Cakra Homestay di Kampung Kauman

Bangunan Cakra Homestay di Kampung Kauman. (Sumber: intaninchan.wordpress.com)

Homestay ini menyajikan ruangan-ruangan khas tempo dahulu di sertai furniture dan kelengkapan rumahnya. Tidak hanya di kamar tapi juga di ruang keluarga dan ruang tengah.

Sungguh menarik jika berwisata ke Kota Solo menginap di homestay Kampung Kauman.

Review homestay Kampung Kauman by intannchan.wordpress.com

Museum Batik Kauman

Museum yang terletak di sudut kampung Kauman ini menyimpan perjalanan industri batik di Kauman. Kain-kain batik yang berumur di atas 35 tahun dan alat-alat produksi zaman dahulu terpajang di sini, tidak terkecuali ratusan cap batik.

Koleksi-koleksi itu bisa langsung dapat dilihat ketika memasuki ruang museum. Ruangan ini menggambarkan kejayaan industri batik Desa Kauman.

Ruang utama museum ini dipenuhi dengan lemari kayu yang terukir menambah kesan klasik museum ini. Lembaran kain batik tertata di dalam lemari-lemari tersebut.

“Museum ini lebih dimaksudkan nguri-uri budaya, yaitu batik Solo. Di sini masyarakat dapat melihat dan mempelajari sejarah batik Kauman khususnya, dan batik Solo serta turunannya,” kata pengelola Museum Batik Kaoeman, Gunawan Setiawan. Dikutip dari aengaeng.com.

Penutup

Sejarah Batik di Kampung Kauman memberikan kita gambaran mengenai pasang-surut industri batik yang terjadi di sana. Perkembangan industri rumahan batik Kauman yang pada saat ini sudah baik harus terus dikelola dengan baik dengan melihat prinsip pelestarian budaya, memakmurkan pembatik dan merawat lingkungan jika ada limbah-limbah produksi yang harus diolah.

Keseluruhan aspek tersebut harus terus dipraktikan agar kemajuan batik Kauman bersama dengan ekosistem budayanya. Melupakan salah satu aspek dapat berakibat buruk pada masa depan.

Kampung Kauman sungguh kaya dengan produksi batik serta dikemas dengan wisata yang menawarkan belanja batik berbeda.

Sumber:

Atmojo, Heriyanto (2008) Batik Tulis Tradisional Kauman Solo: Pesona Budaya nan Eksotik. Solo: Penerbit Tiga Serangkai.

“Kampung Kauman: Surga Batik Solo”

http://nasional.kompas.com/read/2011/06/07/14552045/kampung.kauman.surga.batik.solo

“Napak Tilas Sejarah Kampung Kauman Solo”

http://solodejava.blogspot.co.id/2011/03/napak-tilas-sejarah-kampung-kauman-solo.html

“Kampung Batik Kauman: Tempat Abdi Dalem Keraton Menulis Batik”

(aengaeng.com)

“Kampung Batik Kauman”

http://pariwisatasolo.surakarta.go.id/wisata/kampung-batik-kauman

Makna Batik dalam Upacara Pernikahan Adat Jawa

Pernikahan adat Jawa (Sumber: ayeey.com)

Batik dalam upacara pernikahan adat Jawa memiliki tempat yang tidak tergantikan. Sejak zaman kerajaan hingga masa modern, batik digunakan dalam rangkaian upacara pernikahan adat Jawa. Hal itu terkait dengan simbol dan makna yang dikandung dalam sebuah batik bagi kehidupan masyarakat Jawa.

Sudah seharusnya, simbol dan makna yang dikandung itu tidak terus terjaga dan lestari. Namun, kebanyakan masyarakat modern kurang mengenal pakem dan arti pemakaian batik.

Padahal, arti dan makna dari batik yang digunakan, mengandung doa dan harapan untuk masa depan ketika menjalani bahtera rumah tangga.

Artikel ini mengulas pakem pemakaian batik dalam upacara pernikahan adat Jawa.

Diharapkan pengetahuan ini terus lestari dan membawa pemahaman bagi calon-calon mempelai ketika memakai batik saat prosesi upacara pernikahan adat Jawa.

Sebelumnya, Rachnasandika.com telah menuliskan artikel tentang pakem pemakaian batik dalam upacara kelahiran adat Jawa.

(Artikel lengkap mengenai pemakaian batik dalam upacara kelahiran adat Jawa!)

Serangkaian Upacara Pernikahan Adat Jawa

Masyarakat Jawa mengenal serangkaian upacara untuk menyambut dan mempersiapkan generasi mereka menuju mahligai rumah tangga.

Serangkaian upacara tersebut mempunyai makna yang mendalam bagi masa depan kedua mempelai, orang tua, keluarga, dan hubungan dengan Tuhan YME.

Beberapa serangkaian upacara pernikahan adat Jawa terbagi dalam 3 sesi besar:

  1. Sesi perkenalan dan lamaran
  2. Sesi persiapan pernikahan
  3. Sesi akad dan pernikahan

Sesi perkenalan dan lamaran

Pada sesi perkenalan dan lamaran mencakup beberapa tahapan penting, di antaranya:

Cangkog adalah tahapan paling awal. Acara ini bertujuan mencari informasi tentang calon mempelai perempuan. Seorang wakil keluarga diutus untuk mencari informasi tentang calon keluarga mempelai perempuan dan menanyakan status calon mempelai perempuan.

Salar adalah jawaban dari keluarga atau perwakilan keluarga calon mempelai perempuan saat acara Cangkog. Jawaban pada sesi ini sangat krusial karena penentuan tahap selanjutnya berdasarkan jawaban ini.

Nontoni adalah tahap di mana calon mempelai pria bersama keluarganya dipertemukan dengan keluarga calon mempelai putri. Pada tahap ini baru lah kedua calon mempelai saling melihat dan mengenal.

Pada zaman modern mungkin sudah jarang orang melakukan tahap ini karena pergaulan antara anak laki-laki dan perempuan sudah agak longgar dan dapat mengenal masing-masing lewat pertemanan.

Prosesi lamaran modern. Kedua calon mempelai menggunakan batik Sidomukti. (Sumber:thebridedept.com)

Prosesi lamaran modern. Kedua calon mempelai menggunakan batik Sidomukti. (Sumber:thebridedept.com)

Nglamar. Ketika merasakan kecocokan antara kedua keluarga, tahap selanjutnya adalah melamar calon mempelai perempuan. Keluarga calon mempelai pria memberikan tanda kepada calon mempelai perempuan sebagai pengikat. Pada zaman dahulu, tanda yang diberikan berupa pakaian lengkap yang disebut sandangan sapangadek.

Pada tahap ngalamar pembicaraan ke arah pernikahan menuju keseriusan. Biasanya jadwal serangkaian upacara pernikahan adat ditentukan pada tahap ini, orang Jawa menamakan sesi ini sebagai gethok dino.

Gethok dino dilakukan oleh orang yang mempunyai pengetahuan tentang weton Jawa. Orang Jawa percaya dengan hari baik yang menjadi landasan tanggal-tanggal mengadakan suatu upacara yang sakral, termasuk upacara pernikahan.

Srah-srahan yang juga disebut serah-serahan adalah sesi pemberian hadiah perkawinan kepada calon mempelai putri. Pada zaman dahulu serah-serahan bisa berupa hasil bumi, alat-alat rumah tangga, hewan ternak, dan sejumlah uang.

Pada zaman sekarang, serah-serahan biasanya kebutuhan perempuan pada masa kini, seperti baju, kosmetik, tas, dan sejenisnya.

Pemberian utama dalam tahap srah-srahan di antaranya:

  • Peningsetan, Lambang ikatan dan keseriusan hubungan, biasanya ditandai dengan tukar cincin oleh kedua calon pengantin;
  • Asok Tukon, Pemberian berupa uang untuk keluarga mempelai perempuan yang sifatnya membantu pelaksanaan resepsi pernikahan;
  • Pasaksen, permohonan doa restu kepada kedua keluarga. Biasanya ada beberapa orang yang ditunjuk menjadi saksi dan diberikan tembaga miring dari pihak keluarga mempelai perempuan.

Biasanya muda-mudi zaman sekarang, keseriusan hubungan mereka dimulai pada tahap ini.

Setelah sesi lamaran, pada masa dahulu calon mempelai perempuan akan dipingit selama 40 hari sebelum hari pernikahan.

Sesi Persiapan Pernikahan

Sesi persiapan pernikahan dimulai dengan menyiapkan kelengkapan-kelengkapan upacara pernikahan dan penyiapan diri calon mempelai perempuan dan mempelai pria.

Tahapan-tahapan di atas dapat dilihat di bawah ini:

Sedhahan adalah proses mengurus pembuatan surat undangan dan menyebarkannya.

Kumbakarnan adalah pembentukan panitia kecil untuk mengelola berbagai aspek pesta pernikahan.

Jenggolan adalah proses mengurus kelengkapan berkas admnisitrasi ke KUA

Pasang Tarub. Dua hari atau sehari sebelum pernikahan berlangsung dipasang sebuah tanda akan mengadakan hajatan pernikahan. Tanda tersebut di pasang pada gerbang kediaman calon mempelai perempuan dan biasanya terdiri dari:

  • Dua pohon pisang dengan setandan buah pisang di sisi kanan dan kiri gerbang. Ini melambangkan harapan calon suami menjadi pemipin rumah tangga yang baik dan mengayomi;
  • Tebu wulung atau tebu merah, sebagai simbol harapan ketika membina rumah tangga dilandasi dengan pikiran yang sehat;
  • Cangkir gading atau buah kelapa muda, lambang harapan calon keluarga ini selalu diliputi kasih sayang, saling mengasihi dan merawat;
  • Dedaunan seperti daun beringin, daun mojo koro, dadap serep dan alang-alang, sebagai simbol harapan keluarga ini terus dilindungi dan diberikan keamanan.

Slametan. Ketika malam sebelum pernikahan berlangsung, diadakan selamatan, memohon doa kepada Tuhan YME untuk kelancaran dan masa depan rumah tangga calon kedua mempelai.

Segala kelengkapan pesta telah diurus oleh tahapan di atas. Calon mempelai juga dipersiapkan dalam menyambut hari pernikahannya.

Persiapan calon mempelai dilakukan sehari sebelum upacara pernikahan, di antaranya:

Sesi siraman pada upacara adat Jawa. Sang Ibu calon mempelai menggunakan batik bermotif Cakar Garuda. (Sumber: weddingku.com)

Sesi siraman pada upacara adat Jawa. Sang Ibu calon mempelai menggunakan batik bermotif Cakar Garuda. (Sumber: weddingku.com)

Siraman. sesi siraman adalah memandikan calon pengantin perempuan dengan kembang telon/setaman yang terdiri dari bunga mawar, melati, cempaka dan kenanga.

Tata cara siraman adalah pertama dilakukan oleh orang tua dari keluarga calon mempelai perempuan, dilanjutkan oleh sesepuh, dan terakhir ibu dari mempelai perempuan.

Ketika ibu calon mempelai peremuan memandikan dengan kendi, tanda air telah habis. Kendi itu dibanting sambil mengucapkan “Saiki wis pecah pamore!” yang artinya “sekarang telah pecah pamornya!”

Sesi Adhol Dhawet pacara ernikahan adat Jawa. Kedua orang tua yang menjual es dawet menggunakan batik motif truntum. (Sumber tovavanjava.wordpress.com)

Sesi Adhol Dhawet pacara ernikahan adat Jawa. Kedua orang tua yang menjual es dawet menggunakan batik motif truntum. (Sumber tovavanjava.wordpress.com)

Adhol Dhawet. Ketika prosesi siraman telah selesai. Ibu calon pengantin perempuan menjual es dawet kepada tamu-tamu. Tamu-tamu itu membeli es dawet dengan pecahan kendi yang dibanting pada saat prosesi siraman.

Paes atau Ngerik. Setelah proses siraman, calon pengantin perempuan dikerik untuk membersihkan bulu di bagian-bagian tubuhnya seperti dahi, kuduk, tengkuk dan pipi. Tahap ini juga mendandani calon mempelai perempuan.

Malam Midodareni. Prosesi ini dilakukan semalam sebelum ijab qobul dan pesta pernikahan. Sang calon mempelai perempuan ditempatkan pada sebuah kamar dan ditemani oleh kerabat-kerabat perempuannya.

Pada malam ini, sang calon mempelai perempuan diberikan makan yang terakhir kali oleh kedua orang tuanya karena keesokan malamnnya akan diberikan oleh suami.

Hal itu sebagai simbol dari beralih status dan tanggung jawab sebagai anak putri dari sebuah keluarga, menjadi seorang istri yang membina rumah tangga.

Sesi akad dan pernikahan

Hari H pernikahan telah tiba. Ini adalah saat-saat yang paling mengharukan dan membahagiakan dari serangkaian proses pernikahan.

Hari ini, juga merupakan hari bersejarah bagi kedua calon mempelai dan kedua keluarga besar.

Tahapan baru kehidupan dimulai pada hari ini, segala hak dan tanggung jawab bertambah dan mematangkan sebuah pribadi.

Sedangkan, bagi keluarga berarti melepas seorang anak untuk membina rumah tangga sendiri.

Pada sesi ini, memiliki tahapan sebagai berikut:

Prosesi Ijab Qobul. Terlihat orang tua di tengah mempelai memakai batik motif truntum. (Sumber nurcholishnomajid.wordpress.com)

Prosesi Ijab Qobul. Terlihat orang tua di tengah mempelai memakai batik motif truntum. (Sumber nurcholishnomajid.wordpress.com)

Ijab Qobul. Ijab Qobul adalah sesi paling sakral. Seorang ayah memberikan tanggung jawab merawat dan membahagiakan putrinya kepada seorang calon suami/menantunya dan seorang laki-laki yang siap memikul tanggung jawab sebagai seorang suami yang membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah warahmah.

Prosesi ini berlandaskan dengan agama dan kepercayaan yang dianut oleh kedua mempelai. Masing-masing agama mempunyai tata caranya sendiri.

Panggih, Upacara ini dilakukan ketika kedua calon telah melakukan ijab qobul. Upacara ini memiliki tahapannya sendiri, di antaranya:

  • Liron Kembar Mayang atau saling menukar kembar mayang. Kembar mayang  atau
    Sekar Kalpataru Dewandaru adalah sebuah kumpulan bunga-bunga sebagai simbol kebahagiaan dan keselamatan;
  • Gantal atau lempar sirih. simbol dari menghilangkan godaan saat berumah tangga;
  • Ngidak endhog atau menginjak telur ayam. Mempelai pria menginjak telur lalu dibersihkan oleh mempelai perempuan. hal ini adalah tanda dari lambang seksual kedua pengantin telah pecah pamornya;
  • Minum air degan. Simbol dari meminum air kehidupan;
  • Sindur. Proses ini menyampirkan kain sindur ke pundak kedua mempelai dan menuntunnya ke pelaminan  oleh ayah atau wali dari mempelai prempuan. Simbol dari pantang menyerah dan siap menghadapi tantangan hidup;
  • Timbangan atau pangkon. Setelah naik di pelaminan, kedua mempelai dipangku oleh ayah atau wali yang membawa ke pelaminan pada sesi sindur.

Prosesi kacar-kucur. (Sumber: Bintang.com)

  • Kacar-kucur . Mempelai pria mengucurkan uang receh beserta kelengkapannya kepada mempelai perempuan yang telah siap menampung uang itu di atas selembar kain.
  • Dulangan atau kembul dahar. Kedua mempelai saing menyuapi. Ini mengandung lambang perpaduan kasih laki-laki dan prempuan.

Babak kawah. Sesi ini khusus bagi keluarga yang baru pertama kali menyelenggarakan pernikahan putrinya. Dilaksanakan dengan membagi harta benda seperti uang receh, bahan makanan, beras kuning dan lainnya.

Tumplek punjen. Sesi ini khusus bagi keluarga yang telah menikahkan semua anak putrinya. Diaksanakan dengan menumpahkan punjen. Artinya adalah telah lepas semua darma orang tua kepada anak.

Sesi sungkeman pada upacara pernikahan adat Jawa. Sang orang tua mempelai menggunakan batik motif truntum. (Sumber perutjogja.wordpress.com)

Sesi sungkeman pada upacara pernikahan adat Jawa. Sang orang tua mempelai menggunakan batik motif truntum. (Sumber perutjogja.wordpress.com)

Sungkeman. Kedua mempelai memohon restu dan doa dari kedua orang tua.

Kirab. Setelah melakukan semua prosesi di atas. Pengantin berganti baju dan siap menuju pelaminan untuk melaksanakan resepsi pernikahan

Pernikahan adat Jawa (Sumber: ayeey.com)

Pernikahan adat Jawa. Kedua pengantin memakai kain batik Sidomulyo. (Sumber: ayeey.com)

Setelah mengetahui seluruh prosesi upacara pernikahan adat Jawa. Selanjutnya mari mencermati pemakaian batik dalam upacara pernikahan adat Jawa.

Batik dalam Upacara Pernikahan Adat Jawa

Batik mempunyai makna tersendiri dari prosesi pernikahan adat bagi masyarakat Jawa. Tidak hanya simbol-simbol yang tercermin dari prosesi upacara. Batik dengan motif dan ragam hiasnya juga mempunyai makna dan doa bagi kedua mempelai.

Pemakaian motif dan ragam hias batik dalam upacara pernikahan adat Jawa di antaranya:

Motif batik Wahyu Temurun, sering digunakan pada malam Midodareni

Motif batik Wahyu Temurun, sering digunakan pada malam Midodareni. sumber: batiktulissekarlangit.blogspot.com

  • Motif batik Wahyu Temurun

Motif batik Wahyu Temurun mempunyai arti restu atau wahyu yang turun dari Tuhan YME. Motif ini juga sebagai simbol sebagai murah rejeki dan makmur.

Motif batik cakar. Cakar yang dimaksud adalah cakar ayam atau burung. Cakar pada motif ini dapat dilihat di dalam pola kotak-kotak yang bergambar tiga titik yang mengelilingi bulatan di tengah. Sumber: jejakbatik.blogspot.com

Motif batik cakar. Cakar yang dimaksud adalah cakar ayam atau burung. Cakar pada motif ini dapat dilihat di dalam pola kotak-kotak yang bergambar tiga titik yang mengelilingi bulatan di tengah. Sumber: jejakbatik.blogspot.com

  • Motif batik Cakar

Motif ini adalah motif batik dalam upacara pernikahan yang sering digunakan oleh kedua orang tua mempelai. Motif ini menyimbolkan kemampuan dan semangat mencari rejeki.

Motif batik Grompol yang bergambar bunga-bunga yang tersusun seperti rantai. sumber: furniturebatik.wordpress.com

Motif batik Grompol yang bergambar bunga-bunga yang tersusun seperti rantai. sumber: furniturebatik.wordpress.com

  • Motif batik Grompol

Motif batik Grompol bermakna bersatu, maksudnya adalah bersatunya hal-hal baik pada saat pernikahan. Simbol bersatu dapat dilihat dari gambar berupa bunga-bunga yang saling berkaitan.

Motif batik Sidomukti yang mempunyai gambar utama bunga, meru, kupu-kupu, singgasana

Motif batik Sidomukti yang mempunyai gambar utama bunga, meru, kupu-kupu, singgasana. sumber: cet.co.id

  • Motif batik Sidomukti

Motif batik Sidomukti mempunyai gambar utama bunga, meru, sayap, dan singgasana. Keempat gambar ini mempunyai makna yang mendalam.

Gambar bunga berarti simbol kecantikan. Bunga tumbuh dari sebuah tanamanan yang memiliki akar yang menancap ke bumi. Dengan gambar ini diharapkan si pemakainya menjadi seusatu yang indah dan teguh pada prinsip hidupnya.

Gambar meru atau gunungan adalah simbol kemegahan dan keagungan.

Gambar sayap menyimbolkan hidup yang indah dan dapat terbang tinggi di angkasa.

Gambar singgasana berarti melambangkan pengharapan akan kedudukan dan derajat yang tinggi dan mulia.

Motif Sidomukti,, sidoluhur dan sidomulyo menggambarkan keempat gambar utama di atas. Namun yang membedakan isen-isen dan latar belakangnya.

Motif Sidomukti memiliki isen-isen (ornamen pengisi) titik-titik dan garis-garis  diagonal.

Motif batik Sidoluhur

Motif batik Sidoluhur. (sumber: mtbatikyuuuk.wordpress.com)

  • Motif batik Sidoluhur

Motif batik Sidoluhur mempunyai makna yang sama dengan Sidomukti dan Sidomulyo. Namun, memiliki isen-isen dan latar belakang yang berbeda.

Motif batik Sidomulyo

Motif batik Sidomulyo. (Sumber: batikdan.blogspot.com)

  • Motif batik Sidomulyo

Motif batik Sidomulyo mempunyai makna yang sama dengan motif batik Sidomukti dan Sidoluhur. Namun, perbedaannya pada isen-isen dan latarbelakangnya.

  • Motif batik Truntum

Motif batik truntum pada upacara pernikahan dipakai oleh orang-orang tua karena truntum yang mempunyai gambar utama bunga-bunga kecil yang bermekaran di seluruh kain bermakna ketentraman dalam hidup berumahtangga.

Makna lainnya dari motif ini bahwa truntum berasal dari kata tumaruntum yang berarti saing menuntun.

Kain motif truntuk Srikuncoro dapat pembaca dapatkan melalui halaman batik Solo.

(Produk batik Solo kami dapat dilihat melalui artikel ini!)

Penutup

Makna yang terkandung oleh batik dalam upacara pernikahan sangat banyak. Makna-makna batik tersebut tergambar dari motif-motif batik yang menyimbolkan suatu harapan dan doa untuk masa depan sang pengantin.

Semoga, dengan mengetahui makna motif-motif batik dalam upacara pernikahan adat Jawa.Menambahkan wawasan dan kekhusyukan sang pengantin dan penonton dalam mengikuti serangkaian upacara pernikahan adat Jawa.

 

 

Sumber “Makna batik dalam upacara pernikahan Jawa”:

Atmojo, Heriyanto (2008) Batik Tulis Tradisional Kauman, Solo. Solo: Ti

ga Serangkai

www.cara.pro/pernikahan-adat-jawa/

www.batikdan.blogspot.com

www.seputarpernikahan.com/rangkaian-dan-tahapan-lengkap-pernikahan-adat-jawa/

www.ulyasalon.com/pernikahan/prosesi-tatacara-pada-pernikahan-adat-jawa-beserta-filosofi-dan-maknanya/

Sahilin: Sang Maestro Kesenian Batanghari Sembilan dari Sumatera Selatan

Potret Sahilin, Maestro Batanghari Sembilan

Batanghari sembilan adalah seni pertenjukan khas Sumatera Selatan. Mendengar kata batanghari sembilan pastilah tertuju pada seorang pria, yaitu Bapak Sahilin. Bapak Sahilin adalah ikon kesenian ini dan dikuatkan dengan pemberian penghargaan sebagai Maestro Seni Tradisi oleh Kemdikbud pada 2008.

Artikel ini menceritakan bagaimana pertemuan penulis dengan Bapak Sahilin di kediamannya, di daerah sekitar Tanggabuntung, Kota Palembang.Tentu juga ditambah informasi lain agar memperkaya pengetahuan tentang kesenian ini dan Bapak Sahilin.

Banyaknya penghargaan dan bergelar Maestro yang diberikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tidaklah tergambar dari lokasi kediaman beliau.

Beliau tinggal di sebuah rumah panggung yang cukup sederhana. Rumahnya pun cukup jauh dari jalan besar. Mungkin ketika sungai yang berada di depan gang meluap, daerah rumah Bapak Sahilin terendam air.

Dengan kondisi yang serba keterbatasan, Bapak Sahilin masih aktif melestarikan batanghari sembilan.

Beliau juga masih bersemangat untuk mengajar bagi generasi-generasi muda yang ingin mempelajari kesenian ini.

Potret Rumah Bapak Sahilin, begitu sederhana bagi seorang maestro.

Potret Rumah Bapak Sahilin, begitu sederhana bagi seorang maestro batanghari sembilan.

Asal, calon murid tersebut datang ke rumahnya karena keterbatasan ekonomi membuat beliau tidak dapat menghampiri satu-satu murid yang ingin belajar.

Penjelasan Singkat Batanghari Sembilan

Kesenian ini berjenis kesenian pertunjukan yang dimainkan oleh sepasang penyair pantun dan biasanya penyair pria juga sambil memainkan alat musik gitar. Pantun dinyanyikan berbalasan mengikuti alunan gitar.

Mendengar batanghari sembilan seperti mendengar lagu yang mendayu-dayu, dengan lirik pantun yang berbahasa khas Sumatera Selatan.

Asal-usul nama kesenian ini belum diketahui. Namun, yang pasti tidak lepas dari daerah penghasil kesenian ini.

Ialah, daerah batanghari sembilan yang berarti sembilan sungai yang bermuara di Sungai Musi.

Versi Bapak Sahilin sendiri, nama ini diperkenalkan oleh Alm. Djaafar Malik, seniman dari daerah Lahat.

Masa Kecil dan Sumber Inspirasi Bapak Sahilin

Bapak Sahilin adalah anak kedua dari sembilan bersaudara dari pasangan Muhammad Saleh dan Demah. Beliau lahir pada 1948. Bapak Muhammad Saleh adalah seorang petani karet yang pernah menjadi tentara musik pada masa Jepang.

Ketika berumur lima tahun, Bapak Sahilin terkena penyakit cacar. Sehingga membuat ia kehilangan kemampuan melihat karena ini pula beliau selalu memakai kaca mata hitam di setiap penampilannya, walaupun pada malam hari sekalipun.

Ayahnya, Muhammad Saleh sangat menyukai kesenian. “Dulu almarhum bapak senang nian samo lagu-lagu keroncong, Melayu, dan lagu daerah. Bahkan bapak marah-marah kalau sampai siaran radio yang lagi acara itu sampai dipindah.” Kenang Bapak Sahilin.

Kesukaan ayahnya terhadap kesenian turun kepada Sahilin muda. Ia diberikan gitar oleh ayahnya. Ketika orang tuanya pergi menyadap karet, Sahilin muda memainkan gitar.

Ketika sudah mahir memainkan gitar, ia pun belajar menembang. Seperti penuturannya, malah terkadang ayahnya yang memainkan gitar dan dia yang menembang.

Ketika ayahnya wafat, ia merasakan pedih dan pahitnya kehidupan. Pengalaman itu menginspirasi lagu “Sukat Malang” yang diciptakannya.

Saat ini, inspirasinya berasal dari kehidupan sekitar. “Adonyo siang malem, naik turun, susah seneng, tuo mudo. Itulah yang selalu aku pikirke dan dijadike pantun dalam tembang batanghari sembilan ini.” tutur beliau.

Masuk ke Dapur Rekaman dan Mendapatkan Penghargaan

Rekaman studio pada 1975 adalah tanda penghargaan atas kiprahnya sebagai seniman batanghari sembilan.

Pada tahun itu, Palapa Studio mengorbitkan album pertamanya yang bernama “Ratapan Mati Gadis.” Album itu laku di pasar.

Minat pendengar batanghari sembilan cukup banyak, pada album kedua “Tiga Serangkai” dan album ketiga “Serai Serumpun” juga laku keras.

Hasil penjualan album-album tersebut ia pergunakan untuk membeli tanah, membangun sebuah rumah sederhana, untuk menikah dan menghidupi keluarganya.

Kiprahnya sebagai seniman batanghari sembilan semakin diperhitungkan dengan berbagai penghargaan yang ia terima.

Beberapa di antaranya adalah:

  • Maestro Seni Tradisi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI pada 2008
  • Anugerah Batang Hari Sembilandari Dewan Kesenian Sumatera Selatan (DKSS) dan Gubernur Sumatera Selatan pada 2009
  • Penghargaan dari Dewan Kesenian Daerah (DKD) OKI pada 2007
  • Penghargaan dari DKP pada 2006
  • Penghargaan dari Komite Relawan Sedunia pada 2000
Penghargaan Anugerah Kebudayaan yang diberikan kepada Bapak Sahilin

Penghargaan Anugerah Kebudayaan yang diberikan oleh Mendikbud kepada Bapak Sahilin.

Penghargaan Batanghari Sembilan yang diberikan oleh Ketua Dewan Kesenian Sumatera Selatan dan Gubernur Sumatera Selatan.

Penghargaan Batanghari Sembilan yang diberikan oleh Ketua Dewan Kesenian Sumatera Selatan dan Gubernur Sumatera Selatan kepada Bapak Sahilin.

Penghargaan yang diberikan oleh Komite Relawan Sedunia kepada Bapak Sahilin, terlihat terdapat sarang rayap di bagian kiri atas.

Penghargaan yang diberikan oleh Komite Relawan Sedunia kepada Bapak Sahilin, terlihat terdapat sarang rayap di bagian kiri atas.

Kabar Terbaru Sang Maestro

Penulis dan rekan, mengunjungi Bapak Sahilin pada 5 November 2017 di kediaman beliau, daerah Tanggabuntung, Kota Palembang.

Kami dijemput oleh Saidina, anak sang Maestro di depan gang yang berada di jalan dekat pelabuhan kapal feri.

Sesampainya di rumah beliau. Beliau tampak sehat dan masih aktif mengisi pertunjukan.

Beliau menceritakan kondisi kehidupan beliau saat ini.

Suasana di rumah Bapak Sahilin, (ki-ka) Saidina, anak Pak Sahilin, Bapak Atqa, dan Bapak Sahilin.

Suasana di rumah Bapak Sahilin, (ki-ka) Saidina, anak Pak Sahilin, Bapak Atqa, dan Bapak Sahilin.

Ia menyambung hidup dengan uang honor pertunjukan ke pertenjukan yang biasanya ketika hajatan pernikahan dan khitanan.

Mungkin, jika sedang ramai bisa mengisi 5-6 panggung setiap bulan. Namun, tiga bulan terakhir belum ada undangan tampil lagi.

Ia tidak pernah mentarifkan setiap undangan pertunjukan. Ia ikhlas menerima apa saja yang diberikan oleh tuan rumah.

Sebelumnya, ia juga aktif pada program di Pal TV dan RRI Palembang. Namun sekarang sudah tidak.

Ketika ditanyakan tentang murid yang pernah menimba ilmu kepadanya. Ia mengingat hanya satu orang yang pernah belajar kepadanya.

Ialah Jefri. Sekarang, Jefri juga sudah menjadi seorang seniman Batanghari 9.

Ia berkata masih mampu jika harus mengajar lagi. Ia selalu membuka rumahnya lebar-lebar untuk murid yang ingin belajar kesenian ini.

Ia sangat khawatir dengan kondisi generasi penerus. Seperti yang pernah ia ucapkan.

“Anak-anak malas menghafal pantun-pantun lama yang dianggap rumit dan panjang. Kalau memikirkan siapa nanti yang mau meneruskan seni batanghari sembilan, saya sering sedih,” kata Sahilin.

Penutup

Kesenian batanghari sembilan adalah salah satu kekayaan budaya yang harus dijaga. Pelestarian ini harus mengajak semua pihak dan melibatkan banyak unsur.

Keberadaan seniman seperti Bapak Sahilin harus didayagunakan agar keseniannya tidak punah. Maestro seperti Bapak Sahilin sangat senang jika bisa meneruskan keahliannya. Namun, kekurangan fasilitas dan pra sarana.

Semoga, pada masa mendatang. Bapak Sahilin dan maestro-maestro seni tradisi yang lain dapat menyalurkan keinginan mengajarnya. Demi kelestarian kekayaan budaya Indonesia.

Merayakan Bendera Merah Putih: Ketahui Kandungan Makna dan Sejarahnya

Foto Pengibaran bendera Merah Putih saat Proklamasi

Dialog kesejarahan: Pemuda dan Merah Putih 2017 adalah kegiatan untuk merayakan bendera Merah Putih, bendera kebangsaan Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan di gedung A, Plaza Insan Berprestasi Kemdikbud pada 14 November 2017. Kegiatan ini juga bersamaan dengan Pameran: Sang Merah Putih Sejarah dan Maknanya.

Bangsa Indonesia memiliki hari-hari bersejarah pada bulan-bulan tersebut, misalnya ada hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober dan hari Pahlawan Nasional pada 10 November. Kegiatan ini juga sekaligus merayakan kedua hari bersejarah tersebut.

Dialog kesejarahan yang mengambil tema Merayakan Bendera Pusaka ini ingin membawa kita kembali memaknai apa arti bendera Merah Putih bagi bangsa Indonesia.

Seperti yang kita ketahui, bendera Merah Putih sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Namun, belum ada perhatian yang serius dan dianggap hal yang biasa saja seperti yang diterangkan oleh ibu Triana Wulandari, Direktur Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan dalam laporannya “Belum ada porsi tulisan (penelitian sejarah) tentang bendera Merah Putih.”

Hal senada juga disampaikan oleh bapak Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan “Bendera (Merah Putih) seperti diterima jadi (diwariskan pahlawan) oleh kita sehingga kita lupa sejarah simbol negara ini.”

Padahal, banyak makna dan sejarah dalam bendera Merah Putih. Perjuangan para pahlawan yang mengibarkan bendera adalah perjuangan kolektif bangsa.

Bapak Hilmar juga menyampaikan kepada para tamu undangan yang rata-rata guru dan murid di Jabodetabek, bahwa penghapalan dalam belajar sejarah tidak efektif, tapi dilakukan dengan diskusi antargenerasi. Dari diskusi tersebut akan tercipta kesadaran sejarah.

Kesadaran sejarah mengenai apa yang telah terjadi pada saat ini adalah hasil dari perjuangan dan pekerjaan di masa lalu. Yang terjadi pada saat ini adalah warisan untuk generasi selanjutnya.

Dari kegiatan ini, diharapkan para hadirin dan masyarakat umum dapat mengetahui makna bendera Merah Putih khususnya dan menambah wawasan kesejarahan pada umumnya.

Pada kesempatan ini dihadiri oleh Cak Lontong yang memberikan lawakan-lawakan segarnya mengenai sejarah dan kebanggaan menjadi bangsa Indonesia.

Dialog kesejarahan ini dimoderatori oleh Bapak Sumardiansyah dan menghadiri narasumber di antaranya: Bapak Muhammad Bambang Sulistomo (putra Pahlawan Bung Tomo), Bapak Bonnie Trirayan (Pemimpin Redaksi Majalah Historia) dan Ibu Sarasdewi (Kepala Program Studi Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia)

Penampilan Cak Lontong (Lis Hartono) Dalam Diskusi Pemuda dan Bendera Merah Putih

Dalam penampilannya kali ini, Cak Lontong ditemani oleh dua temannya. Cak Lontong membuka dengan candaan-candaan ringannya. Cak Lontong mengambil nama-nama pejabat untuk dijadikan bahan jokes. Pertama ialah  bapak Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid. Menurut Cak Lontong, bapak Hilmar orang yang sangat sabar seperti kepanjangan namanya “Hilang Marah Fakai Wirid”.

Ibu Direktur Sejarah juga tidak lepas dari sasaran jokes Cak Lontong. Menurutnya, Triana Wulandari berarti “Terpatri Mempesona, Wanita Unggulan dan Selalu Berseri”.

Kehadiran Cak Lontong membawa suasana menjadi cair dan penuh canda. Bahan candaannya yang lain adalah seekor kucing yang biasa berlalu-lalang di Plaza Insan Berprestasi.

Sesi Stand up Comedy Cak Lontong pada rangkaian kegiatan Sang Merah Putih: Sejarah dan Maknanya.

Sesi Stand up Comedy Cak Lontong pada rangkaian kegiatan Sang Merah Putih: Sejarah dan Maknanya.

Kawan Cak Lontong memberikan pertanyaan. “Binatang apa yang jalannya berkaki tiga?” tidak ada yang bisa menjawab. Jawabnya ialah “kucing yang sedang membawa map untuk melamar pekerjaan.” Membuat banyak pengunjung tersenyum.

Cak Lontong memberikan pertanyaan, “Lalu kucing apa yang jalannya dengan dua kaki?” tidak ada yang bisa menjawab. Jawabnya ialah “kucing yang sedang melamar itu sedang mengisi formulir sambil membawa map.” Pengunjung tertawa.

Dalam Stand Up Comedy-nya, Cak Lontong mengatakan bahwa kita harus bangga dengan Indonesia. Adanya Amerika Serikat berkat Indonesia. Kenapa begitu? Pada zaman dahulu, banyak orang Eropa yang berlomba-lomba menuju Indonesia mencari rempah-rempah.

Kebetulan, Christoper Colombus yang disuruh Kerajaan Spanyol mencari rempah-rempah di Indonesia, tersasar ke benua yang sekarang dinamakan Amerika.

Pada zaman Napoleon Bonaparte pun Indonesia memegang peran penting untuk kekalahan Napoleon saat menyerang Rusia. Napoleon saat itu mempunyai tentara terkuat di dunia, namun karena Indonesia ia kalah.

Saat Napoleon menyerang Rusia, tiba-tiba turun salju yang pada saat itu seharusnya belum turun. Itu semua karena Gunung Tambora di Indonesia meletus sehingga menyebabkan pengubahan iklim.

Prajurit Napoleon yang tidak memiliki persiapan menghadapi musim dingin tiba-tiba akhirnya kalah.

Cak Lontong dan kedua temannya membuat para pengunjung tidak henti-hentinya tertawa.

Dialog Kesejarahan: Pemuda dan Merah Putih

Setelah sesi stand up comedy Cak Lontong, dimulai Dialog Kesejarahan: Pemuda dan Merah Putih. Bapak Sumardiansyah diminta memoderatori dialog ini oleh MC.

Sebelum memulai sesi narasumber, Bapak Sumardiansyah memperkenalkan Bapak Muhammad Bambang Sulistomo (putra Pahlawan Bung Tomo) sebagai pembicara pertama, Bapak Bonnie Triyana (Pemimpin Redaksi Majalah Historia) sebagai pembicara kedua dan Ibu Sarasdewi (Kepala Program Studi Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia) sebagai pembicara ketiga.

Bapak Bambang Sulistomo menyampaikan bahwa pada masa penjajahan, ada kelompok-kelompok pemuda yang tinggal di berbagai pelosok tanah air berkumpul di Jakarta untuk melakukan kongres. Untuk apa? karena untuk kemerdekaan, kemerdekaan Indonesia.

Semua bangsa pasti tidak ingin dijajah. Pasti ingin berdaulat menentukan nasibnya sendiri. Maka begitu pula dengan Indonesia. Indonesia merdeka berkat perjuangan bangsa Indonesia.

Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, terdapat 6 kata merdeka disebutkan. Kemerdekaan zaman dahulu adalah kemerdekaan dari penjajah. Sekarang, kemerdekaan adalah untuk kemerdekaan pengembangan diri, kemerdekaan dari penindasan, kemerdekaan dari tekanan-tekanan berbagai pihak.

Kata keadilan juga beberapa kali disebutkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Keadilan adalah dasar dari persatuan di Indonesia yang memiliki kebhinekaan.

Dari persatuan itu bangsa Indonesia dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Kepahlawanan bagi Bapak Bambang Sulistomo mengandung nilai-nilai ketulusan dan ikhlas. Seorang pahlawan adalah seorang yang terus mengusahakan untuk bangsa walaupun luar kapasitas dan kemampuannya.

Pembicara kedua, Bapak Bonnie Triyana menyampaikan pentingnya belajar sejarah yang membangkitkan sifat kritis dan logis. Tujuan belajar sejarah yang utama adalah mengetahui sejarah dengan kritis tidak sekadar menerima. Hapalan akan menghilangkan konteks sejarah.

Suasana Dialog Sejarah: Pemuda dan Merah Putih.

Suasana Dialog Sejarah: Pemuda dan Merah Putih.

Bapak Bonnie Triyana mendukung pernyataan Bapak Hilmar Farid bahwa para pengajar, guru-guru, menjelaskan sebab-musabab suatu peristiwa agar anak-anak dapat berpikiran kritis dan logis.

Beberapa metode yang dapat dicontoh adalah ketika pengalaman beliau ke salah satu galeri nasional di Australia. Pada saat itu Bapak Bonnie melihat sekelompok murid-murid SD sedang berkunjung ditemani oleh guru dan kurator museum.

Guru itu menunjukkan kepada murid-muridnya tentang sebuah lukisan klasik yang bergambar Bunda Maria sedang menggendong bayi dan dikelilingi orang-orang.

Sang guru bertanya “Mengapa pada lukisan-lukisan klasik Bunda Maria memakai baju bir?” murid-murid tidak ada yang bisa menjawab.

Guru tersebut menjelaskan bahwa pada zaman itu, warna biru adalah warna yang paling mahal. Proses pembuatan warna biru menggunakan bahan-bahan yang mahal. Bunda Maria memiliki kedudukan yang tinggi di agama Katholik. Jadi warna biru adalah warna yang sesuai dengan kedudukan Bunda Maria.

Berbeda halnya dengan warna kuning. Warna kuning dihasilkan dari proses yang cukup jorok. Bahan pewarna kuning adalah urin sapi yang diberi makanan khusus.

Lukisan “Kawan-kawan Revolusi”, yang dimaksud adalah wajah yang mempunyai warna kulit yang agak pucat.

Contoh lainnya adalah lukisan Alm. Sudjojono yang berjudul “Kawan-kawan Revolusi”. Menurut keterangan anak Alm Sudjojono, di sana ada seorang yang wajahnya mengenaskan. Ada sejarah tersendiri mengenai sosok tersebut.

Sosok itu bernama Dullah. Ia adalah kawan seperjuangan Alm. Sudjojono ketika masa Agresi Militer I tahun 1946.  Dullah meninggal dengan cara yang cukup tragis.

Ia berlari menyongsong dua buah tank Belanda yang sedang berpatroli. Ia berlari karena merasa granat gembyong yang ia bawa (granat buatan asli pejuang Indonesia yang cara meledakannya harus dicampur oleh suatu bubuk kimia) akan meledak. Ketika granat itu meledak, Dullah meninggal dan membuat rusak tank Belanda.

Bung Karno di depan lukisan "Kawan-kawan Revolusi". sumber: archive.ivaa-online.org

Bung Karno di depan lukisan “Kawan-kawan Revolusi”. sumber: archive.ivaa-online.org

Lukisan itu dipajang di istana negara. Bung Karno sering menceritakan kisah ini kepada tamu-tamunya. Suatu hari, Bung Karno kedatangan tamu dari klub bola yang berasal dari Moskow. Bung Karno menceritakan kisah ini, lalu sang kapten mengajak rekan-rekannya untuk mengheningkan cipta khusus untuk Bung Dullah.

Lukisan "Kawan-kawan Revolusi" karya Sudjojono yang saat ini berada di istana negara. sosok Alm. Dullah yang diceritakan kemungkinan wajah yang dengan kulit yang agak pucat. sumber: 3karya.hypen.web.idLukisan “Kawan-kawan Revolusi” karya Sudjojono yang saat ini berada di istana negara. sosok Alm. Dullah yang diceritakan kemungkinan wajah yang dengan kulit yang agak pucat. sumber: 3karya.hypen.web.id

Jika pelajaran sejarah seperti yang diceritakan oleh Bapak Bonnie akan lebih menarik murid-murid. Murid-murid juga akan mengetahui konteks sebuah benda atau peristiwa yang terjadi saat ini.

Soal pemuda, Pak Bonnie Triyana menarik pada Sumpah Pemuda yang dilaksanakan pada 28 Oktober 1928 di Jalan Kramat, Jakarta. Pada saat itu tercipta sebuah pernyataan yang memiliki nilai geopolitik dan mindscape. Pada saat itu tidak ada isu-isu mayoritas dan minoritas. Semua berkumpul menyatakan satu bangsa, satu nusa dan satu bahasa.

Pemuda Indonesia sangat bersemangat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Salah satunya saat pertempuran di Surabaya, November 1945. Para pemuda mempertahankan kedaulatan Indonesia di bawah gempuran tentara Inggris yang merupakan pemenang Perang Dunia ke-2.

Peristiwa itu mengundang para tokoh pemuda membuat pamflet. Ialah Tan Malaka dan Sutan Sjahrir.

Tan Malaka pada pamfletnya yang berjudul “Muslihat” mengatakan pertempuran Surabaya adalah modal merdeka 100%. Tidak ada perundingan dengan penjajah. Bahwa jika ada maling yang masuk ke rumah kita, kita wajib mengusirnya. Setelah berada di luar rumah baru berunding.

Sutan Sjahrir pada pamfletnya yang berjudul “Perjuangan Kita” mengatakan perjuangan bangsa Indonesia harus menggunakan prinsip kemanusian. Tidak boleh gelap mata.

Dari kedua pamflet itu dapat ditarik bahwa Indonesia mempunyai potensi untuk bersaing dan potensi yang melihat sisi kemanusian.

Bapak Bonnie menutup sesinya dengan pesan setiap generasi menuliskan sejarahnya masing-masing. Belajar sejarah yang baik adalah dengan mendiskusikan  agar tercipta sebuah intersubjektivitas.

Belajar sejarah bukan karena untuk masuk jurusan sejarah, tapi belajar menjadi manusia logis dan kritis. Itu adalah modal bagi generasi-generasi pada masa mendatang.

Pembicara ketiga adalah Ibu Saras Dewi. Saras Dewi menceritakan makna dari bendera Merah Putih. Ia mengambil makna bendera Merah Putih dari yang sangat dekat dengan hidupnya. Yaitu bendera yang setiap menjelang hari kemerdekaan dipasang di halaman rumah dan jika tidak sedang dipasang, dilipat dan disimpan di baret almarhum kakeknya. Baret kebanggan keluarganya.

Kakek dari Saras Dewi adalah seorang veteran perang, mantan anggota resimen I Gusti Ngurah Rai. Almarhum bernama I Made Dhama, ketika masa revolusi ia baru berumur 17 tahun.

Sebelum terjadi Puputan Margarana, almarhum diperintahkan untuk kembali ke Denpasar untuk menjaga pos di sana. Namun, kondisi di Denpasar sudah tidak seperti yang diperintahkan.

Dari penuturan Saras, almarhum kakeknya sering bercerita tentang masa-masa perjuangannya itu. Almarhum  sedih karena tidak terlibat puputan Margarana.

Semasa hidup, kakek I Made Dhama menjadi guru. Almarhum juga membuat Yaysan Taman Pendidikan 1945. Taman Pendidikan yang mendidik putra-pturi Bali untuk nusa dan bangsa.

Ketika menjelang akhir hayatnya, almarhum menuturkan ingin bertemu dengan teman-teman pasukannya.

Puputan Margarana adalah salah satu puputan yang terjadi di Bali. Berbagai puputan pernah terjadi di Bali. Puputan yang terkenal lainnya adalah Puputan Jagaraga. Puputan yang dilakukan oleh Raja Buleleng menghadapi Belanda.

Puputan berasal dari kata puput yang berarti selesai atau habis.

Puputan Margarana adalah perjuangan untuk Indonesia tidak hanya untuk Bali.

Sekarang, generasi muda harus mempertahankan kemerdekaan dengan prestasi.

Menghargai kepahlawanan bagi Saras adalah mengingat korban Tragedi Semanggi I, 13 November dan mengingat perjuangan Almarhum Munir dalam membantu rakyat yang mengalami ketimpangan sosial.

Pameran Sang Merah Putih: Sejarah dan Maknanya

Pameran Sang Merah Putih: Sejarah dan Makananya berlangsung di Plaza Insan Berprestasi, Gedung A, Kemdikbud. Pameran ini berlangsung 10 – 14 November 2017.

Pameran ini berisi foto-foto bersejarah pengibaran bendera Merah Putih yang bersumber dari IPPHOS dan NIGIS yang didapatkan dari Arsip Nasional Republik Indoneisa, ANRI serta beberapa koleksi foto dari Perpustakan Nasional Republik Indonesia. Foto-fotonya dapat dilihat sebagai berikut:

Murid-murid Sekolah Dasar sedang mengunjugi pameran Sang Merah Putih: Sejarah dan Maknanya.

Murid-murid Sekolah Dasar sedang mengunjugi pameran Sang Merah Putih: Sejarah dan Maknanya.

 

 

Tempat Pameran Sang Merah Putih: Sejarah dan Maknanya

 

Penutup

Kegiatan ini membangkitkan kembali makna bendera Merah Putih yang mungkin sudah banyak dilupakan oleh kebanyakan orang Indonesia. Padahal, bendera Merah Putih mempunyai arti dan menyimpan semangat mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Semoga mulai bermunculan penulisan-penulisan dan penilitan sejarah mengenai bendera Merah Putih khususnya dan simbol-simbol kebangsaan pada umumnya. Pada tahun depan, mungkin selain membuat pameran dan dialog juga dibuat sebuah lomba yang memperingati dan merayakan simbol-simbol negara yang memiliki sejarah kebangsaan yang kuat.

Informasi kegiatan-kegiatan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemdikbud yang lain dapat dilihat di sini.

Pakem Pemakaian Batik Dalam Upacara Kelahiran Adat Jawa

Ibu dan Bayi sumber:merdeka.com

Dari zaman dahulu hingga sekarang, masyarakat Jawa menggunakan batik dalam berbagai upacara adat. Kebudayaan Jawa mempunyai upacara adat yang lengkap terhadap perkembangan manusia. Dari masih di dalam kandungan hingga wafat ada ritualnya sendiri-sendiri. Penggunaan batik dikelompokan melalui motif atau ragam hias yang sesuai upacara adat tersebut. Hal itu terjadi dari generasi ke generasi sehingga terciptalah pakem pemakaian batik.

Upacara Tedhak SIten yang dilakukan pasangan selebritis Anang Hermansyah dan Ashanty. sumber: baabun.com

Upacara-upacara adat budaya Jawa yang umum dikenal antara lain:

  • Upacara adat kelahiran;
  • Upacara adat pernikahan;
  • Upacara adat kematian.

Pada setiap upacara adat, kain batik yang motifnya sesuai dengan upacara adat juga diturutsertakan. Hal itu karena motif atau ragam hias mempunyai makna tersendiri. Di dalam motif itu terdapat harapan dan simbol pengabdian hamba kepada Tuhan YME. Misalnya motif Cakar yang umum digunakan orang tua pada upacara adat pernikahan. Motif cakar dilambangkan kesiapan melepas anak ke jenjang pernikahan.

Pakem sendiri jika di dalam KBBI berarti (adjektiva) kuat mencekam (tentang rem motor). Jika diartikan ke dalam batik, menurut penulis pakem penggunaan batik adalah aturan dalam penggunaan batik yang mengikuti tradisi dan kebiasaan terdahulu yang memiliki kearifan dan nilai-nilai budaya.

Menurut penulis, budaya Jawa mempunyai peradaban yang tinggi dalam bidang batik karena pengetahuan dalam bidang batik sangat kompleks ,banyak dan melekat di kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya, mari kita simak apa saja pakem pemakaian batik dalam upacara adat dan tradisi budaya Jawa!

Pakem Pemakaian Batik dalam Upacara Adat Kelahiran

Kelahiran tidak hanya kebahagian pada sepasang suami-istri dalam menyambut buah hatinya, namun memiliki kesakralan tentang proses terciptanya seorang manusia atas karunia Tuhan YME.

Kesakralan tersebut dapat terlihat dari beberapa upacara adat mengenai kelahiran yang dikenal oleh budaya Jawa.

Upacara adat tersebut terbagi dalam kategori sebelum melahirkan dan sesudah melahirkan.

Upacara adat sebelum melahirkan, di antaranya:

  • Upacara tiga bulanan.

Upacara ini dilakukan ketika umur kehamilan telah mencapai 3 bulan. Pada saat itu dipercaya ketika ruh bayi ditiupkan pada janin. Biasanya upacara ini dilakukan dengan tasyakuran.

  • Upacara tingkepan atau Mitoni

Video ini menggambarkan prosesi upacara Mitoni. Dalam video ini sang Calon Ibu menggunakan kain batik pertama bermotif Sido Asih, ketiga Wahyu Temurun, yang keempat dan terakhir motif Babon Angrem. Sedangkan urutan kedua, keempat dan kelima penulis kurang jelas melihatnya

Upacara ini dilakukan ketika umur kehamilan telah mencapai 7 bulah. Kata mitoni berasal dari kata pitu yang artinya tujuh. Upacara adat ini berupa syukuran yang di dalamnya terdiri dari serangkaian acara, yaitu memasukan telur ayam kampung ke dalam kain calon ibu, dilanjutkan dengan siraman calon ibu, berganti nyamping dan pelafalan doa-doa.

Pada sesi berganti nyamping, sang calon ibu harus berganti-ganti mengenakan 6 kain batik dan 1 kain lurik. Pergantian batik-batik tersebut mempunyai aturan, bahwa batik yang terakhir dipakai adalah yang bermotif sederhana.

Motif-motif yang umum digunakan di antaranya:

Motif Wahyu Temurun khas Yogyakarta

Motif Wahyu Temurun khas Yogyakarta. sumber: tikthokmotifkhasyogyakarta.blogspot.co.id

Motif Wahyu Tumurun. Motif ini berisi harapan agar si jabang bayi memiliki kedudukan yang baik.

Motif Cakar khas Yogyakarta. sumber http://batikthokmotifkhasyogyakarta.blogspot.co.id

Motif Cakar. Dengan motif ini diharapkan agar sang anak rajin mencari rezeki.

Motif Udan Liris. sumber: pinterest.com

Motif Udan Liris. Diharapkan sang anak akan mempunyai sifat tangguh.

Motif Kesatrian dalam pakem penggunaan batik diharapkan sang anak menjadi seorang kesatria.

Motif Kesatrian. sumber thekurniabatik.wordpress.com

Motif Kesatrian. Motif ini menyimbolkan agar anak memiliki sifat kesatria.

MOtif batik Sidomukti, termasuk motif pakem pemakaian batik.

Motif batik Sidomukti. sumber mbatikyuuuk.wordpress.com

Motif Sidomukti. Dengan motif ini diharapkan hidup sang anak akan baik dan terhormat.

Motif Babon Angrem. sumber: barangtempodoeloe.com

Motif Babon Angrem. Motif yang bergambar ayam betina yang sedang mengeram, menyimbolkan kasih sayang ibu kepada anaknya.

Lurik Lasem. sumber zipoer.wordpress.com

Kain terakhir adalah kain lurik Lasem. Pada kain lurik Lasem bergambar garis vertikal dan horizontal. Hal itu sebagai tanda hubungan dengan Tuhan TME dan dengan sesama manusia. Kesederhanaan kain lurik Lasem juga melambangkan hidup yang sederhana.

Pakem pemakaian batik juga memiliki beberapa alternatif selain ragam hias atau motif di atas. Beberapa di antaranya adalah Sido Mulya, Sida Asih, dan motif-motif lain yang melambangkan doa-doa dan harapan untuk kelahiran.

Ketika calon ibu masih mengandung, sudah ada dua upacara adat untuk mempersiapkan kelahiran. Setelah kelahiran pun masih ada beberapa upacara adat, di antaranya:

  • Mendhem Ari-ari

Pagar bambu, yang bentuknya seperti sangkar, diberikan lampu yang ditaruh di atas ari-ari yang telah dikubur. sumber: aslimalang.wordpress.com

Ari-ari atua yang juga dikenal dengan plasenta adalah organ yang berfungsi menyalurkan makanan dan oksigen dari ibu ke janin sewaktu di dalam rahim. Orang Jawa percaya bahwa ari-ari berjasa dan dianggap sebagai batir bayi (teman bayi). Dalam upacara ini, dilakukan oleh sang ayah. Biasanya ari-ari dikubur di dekat pintu utama rumah dengan diberi pagar bambu dan penerangan berupa lampu minya selama 35 hari.

  • Puputan

Upacara puputan adalah upacara yang dilakukan ketika tali pusar bayi sudah terputus/puput puser. Dahulu, masyarakat Jawa merayakannya dengan menyajikan berbagai macam saji. Namun, sekarang biasanya dilakukan ketika bersamaan dengan upacara selapanan atau sepasaran.

  • Brokohan

Brokohan biasanya dilakukan dengan syukuran dan pengajian bersama orang-orang sekitar. Dahulu, biasa dilakukan berturut-turut hingga 7 hari kelahiran.

  • Aqiqah

Upacara Aqiqah adalah hasil akulturasi antara budaya Jawa dan agama Islam. Upacara ini menyembelih 2 ekor kambing untuk anak laki-laki atau1 ekor kambing untuk anak perempuan.

  • Selapanan

Slametan potong rambut. sumber:kesolo.com

Upacara Selapanan dilakukan 35 hari (selapan) setelah kelahiran bayi.  Terdiri dari serangkaian acara seperti: bancakan weton, pemotongan rambut bayi dan pemotongan kuku bayi.

  • Tedhak Sinten

Upacara Tedhak Siten. Sang bayi sedang menginjak jenangan dan memakai motif batik Kesatria, Sumber: shintaayu.com

Upacara ini tidak hanya diikuti oleh jabang bayi, tapi juga orang tuanya. Diawali dengan kenduri kemudian injak jenang, naik tangga tebu wulung dan masuk kurungan. Pada upacara ini orang tua bayi menggunakan batik bermotif parang, sedangkan sang bayi memakai pakaian tradisional. Upacara ini empunyai perlengkapan di antaranya: pisang raja, kembang telon, tumpeng robyong, jenang tujuh warna, kurungan ayam, tangga dari tebu wulung dan aneka barang yang mendukung pekerjaan.

Upacara selapanan ini dilangsungkan dengan rangkaian acara bancakan weton (kenduri hari kelahiran), pemotongan rambut bayi hinngga gundul dan pemotongan kuku bayi. Pemotongan rambut dan kuku ini bertujuan untuk menjaga kesehatan bayi agar kulit kepala dan jari bayi tetap bersih. Sedangkan bancakan selapanan dimaksudkan sebagai rasa syukur atas kelahiran bayi, sekaligus sebah doa agar kedepannya si jabang bayi selalu diberi kesehatan, cepat besar, dan berbagai doa kebaikan lainnya.

Penutup

Batik sangat berarti bagi kehidupan khususnya masyarakat Jawa. Dengan peran batik yang begitu besar, sehingga batik diakui sebagai warisan budaya takbenda oleh UNSECO. Beberapa pakem pemakaian batik di upacara adat lainnya akan segera kami tulis.

Semoga artikel ini bermanfaat bagi para pembaca.

 

Sumber:

www.beritasatu.com/mode/311385-cerita-filosofi-7-lembar-batik-di-upacara-mitoni.html

mbatikyuuuk.com/about/batik-dan-kehidupan-orang-jawa/

furniturebatik.wordpress.com/2011/07/04/motif-batik-bermakna-kelahiran/

kesolo.com/6-upacara-kelahiran-bayi-dalam-adat-jawa/amp/

 

Mengenal Pewarna Batik: Dari yang Alami Hingga yang Sintetis

Pewarna batik adalah salah satu faktor yang menunjang pembuatan sebuah batik. Dahulu hanya dikenal pewarna alami, namun sekarang telah dikenal berbagai zat sintetis/kimia untuk mewarnai batik. Penggunaan pewarna alami tentu tidak lepas dari ilmu pengetahuan dan kearifan yang dimiliki nenek moyang kita. Sedangkan, munculnya pewarna kimia adalah simbol dari kemajuan teknologi dan perkembangan Industri batik.

Berbagai keunggulan dan kekurangan dimiliki pewarna alami dan sintetis/kimia. Pewarna alami terkenal dengan keramahan lingkungan, namun memiliki jumlah yang terbatas. Sedangkan pewarna sintetis/kimia sangat menguntungkan untuk industri, walaupun memiliki dampak pada pencemaran lingkungan.

Artikel ini akan mengulas tentang berbagai hal tentang pewarna batik.

Mari disimak!

Pewarna Batik Alami

Pewarna Batik alami adalah pewarna yang dihasilkan dari berbagai tumbuhan dan bahan-bahan alami lainnya. Apakah bisa tumbuh-tumbuhan menjadi zat pewarna pada kain?

Contoh yang dapat terjadi sehari-hari adalah ketika baju kita terkena tumpahan atau cipratan kuah soto. Kuah soto biasanya berwarna kuning, warna kuning itu berasal dari kunyit.

Jika kuah soto terciptrat atau tertumpah di baju atau celana yang berwarna putih. Maka baju atau celana yang terciprat itu akan mempunyai noda kuning ketika air kuah itu kering.

Kira-kira seperti itu lah pewarna alami.

Sebenarnya, pengetahuan akan pewarna alami telah dikenal sejak zaman dahulu.

Pengetahuan itu telah diaplikasikan ke berbagai hal, salah satunya adalah membatik.

Untuk mengingatkan, proses pembuatan batik yang ditulis ataupun dicap keduanya memiliki tahapan pewarnaan. Pada proses ini lah, zat-zat pewarna dicampur dengan air dan diaduk bersama kain yang telah dilapisi lilin.

(Kenali perbedaan batik tulis, cap dan print dalam artikel ini!)

Pengetahuan pewarnaan alam ini berbeda di satu tempat dengan tempat yang lain karena para pembatik menggunakan bahan pewarna yang tersedia di lingkungannya.

Mari kita kenali tumbuhan-tumbuhan apa saja yang dapat menghasilkan warna-warna untuk batik:

  • Kunyit
Kunyit, tumbuhan yang memiliki sejuta manfaat. hallosehat.com

Kunyit, tumbuhan yang memiliki sejuta manfaat. Sumber: hallosehat.com

Kunyit yang juga disebut kunir (Curcuma longa, Curcuma domestica) adalah tanaman rempah-rempah yang tumbuh di Indonesia. Kunyit dalam pewarnaan menghasilkan warna kuning. Selain, menjadi bahan pewarna kunyit memiliki banyak manfaat untuk kesehatan dan bumbu masak.

  • Kulit Akar Mengkudu
Kulit akar mengkudu yang telah dipotong-potong untuk dijadikan pewarna batik

Kulit akar mengkudu yang telah dipotong-potong untuk dijadikan pewarna batik. sumber: batiktuliscanting.blogspot.com

Kulit akar mengkudu (Morinca citrifolia) dikenal juga sebagai noni, pace atau bentis dalam bahasa Jawa. Dalam pewarnaan menghasilkan warna merah cerah. Tumbuhan ini juga memiliki banyak manfaat, buahnya terkenal sebagai obat herbal untuk sakit kanker, loh.

  • Kulit Pohon Mundu

Pohon Buah Mundu, bentuknya yang bulat seperti apel membuat tanaman ini juga dinamakan Apel Jawa. Sumber: jitunews.com

Kulit pohon mundu (Garcinia dulcis) biasa disebut juga buah apel Jawa. Tanaman ini dapat menghasilkan warna hijau jika dicampur dengan air tawas.

  • Air Tawas

Tawas yang berbentuk kristal. sumber pipitta.com

Air tawas sebenarnya biasa digunakan untuk penjernih air. Namun, jika digabungkan dengan kulit pohon mundu dapat menghasilkan warna hijau.

  • Daun Nila

Daun pohon nila. Sumber: obatrindu.com

Danu nila (Indofera) atau yang disebut juga tarom dapat menghasilkan warna biru jika dicampur dengan air kapur.

  • Kulit Buah Manggis

Kulit buah manggis yang akhir-akhir ini terkenal sebagai obat herbal, ternyata juga bisa menjadi pewarna batik alami. Sumber: sehatcenter.com

Kulit buah manggis selain banyak mengandung khasiat untuk kesehatan, juga dapat menghasilkan warna. Beberapa warna yang dapat dihasilkan dari kulit buah manggis adalah merah, ungu dan biru. Buah manggis memiliki zat tannin, zat warna yang dimiliki tumbuhan, yang terbaik.

  • Kulit Pohon Soga tingi

Tumbuhan Soga tingi yang dapat digunakan kulit pohonnya sebagai pewarna alami batik. Sumber: wikipedia.org

Kulit pohon soga tingi (Ceriops tagal) dikenal sebagai pewarna batik oleh sebagian besar pembatik. Warna yang dihasilkan oleh kulit pohon soga tingi bergantung dari proses pewarnaannya. Handayani PA menyebutkan dalam abstraksi esainya bahwa  ekstrak kulit pohon soga tingi dapat memproduksi tannin (zat warna pada tumbuhan) jika dicampur dengan 96% ethanol dan memakan waktu selama 3 jam. Ekstrak kulit pohon soga tingi jika bercampur dengan tumbuhan tunjung menghasilkan warna hitam, jika bercampur dengan jeruk nipis menghasilkan warna cokelat, dan jika bercampur dengan tawas menghasilkan warna cokelat kemerah-merahan.

  • Kulit Pohon Soga Jambal

Pohon Soga Jambal. sumber: obatrindu.com

Kulit Pohon Soga Jambal (Pelthophorum Ferruginum) memiliki 17,7% zat tanin. Warna yang dihasilkan dari kulit kayu jambal adalah cokelat kemerahan.

  • Kayu Tegeran

Kayu tegeran yang sudah dipotong-potong dan dikeringkan. sumber: zatwarnaalami.blogspot.com

Kayu tegeran (Cudraina Javanensis) digunakan bersaman dengan kulit kayu soga untuk menghasilkan warna kuning. Kayu tegeran daapat digunakan sebagai pewarna batik yang memiliki kecerahan warna dan ketahanan luntur yang baik, menurut hasil penelitian Vivin Atika dan Irfa’ina Rohana Salma. Hasil penelitian tersebut terbit dalam jurnal Majalah Ilmiah: Dinamika Kerajinan dan Batik Vol. 34 No 1 tahun 2017. Untuk lebih lengkapnya silahkan klik di sini.

  • Kesumba

Pohon Kesumba. Sumber: zatwarnaalami.blogspot.com

Kesumba (Bixa Orelana) adalah tanaman yang berasal dari Mediterania. Buah kesumba dapat dijadikan sumber pewarna alam. Selain dapat digunakan untuk pewarna batik, buah kesumba juga bisa digunakan untuk berbagai macam bahan pewarna, seperti makanan, kosmetik dan sabun.

  • Daun Jambu Biji
Daun jambu biji. selain dapat mengatasi diare juga bisa menjadi pewarna batik

Daun jambu biji. selain dapat mengatasi diare juga bisa menjadi pewarna batik. sumber: vemale.com

Jambu biji (Psidium Guajava) sangat bermanfaat bagi tubuh. Daunnya pun telah diketahui menjadi obat diare sejak zaman orang tua dahulu. Ternyata, daunnya juga dapat menjadi sumber pewarna alami. Zat warna yang dihasilkan dari daun jambu biji adalah warna hijau kecoklatan. Beberapa mahasiswa UNY telah meriset tentang hal ini. Lengkapnya silahkan cek di sini.

  • Ekstrak daun teh

Daun teh ternyata juga bisa menjadi sumber pewarna alami. sumber: Medkes.com

Teh tentu biasa kita lihat sehari-hari. Ternyata, selain dapat diminum, daun teh juga bisa menjadi sumber pewarna alami. Ekstrak daun teh dapat menghasilkan warna merah kecokelatan. Terdapat hasil penelitian mengenai teh sebagai sumber pewarna alam. Untuk lebih lanjut, silahkan baca di tautan berikut ini.

  • Bagian-bagian Tanaman Bakau

Tanaman Bakau (Mangrove), selain memiliki manfaat sebagai penjaga ekosistem bawah air juga dapat menjadi bahan pewarna alam. Seperti yang tertulis di buku Keeksotisan Batik Jawa Timur: Memahami Motif dan Keunikannya. Di daerah Kedung Baruk, kecamatan Rungkut, Surabaya para pengrajin batik dapat menggunakan beberapa bagian tanaman bakau sebagai sumber pewarna alam.

Penggunaannya dicampur dengan berbagai zat lainnya seperti caping bunga dan bruguira untuk menghasilkan warna merah dan mencampur kunyit, getah nyamplung dan gambir untuk menghasilkan warna kuning.

Dr Ir Delianis Pringgenies MSc juga pernah mempraktikan cara pengolahan tanaman bakau sebagai sumber pewarnaan alami. sila di cek di tautan berikut ini.

Dari sekian banyak tanaman sumber pewarnaan alami yang telah diulas, mereka juga memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan pewarna alami, di antaranya:

  1. Ramah lingkungan;
  2. Kombinasi warnanya bersifat lembut, harmonis, dan tidak bertabrakan;
  3. Disertai dengan aroma yang khas;
  4. Kain batik yang menggunakan pewarna alami memiliki harga yang lebih tinggi

Kekurangan pewarna alami, antara lain:

  1. Variasi warna yang sangat terbatas;
  2. Bahan pewarna harus diolah terlebih dahulu, cukup memakan waktu;
  3. Proses pewarnaan pun perlu diulang-ulang untuk mendapatkan warna sesuai selera;
  4. Warna yang dihasilkan tidak tahan terhadap sinar matahari, jika terlalu sering dipakai di kegiatan luar ruangan dapat membuat warna gelap menjadi pudar;
  5. Membutuhkan modal yang besar menggunakan pewarna alami.

Pewarna Batik Sintetis/Kimia

Pewarna batik sintetis/kimia muncul seiring dengan perkembangan industri batik. Penggunaan pewarna alami memakan waktu dan biaya yang cukup tinggi. Untuk produksi yang jauh lebih besar, dibutuhkan sebuah pewarna yang dapat menunjang produktivitas.

Seperti yang tercatat pada buku Keeksotisan Batik Jawa Timur: Memahami Motif dan Keunikannya, Zat pewarna kimia ini pertama kali diperkenalkan oleh pedagang Tionghoa sekitar awal abad ke-20.

Pewarna kimia pun juga memiliki spesifikasi yang berbeda.

Tergantung dengan harganya.

Untuk yang mahal, warna yang dihasilkan jauh lebih bagus.

Ketimbang, yang murah.

Beberapa pewarna batik kimia, di antaranya:

  • Naphthol

Bubuk Napthol memiliki berbagai macam warna. sumber: kidungasmara.com

Napthol adalah jenis pewarna yang susah larut di air. Untuk menggunakannya dapat melarutkan dengan air panas dan diberi sedikit Caustic Soda.

Beberapa jenis Napthol yang ada di pasaran adalah Naphthol AS, Naphtol ASG, Napthol ASBU, Napthol ASGR, Naphtol ASOL, Napthol ASWR, Naphtol ASBR dan sejenisnya.

Tahapan penggunaan Napthol di antaranya:

  1. Kain dicelupkan ke dalam air panas yang mengandung Napthol dan Caustic soda. Pada tahap pencelupan pertama warna belum timbul pada kain.
  2. Kain yang telah melewati proses pertama dicelupkan kembali ke dalam laurtan garam diazodium yang sesuai dengan warna yang diinginkan.

Ketebalan warna yang dihasilkan pada jenis zat pewarna kimia naphtol ini tergantung dari kadar Napthol yang diserap oleh kain. Biasanya penggunaan napthol hanya pada proses pencelupan tidak untuk mencolet atau mengkuas.

  • Indigosol

Bubuk indigosol. sumber: tradeindia.com

Indigosol adalah jenis pewarna sintetis/kimia yang mudah larut di air.

Ketika kain dicelupkan ke dalam air yang telah dicampur Indigosol, hanya akan timbul warna yang samar.

Kain harus dioksidasi dengan zat Natrium Nitrit (NaNo2) lalu dicelupkan ke dalam larutan HCI atau H2SO4 untuk memunculkan warnanya.

Indigosol dapat digunakan pada proses pencelupan dan mencolet sekaligus.

  • Remazol

Remazol termasuk dalam jenis zat warna reaktif. Maksudnya adalah dapat beraksi dan mengadakan ikatan langsung dengan serat sehingga menjadi bagian serat itu sendiri.

Penggunaan remazol pada batik bisa dalam proses pencelupan, coletan dan kuasan.

Karakteristik zat ini di antaranya: mudah larut dengan air; warna yang bagus dengan ketahanan luntur yang baik, daya afinitas rendah.

Penggunaan remazol dapat menggabungkan natrium silikat untuk menjaga warna.

Kekurangan dan kelebihan pewarnaan ini terletak dalam kacamata bidang industri.

Kelebihan yang paling utama adalah unggul dari berbagai bidang produksi, seperti mudah didapatkan, cepat teraplikasi pada kain, tersedia dalam jumlah yang banyak.

Kekurangannya adalah risiko penggunaan bagi lingkungan sekitar. Penggunaan zat pewarna kimia yang berlebihan dapat mencemarkan lingkungan, membahayakan kehidupan manusia dan alam.

Penutup

Kedua jenis zat pewarna ini mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun, opini penulis  adalah lebih baik menggunakan zat pewarna alami. Tentunya, penggunan zat pewarna alami harus melibatkan segenap pihak. Membuat sistem yang baik terhadap sumber daya pewarna alam, yang di dalamnya termasuk produksi, distribusi, penelitian dampak terhadap lingkungan, dan lain-lain.

Penulis berharap. Jika seluruh pihak bergerak dalam bidang  ini,  maka mampu menciptakan ekosistem kebudayaan yang baik. Di mana semua pihak merasakan manfaatnya. Kelestarian budaya terjaga, masyarakat pendukungnya sejahtera, dan alam pun terawat baik.

 

Liputan Temu Wicara 33 Kain Nusantara di Alun-alun Indonesia

Para Pembicara Temu Wicara 33 Kain Nusantara

Temu Wicara 33 Kain Nusantara adalah kegiatan seminar pada 8 November 2017 di Alun-alun Indonesia, Grand Indonesia di jalan MH. Thamrin, Jakarta yang mendiskusikan berbagai aspek mengenai perkembangan kain nusantara di Indonesia. Kegiatan ini terlaksana atas kerjasama Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Palalada.

Temu wicara ini menghadirkan Bapak Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan, Ibu Ananda Moersid, ahli kain tradisional, dan Ibu Des Syamsidar Isa, designer dan ahli fashion di bidang kain tradisional. Sebagai moderator dalam temu wicara ini adalah Ibu Pincky Sudarman.

Agenda temu wicara ini adalah mengulas tentang kain tradisonal Indonesia serta mempromosikan industri kerajinan garment tradisional dan mengulas berbagai tantangan dan kondisi yang dialami oleh penenun dan pengusaha kain tradisional Indonesia.

Sesi Pembicara Temu Wicara 33 Kain Nusantara

Kegiatan ini dibuka oleh moderator Pincky Sudarman dengan memperkenalkan narasumber-narasumber yang akan berbagi informasi.

Pertama adalah Bapak Hilmar Farid. Bapak Hilmar yang sekarang menjabat sebagai Direktur Jenderal Kebudayaan adalah seorang aktivis di bidang kebudayaan. Kedua adalah Ibu Des Syamsidar Isa. Beliau adalah seorang ahli fashion dan disainer yang telah memperkenalkan kain-kain tradisional Indonesia ke Mancanegara. Berpengalaman selama 20 tahun dalam bidang fashion dan disainer. Ketiga adalah Ibu Ananda Moersid. Beliau adalah pemerhati kain tenun.

Bapak Hilmar Farid mendukung tentang kegiatan ini. Ini bentuk dari promosi kain-kain tradisional kepada masyarakat. Sebagai pemerintah yang bekerja dalam kebudayaan ada beberapa hal yang harus disinergikan dalam pemajuan kebudayaan, seperti yang tertuang dalam UU No.5 Thn. 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Dalam bidang tenun, misalnya. Kebanyakan dari pengrajin mengeluhkan susahnya mendapatkan benang untuk menenun. Kebanyakan dari mereka mengimpor benang. Itu karena kurangnya produksi bahan dasar benang yang mungkin berkurangnya ini karena penebangan pohon penghasil bahan dasar benang untuk dijadikan sesuatu yang berguna dalam bidang lain.

Hal ini harus menjadi perhatian. Jika Ingin memajukan kebudayaan kita harus memperhatikan ekosistemnya. Promosi budaya dan masuknya kesenian tradisional ke dalam kurikulum di sekolah itu sangat baik, namun itu belum cukup. Contohnya adalah kondisi tenun tadi. Jika pun tenun sudah terkenal dan masuk ke sekolah. Masih mempunyai persoalan dengan bidang produksinya.

Untuk memajukan sebuah kebudayaan kita harus mengelola dengan baik ekosistem budaya. Ini  menyangkut banyak hal dan keseluruhan aspek. Ketersediaan bahan dasar hanyalah satu aspek. Sebagai wakil pemerintah dalam bidang kebudayaan, Direktorat Jenderal kebudayaan merancang untuk membuat ekosistem kebudayaan yang lebih baik. Tentu ini akan menyangkut bidang yang lebih luas dan merangkul berbagai pihak.

Ibu Des Syamsidar Isa menyampaikan banyak bidang yang harus diperhatikan dalam membangun kerajinan kain nusantara. Dari pengalamannya selama berpuluh tahun dalam pengembangan kerajinan ini. Berbagai aspek yang harus dicermati adalah kondisi pengrajin, pemasaran, dan transfer knowledge ke generasi muda.

Beberapa penenun kenalan beliau, mengkhawatirkan dengan masa depan mereka sebagai penenun. Menenun adalah pekerjaan yang cukup lama dengan menghabiskan waktu seharian penuh. Kegiatan ini sangat berisiko karena belum tentu tenunan mereka dapat terjual, sedangkan kebutuhan hidup harus terus dipenuhi.

Hal ini menyangkut dengan pemasaran dan promosi kain tenun itu sendiri. Jika pasar untuk kain tenun masih terbilang susah dan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup, maka para penun bisa beralih profesi.

Kondisi yang memprihatinkan lainnya adalah beberapa penenun di Sambas ada yang bekerja sebagai penun di Brunei Darussalam. Mereka bekerja untuk digaji. Dalam sehari jam kerja mereka lebih dari 10 jam dengan gaji tetap Rp. 1.580.000 per bulan. Suatu hal yang harus diperhatikan demi kelestarian kain tenun nusantara.

Ibu Des Syamsidar Isa sangat mendukung jika kain nusantara diajarkan di sekolah. Hal itu untuk pelestarian dan transfer knowledge generasi muda. Ibu Sebelum menutup sesinya, Ibu Syamsidar melemparkan sebuah topik yang masih harus digali kembali. Di Sambas, mereka mengenal kata lungi yang mungkin padanannya adalah kata tenun. Sedangkan, di Myanmar mereka juga mempunyai kosa kata lun gi. Suatu hal yang perlu dikaji demi perkembangan kekayaan budaya kita.

Ibu Ananda Moersid menyampaikan bahwa kain tenun, batik, dan kain tradisional lainnya tidak hanya berupa kain dalam kacamata masyarakat pendukungnya. Tapi, mempunyai makna dan tidak lepas dari elemen tata sosial masyarat pendukungnya.

Motif-motif yang digambarkan mempunyai makna tersendiri. Penggunaannya pun juga tidak dapat asal-asalan. Ada motif yang khusus raja. Ada motif untuk pernikahan, kelahiran, juga kematian. Harus ada pengetahuan penggunaan motif-motif tersebut agar pengetahuan itu tidak punah.

Dalam produksi pun harus dilihat nilai-nilai yang terkandung di dalam sebuah alat produksi. Misalnya dalam pewarnaan kain jumputan. Lebih baik memakai biji-bijian untuk membuat jumputannya daripada sebuah plastik yang mempunyai kegunaan yang sama karena pemakaian biji-bijian adalah simbol dari kesuburan.

Hal ini juga harus masuk ke dalam sebuah workshop atau kelas-kelas menenun yang dikelola secara modern. Jangan meninggalkan nilai-nilai dalam pembuatan sebuah kain karena itu lah yang sesungguhnya bermakna.

Sesi Diskusi Temu Wicara 33 Kain Nusantara

Sesi diskusi pada Temu Wicara 33 Kain Nusantara terbagi menjadi dua. Sesi pertama memiliki dua penanggap dan kedua juga memiliki dua penanggap.

Penanggap pertama, seorang bapak yang penulis tidak dapat menuliskan namanya karena kurang jelas terdengar. Beliau bertanya apakah temu wicara ini ada kaitannya dengan UU No. 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan? Juga, menurutnya akan susah kebudayaan jika dibatasi oleh wilayah administrasi. Bagaimana dengan batik Pekalongan, apakah itu menjadi milik Kota Pekalongan atau Kabupaten Pekalongan?

Penanggap pertama adalah ibu Glory (mohon maaf jika salah menulis), soerang pengelola sekolah fasihon. Beliau mendukung pelestarian kain nusantara dan jika memungkinkan dimasukkan ke dalam kurikulum. Pihaknya sendiri sudah memasukan tema-tema Indonesia dalam tiga tahun terakhir.

Bapak Hilmar Farid menanggapi kedua tanggapan tersebut. Menurutnya, pemasukan hal ini ke dalam kurikulum adalah satu hal. Target Direktorat Jenderal Kebudayaan mengelola kebudayaan secara keseluruhan. Usaha ini masih memiliki jalan yang cukup panjang.

UU No. 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan dipandang sebagai platform. Di dalam UU tersebut kita beralih apa yang harus diurus, yaitu tata kelolanya. Dalam tata kelola, penetapan (sebuah bentuk budaya atau seni) adalah langkah pertamanya.

Masuk ke ranah batas administrasi. Itu adalah hal yang pelik. Masuk ke dalam hak cipta. Jika ini hak cipta individual bisa dapat selesai. Misalnya Batik Pekalongan, pemiliknya siapa? Kekayaan intelektual dengan kepemilikan properti tidak lah sama.

Jika suatu budaya atau kesenian muncul nilai ekonomi. Nantinya akan timbul klaim. Ini masalah yang tidak mudah dan tidak dapat dihindari. Untuk menanggulangi hal itu, kita harus membangun kebudayaan terpadu yang berbasis riset.

Ibu Ananda Moersid mengatakan harus ada pendekatan lain untuk menjawab permasalahan-permasalahan ini.

Sesi tanggapan kedua adalah dari Bapak Muhammad Aman (mohon maaf jika salah menulis). Beliau menceritakan pengalamannya sebagai salah satu perwakilan Indonesia yang turut pada rapat UNESCO 2003. Beberapa yang menjadi permasalahan itu sama yaitu klaim. Misalnya pantun, Indonesia join bersama dengan Malysia. Penetapannya berbasis ke masyarakat secara multilateral.

Penutup

Kegiatan berupa temu wicara dan seminar dengan tema ini sangat baik. Memberikan pengetahuan yang terkini tentang kebudayaan Indonesia, kain nusantara khususnya. Semoga dengan dibangkitkannya topik kain nusantara. Membantu terciptanya ekosistem kebudayaan yang harmonis dan memakmurkan pelaku budaya.

Beberapa artikel mengenai kain-kain tradisional Indonesia yang dapat dilihat di website ini adalah:

Sejarah Batik di Yogyakarta, Surakarta, Pakualaman dan Mangkunegaran

Batik-batik Khas Keraton-keraton Jawa

Sejarah batik di Yogyakarta, Surakarta, Pakualaman dan Mangkubumi sangat menarik untuk diketahui. Keempatnya mempunyai pengaruh di lingkungan keratonnya masing-masing. Sebagai pewaris kekuasaan Kerajaan Mataram, yang terkenal sebagai era pesatnya perkembangan batik, tentu menjadi sebuah catatan tersendiri dalam perkembangan batik di nusantara.

Awal Mula

Batik telah lama dikenal di Nusantara. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk kain yang digunakan pada arca dan relief yang terdapat di candi. Perkembangannya juga dapat dilihat dari beberapa kitab-kitab kuno. Pada awal perkembangannya ragam corak atau motif batik masih terbatas. Hanya beberapa motif yang dikenal, seperti motif poleng, kawung dan ceplok.

Pada masa Mataram Islam, batik mengalami perkembangan yang cukup pesat. beberapa ragam hias atau motif yang sekarang dikenal diciptakan pada masa kerajaan ini. Mataram yang memiliki budaya bercorak agraris mendukung perkembangan dan penggunaan batik. Pada masa itu, batik menjadi instrumen upacara adat dan penggunaannya dibedakan dengan ragam hias atau motifnya.

Pada masa kerajaan Mataram Islam, batik juga menjadi salah satu cara melegitimasi kekuasaan kerajaan.

Terbentuklah sebuah ragam hias dan motif larangan yang hanya boleh dipakai lingkungan dalam keraton dan bangsawan.

Beberapa di antaranya adalah motif Parang, Udan Liris, Hoek, Cemukiran, dan Semen Lar Ageng.

Kerajaan Mataram yang menjadi hegemoni di tanah Jawa, perlahan-lahan mulai berkurang akibat pengaruh VOC/Kompeni Belanda.

Atas campur tangan Belanda, beberapa kali diadakan perjanjian yang memecah belah Kerajaan Mataram.

Pertama, perjanjian Giyanti pada 1755 yang memecah wilayah Kerajaan Mataram menjadi dua.

Di sebelah timur Sungai Opak dipimpin oleh Sunan Pakubuwana III yang berkedudukan di Surakarta.

Di sebalah barat Sungai Opak dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi yang diangkat menjadi Sultan Hamengkubuwana I yang berkedudukan di Yogyakarta.

Belanda pun mengadakan perjanjian kembali pada 1757, yang dinamakan perjanjian Salatiga antara Kasunanan Surakarta dan Pangeran Sambernyawa.

Pada perjanjian itu wilayah Kasunanan diperkecil dengan diberikannya wilayah sebelah utara keraton kepada Pangeran Sambernyawa yang akan bergelar Mangkunagara I.

Walaupun bersifat otonom, Mangkunagara tidak dapat bergelar sultan, tapi Pangeran Adipati Arya.

Hal yang sama terjadi pada Kesultanan Yogyakarta. Pada 1813, Gubernur Jenderal Sir Thomas Raffles menobatkan Pangeran Notokusumo, putra dari Sultan Hamengku Buwono I dengan selir Srenggorowati menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Paku Alam I.

Wilayah kadipaten Paku Alaman meliputi sebuah kemantren di dalam kota Yogyakarta (sekarang menjadi wilayah kecamatan Pakualaman) dan daerah Karang Kemuning (selanjutnya disebut Kabupaten Adikarto) yang terletak di bagian selatan Kabupaten Kulon Progo sekarang.

Peta Kerajaan-kerajaan Jawa Pewaris Mataram Islam pada 1830.

Peta Kerajaan-kerajaan Jawa Pewaris Mataram Islam pada 1830.

Sejarah Batik di Kesultanan Surakarta

Sejarah batik di Kesultanan Surakarta tidak lepas dari perkembangan tata busana, tarian dan karawitan. Ketika perjanjian Giyanti (1755), Surakarta menerima pembagia berupa gamelan baru, tari bedhaya pusaka yaitu bedhaya Ketawang. juga mendapatkan beberapa wayang lama dan membuat tata busana gaya baru.

Foto Prajurit Kesultanan Surakarta. sumber: pintrest.com

Foto Prajurit Kesultanan Surakarta menggunakan batik motif kesatria (tahun tidak diketahui). sumber: pintrest.com

Menurut Naufal Anggito Yudhistira dalam bukunya Di balik Makna 99 Desain Batik, perkembangan seni di Surakarta lebih anggun, cantik, mewah dan halus karena seniman dan empu yang ada di Surakarta lebih banyak perempuan.

Motif Taman Kupu-kupu yang masih banyak ditemukan saat ini.

Keraton Surakarta mengembangkan motif-motif yang tidak dikenal di Yogyakarta, seperti Bondhet, Larasati, Pisang Bali, Lintang Trenggono dan Kakrasana. Motif baru lainnya dengan campuran berbagai kebudayaan seperti Belanda, Tionghoa dan Inda sseperti Urang Watang, Tresno Langgeng dan Kupu Taman.

Motif atau ragam hias pisang bali yang berkembang di Surakarta.

Motif atau ragam hias pisang bali yang berkembang di Surakarta.

Beberapa perbedaan lainnya terletak pada pemakaian warna yang semakin beragam dan pengubahan busana tari, seperti perkembangan kain dodotan yang memiliki banyak motif, penggunaan mekak, sanggul kadal menek dan penggunaan aneka jenis kain baru.

Sejarah Batik di Kesultanan Yogyakarta

Sejarah Batik di Kesultanan Yogyakarta tidak seberkembang di Surakarta. Tata busana dan batiknya masih mengikuti budaya lama Mataraman. Jika seni yang berkembang di Surakarta berkesan cantik dan anggun, maka seni yang berkembang di Kesultanan Yogyakarta lebih terkesan gagah dan tegas.

Motif Kawung. sumber: Senirupaterapanbatikindonesia.blogspot.com

Kebanyakan motif batik yang di kenal di Yogyakarta adalah motif Parang, Lereng, Semen, Kawung, Ceplok, Semen dan Lung-lungan.

Motif Parang khas Yogyakarta. sumber: krjogja.com

Motif Parang khas Yogyakarta. sumber: krjogja.com

Pemakaian motif khusus yang hanya boleh dipakai bangsawan seperti Parang Rusak, Parang Kesit, Parang Baris, Parang Hoek, Semen Lar Ageng, Rujan Senthe.

Foto Kuno Penari di Lingkungan Keraton Yogyakarta. sumber: Pintrest.com

Foto Kuno Penari di Lingkungan Keraton Yogyakarta (tahun tidak diketahui).sumber: Pintrest.com

Perkembangan batik yang lambat ini dikarenakan batik adalah tradisi yang hidup di dalam keraton.

Pembuatan batik dilakukan soerang perempuan.

Perkembangan batik di Yogyakarta sangat dipengaruhi para selir dan permaisuri yang hidup pada masanya.

Sejarah Batik di Kadipaten Mangkunegaran

Perkembangan batik di Kadipaten Mangkunegaran mengalami perubahan pada masa Mangkunegaran VII. Pada masanya terdapat pernikahan dengan GKR Timur, anak dari Hamengkubuwana VII.

Penari Bedoyo di keraton Mangkunegara tahun tidak diketahui. sumber: tropenmuseum via wikipedia

Penari Bedoyo di keraton Mangkunegara tahun tidak diketahui. sumber: tropenmuseum via wikipedia

Dengan pernikahan itu masuknya pengaruh budaya Kesultanan Yogyakarta semakin besar.

Motif Parang Sonder khas Mangkunegara. sumber: nlyliyani.wordpress.com

Motif Parang Sonder khas Mangkunegara. sumber: nlyliyani.wordpress.com

Motif-motif Yogyakarta seperti Parang Sarpa, Parang Pucang, Rinenggo, Ceplok Kasatrian, Parang Hoek diadopsi batik di Mangkunegaran.

Dodotan dengan motif semen, seperti semen sidoasih, semen gendong dan semen lar ageng menggantikan motif alas-alasan dalam busana pernikahan.

Perbedaan lainnya antara batik Surakarta dan Mangkunegaraan adalah warna kekuningan/warna soga cokelat.

Motif Parang Kesit Barong khas Mangkunegaran

Motif Parang Kesit Barong khas Mangkunegaran. sumber: nlyliyani.wordpress.com

Dalam busana tari, beberapa ciri busana khas Yogyakarta juga terlihat. seperti mengganti penggunaan cundrik dengan patrem jebeng. Penggunaan samparan yang sama seperti di Yogyakarta. Samparan ditarik seperti memegang sampur saat kapang-kapang.

Samparan yang biasanya diletekan dari kiri ke tengah diubah menjadi dari kanan ke tengah.

Sejarah Batik Kadipaten Pakualaman

Keunikan yang terjadi di Pakualaman berawal dari pernikahan. Sama seperti yang terjadi di Mangunegaran. Masuknya GBRA Retno Puwoso, anak dari Sinuhun Pakubuwana X ke dalam Pakualaman membawa nuansa Surakarta ke sini.

Penari anak-anak cilik di Keraton Pakualaman. sumber: tropenmuseum via wikipedia.

Penari anak-anak cilik di Keraton Pakualaman (tahun tidak diketahui). sumber: tropenmuseum via wikipedia.

Hal itu dapat dilihat dari berbagai bidang kesenian yang berkembang. Seperti tata busana, tari dan batik.

Motif Parang Gapit khas Pakualaman. sumber: nlyliyani.wordpress.com

Motif dan ragam hias batik Surakarta masuk dan digunakan di sini. Penggunaan dodotan juga diadopsi.

Dalam busana tari, penggunaan sanggul kadal menek, sanggul tekuk dan kantong gelung diadopsi ke dalam tata busana tari Pakualaman.

Motif Batik Wisnu Mamuja Pura Pakualaman pada kegiatan Pameran Motif Batik Khas Pakualaman di Istana Pakualaman. sumber: tembi.net

Dalam bidang karawitan, Pakualaman mengenal gending karya Surakarta seperti Gambirsawit, kKinanti Jurudemung dan Kinanti Padang Bulan.

Penutup

Batik berkembang dengan caranya sendiri. Tentunya tidak lepas dari peran serta masyarakat pendukung batik itu sendiri. Di empat otonomi daerah ini, batik berkembang dengan dinamis tanpa gesekan yang menimbulkan konflik. Perkembangan ini adalah menambah kekayaan batik nusantara. Semoga pengetahuan ini dapat bermanfaat.

Kami menyediakan berbagai jenis batik seperti batik Surakarta, batik Madura, batik Cirebon dan batik Peranakan. Bentuknnya dapat berupa bahan, kemeja, dekorasi rumah dan alat makan.

Silahkan di cek di tautan berikut:

Batik Rachna Sandika.

 

 

error: Maaf, konten terproteksi.