Motif Tumpal pada Batik: Sejarah, Arti, Filosofi dan Jenisnya

Motif-motif tumpal. sumber. kursusjahityogya.blogspot.com

Motif tumpal adalah ragam hias khas pada batik-batik pesisir yang membedakannya dengan batik dari keraton. Motif ini adalah salah satu budaya yang diserap dari kebudayaan India. Tumpal sendiri memiliki sejarah, arti, filosofi dan jenisnya.

Menurut Kbbi.web.id, tumpal adalah kata benda yang mempunyai arti motif batik dengan lukisan tiga setrip yang berjajar (pada sarung dan sebagainya). Namun, pengertian dari KBBI dirasakan penulis masih kurang penjelasannya.

Mengutip Keeksotisan Batik Jawa Timur, tumpal adalah ciri khas pada batik yang dipakai masyarakat umum atau batik folklore menurut buku tersebut. Seperti yang kita ketahui, perkembangan batik berawal dari keraton. Namun, pada beberapa daerah yang jauh dari keraton, batik juga berkembang sesuai masyarakat pendukungnya.

Sejarah Motif Tumpal dan Filosofinya

Tumpal pada batik yang berkembang di luar keraton dan di daerah pesisir adalah hasil inspirasi dari budaya tekstil india. Harmen C. Veldhuisen dalam bukunya Batik Belanda, menyebutkan pada sekitar abad ke-16 kapal dagang Belanda membawa kain-kain India dari pantai Koromandel.

Kain Serasa, kain asal India yang diperdagangkan di Kepulauan Nusantara. (Sumber:Kompasiana.com)

Kain Serasa, kain asal India yang diperdagangkan di Kepulauan Nusantara. Terlihat motif-motif yang mengelilingi motif utama berbentuk seperti tumpal. (Sumber:Kompasiana.com)

Kain-kain tersebut dikenal dengan nama Serasah, Kumitir atau Sembagi di daerah Jawa. Ciri khas kain-kain tersebut memiliki motif hiasan seperti segitiga yang membatasi di bagian depan dan belakang kain.

Motif hiasan pada kain Serasah itu seperti motif tumpal yang kita kenal sekarang.

Foto koleksi Tropenmuseum ini menggambarkan perempuan sedang membatik di daerah Jawa Tengah, namun tanggal pengambilan foto tidak diketahui. Salah satu di antara pembatik tersebut, sedang membatik motif tumpal. (sumber:wikimedia.com)

Foto koleksi Tropenmuseum ini menggambarkan perempuan sedang membatik di daerah Jawa Tengah, namun tanggal pengambilan foto tidak diketahui. Salah satu di antara pembatik tersebut, sedang membatik motif tumpal. (sumber:wikimedia.com)

Foto ini menggambarkan kondisi pengrajin batik pada masa kolonial. Terlihat batik-batik yang dihasilkan bermotif tumpal. (Sumber:sejarahri.com)

Foto ini menggambarkan kondisi pengrajin batik pada masa kolonial. Terlihat batik-batik yang dihasilkan bermotif tumpal. (Sumber:sejarahri.com)

Bagi masyarakt pendukungnya, motif tumpal mempunyai filosofi penolak bala karena gambar segitiga runcing itu dilambangkan sebagai gigi buaya.

Jenis Peletakan Tumpal

Pada zaman dahulu, penggunaan motif tumpal dibedakan dari jenis kelamin yang memakainya. Pada penggunaan kain panjang misalnya, tumpal diletakkan di bagian belakang oleh pemakai laki-laki. Sedangkan tumpal diletakkan di bagian depan oleh pemakai perempuan.

Potret kedua pria di Jawa pada masa kolonial, pria di sebelah kanan memakai batik bermotif tumpal. (Sumber:Phesolo.wordpress.com dan KITLV.nl)

Potret kedua pria di Jawa pada masa kolonial, pria di sebelah kanan memakai batik bermotif tumpal. (Sumber:Phesolo.wordpress.com dan KITLV.nl)

Motif Tumpal yang berada di posisi tengah pada batik pesisir. (Sumber: batikplatform.com)

Motif Tumpal yang berada di posisi tengah pada batik pesisir. (Sumber: batikplatform.com)

Peletakan tumpal pada kain batik sendiri tempatnya bermacam-macam. Ada yang gambar di bagian sisi kiri dan kanan kain, digambar di bagian tengah kain, dan digambar di sisi atas dan bawah kain.

Motif Tumpal pada batik Cirebon ini berada mengelilingi ragam hias utama. (Sumber:batikshuniyya.wordpress.com)

Motif Tumpal pada batik Cirebon ini berada mengelilingi ragam hias utama. (Sumber:batikshuniyya.wordpress.com)

Jenis-jenis tumpal yang dikenal pada batik pesisirannya adalah tumpal sorot (pucuk rebung), tumpal cepet (tumpal kombinasi), tumpal buk, tumpal bendera, tumpal kopi susu dan seritan atau tompal sariden dalam dialek Madura.

 Tumpal Pada Zaman Modern

Perkembangan batik pada saat ini tidak hanya untuk digunakan sebagai kain panjang yang menutupi pinggang hingga mata kaki.

Kate Middleton menggunakan batik motif tumpal. (Sumber:kehidupannegeriraya.wordpress.com)

Kate Middleton menggunakan batik motif tumpal. (Sumber:kehidupannegeriraya.wordpress.com)

Penggunaan batik pada saat ini lebih bervariasi dengan dijahit menjadi kemeja dan macam-macam bentuk pakaian perempuan.

Penggunaan tumpal juga menjadi bervariasi, namun kebanyakan tumpal masih diletakkan pada bagian tengah atau kancing di pakaian modern.

Penutup

Semoga artikel ini dapat menambahkan pengetahuan mengenai ragam informasi batik Indonesia.

Mari ketahui filosofi dan makna dalam motif-motif batik Cirebon!

Ancaman Limbah Batik dan Usaha Mengatasinya

Limbah Batik di sungai. Sumber. menaraimpian.com

Ancaman limbah industri batik di Kota-kota besar penghasil batik seperti Solo, Yogyakarta dan Pekalongan sangat memprihatinkan. Berbagai sungai telah tercemar hingga taraf yang tidak dapat dimanfaatkan untuk air minum, mencuci dan mandi. Keprihatinan ini membawa kepada ide-ide dan usaha mengatasi limbah batik yang dilakukan pemerintah, lembaga sosial dan mahasiswa.

Kota-kota besar seperti Solo, Yogyakarta dan Pekalongan terkenal sebagai penghasil batik karena memiliki sejarah panjang dan terus melestarikan batik dari masa ke masa. Produksi batik pada masa lalu menggunakan pewarna alam yang ramah dengan lingkungan. Namun, produksi batik berkembang menjadi industri rumahan yang sangat bersifat ekonomi.

Pewarna alam yang dinilai kurang menguntungkan karena harus melalui proses yang sangat panjang sebelum dapat digunakan mulai digantikan perannya dengan pewarna sintetis.

(Mari mengenali pewarna alam dan pewarna sintetis pada Batik!)

Pewarna sintetis memiliki berbagai kelebihan yang tidak dimiliki oleh pewarna alam. Seperti, cepatnya proses pewarnaan, menghasilkan warna yang lebih cerah dengan ketahanan yang baik, dan harga yang lebih ekonomis.

Namun, pewarna sintetis sangat berdampak buruk dan mencemari lingkungan. Jika, tidak diolah terlebih dahulu sebelum menuju ke tempat pembuangan.

Berbagai bahan berbahaya dan beracun yang terkandung di dalam pewarna sintetis seperti Remzol Black B, HCL, Nitrit, dan soda kostik mempunyai dampak buruk bagi kehidupan.

Berbagai indikasi-indikasi polusi dan pencemaran yang diakibatkan limbah industri batik dapat dilihat di sungai daerah Pekalongan, Solo dan Yogyakarta.

Di Pekalongan, seperti yang dikutip dari kumparan.com dalam berita yang terbit pada 2017, kondisi maju mundurnya industri batik di Pekalongan dapat dilihat dari warna air sungai.

“Jika sungainya keruh, berarti industri batiknya sedang baik” Ujar Slamet Purwanto, salah seorang pengelola batik TBiG, Pekalongan.

Okezone.com pada 2008 juga menerbitkan artikel mengenai limbah batik di Pekalongan.

Dalam artikel tersebut menjelaskan endapan limbah batik mengakibatkan air sungai menjadi berwarna kehitam-hitaman dan berbau yang tidak sedap.

Bahkan, ketika musim kemarau kondisi itu menjadi lebih buruk.

Limbah-limbah yang telah bercampur dengan air sungai mengering karena panas matahari sehingga tidak terbawa ke laut.

Hal itu sangat berbahaya bagi kesehatan dan ketidaknyamanan bagi masyarakat sekitar.

Kondisi sungai di Solo juga sama memprihatinkan.

Tercatat pada 2017, terdapat dua artikel mengenai pencemaran lingkungan yang terjadi di Sungai daerah Solo oleh sindonews.com dan solopos.com

Dua anak Sungai Bengawan Solo, Sungai Jenes dan Sungai Premulung, telah tercemar dalam kategori berat karena limbah industri batik di sekitar daerah itu.

Dinas Lingkungan Hidup Solo, telah melakukan uji laboratorium kualitas air sungai di Solo.

Hasilnya, Sungai Jenes dan Premulung telah tercemar dengan logam berat.

Kondisi ini membuat air Sungai Jenes dan Premulung masuk ke dalam kategori kelas empat yang sudah tidak layak bagi pertanian dan perikanan.

Kondisi sungai lainnya yang cukup memprihatinkan adalah Sungai Pepe, Sungai Anyar dan Sungai Gajah Putih.

Walaupun sudah dalam kategori tercemar, ketiga sungai itu masih dalam kategori tiga yang artinya masih dapat dimanfaatkan untuk pertanian dan perikanan.

Di Yogyakarta, air sungai pun telah tercemar.

Tercatat pada 2013 di antara.com dan pada 2015 di merdeka.com.

Seperti yang dikutip dari Antara.com, ada lima warga yang mengalami iritasi kulit setelah mencari rumput di Sungai Rowo Jembangan yang berada di Kabupaten Kulon Progo.

Menurut laporan warga, sebelumnya ada ikan yang mati dengan luka diperutnya.

Pencemaran lingkungan yang terjadi akibat limbah industri batik di tiga daerah tersebut harus dikaji dengan baik.

Pasalnya, pertumbuhan industri batik mempunyai manfaat besar dalam bidang pelestarian dan pengembangan budaya juga meningkatkan perekonomian masyarakat.

Dibutuhkan upaya perlindungan pencemaran lingkungan yang sejalan dengan pertumbuhan industri batik.

Jangan sampai kebangkitan batik Indonesia hanya sebatas dalam taraf ekonomi, tanpa melihat pelestarian lingkungan dan ekosistem budaya Indonesia.

Usaha Mencegah dan Mengatasi Limbah Batik

Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh limbah batik, mendapat perhatian dari berbagai kalangan.

Usaha untuk menangani pencemaran limbah batik dengan membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

IPAL berfungsi untuk menjaga Baku Mutu Limbah (BML) yang telah ditetapkan pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah. Indikator zat pada air yang masih di dalam ambang batas Baku Mutu Limbah (BML) di antaranya:

  1. COD sebesar 150 mg/l;
  2. TSS sebesar 50 mg/l;
  3. BOD sebesar 60 mg/l
  4. Phenol total sebesar 0,5 mg/l;
  5. Khrom total sebesar 1,0 mg/l;
  6. Amoniak total sebesar 8,0 mg/l
  7. Sulfita sebesar 0,3 mg/l;
  8. Minyak-lemak sebesar 3,0 mg/l;
  9. PH sebesar 6 – 9.

Berbagai usaha yang tercatat di berbagai situs dan refrensi dari internet ialah:

Pembuatan Plato oleh Mahasiswa Universitas Indonesia

Tergerak oleh kondisi pencemaran lingkungan akibat limbah batik di Pekalongan, lima mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia membuat Plato – sebuah alat pengolah limbah batik portable pada 2017.

Plato menggunakan kombinasi metode elektrokoagulasi dan fotokatalis. Sehingga, membuatnya dapat mengolah banyak limbah secara simultan, seperti limbah organik, limbah warna hingga limbah logam berat.

Keungulan utama Plato dari IPAL yang lain adalah alat ini dapat berpindah dengan mudah. Sehingga, dapat digunakan secara bergantian oleh pengrajin batik.

Pembuatan IPAL Menggunakan Air Limbah Perut Sapi

Pembuatan IPAL menggunakan air limbah perut sapi tercatat dalam skripsi mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia yang bernama Sucipta Laksono pada Juli 2012.

Air limbah perut sapi ia gunakan sebagai bahan dasar mengumpulkan bakteri untuk pembuatan biofilter – komponen utama dalam IPAL buatannya.

Hasil dari IPAL buatannya adalah proses biologis dengan mempergunakan bakteri perut sapi dapat mengurangi konsentrasi COD yang terkadung dalam limbah cair industri batik.

Kelebihan media biofilter yang ia kaji ialah lebih sederhana dibandingkan dengan sistem pengolahan lumpur aktif.

(Baca selengkapnya skripsi Sucipta Laksono!)

Pembuatan IPAL dengan Limbah Batu Bata

Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan penelitian pembuatan IPAL dengan bahan dasar limbah batu bata pada 2017.

Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama 3 bulan yang melibatkan mahasiswa angkatan 2014 dan 2015 berhasil menemukan solusi alternatif.

Penelitian ini menilai bahwa dengan memanfaatkan limbah batu bata hasil pembangunan yang dikombinasikan dengan tiO2 sebagai katalis menggunakan bantuan cahaya  sangat efektif dalam menyerap zat warna pada limbah batik.

Keunggulan inovasi ini adalah cukup ekonomis dan ramah lingkungan karena menggunakan limbah yang sudah tidak terpakai.

Sosialisasi Metode Adsorpsi Limbah Batik oleh KKN Undip

Pada Februari 2017, mahasiswa Undip mensosialisasikan metode adsorpsi limbah batik dan jeans di padepokan batik pesisir, Kecamatan Wiradesa, Pekalongan.

Metode adsorpsi ini menyaring limbah tekstil batik atau jeans dengan menggunakan zeolit aktif, karbon aktif, ijuk, kerikil dan pasir.

Menurut salah satu mahasiswi Undip, metode adsorpsi memiliki beberapa keungulan dibandingkan dengan metode filtrasi, koagulasi dan elektrodekolorisasi.

Aksi yang dilakukan mahasiswa dan mahasiswi Undip ini mendapatkan apresiasi dari Sekretaris Bappeda Pekalongan, Abdul Kholiq.

Beliau berharap dapat meningkatkan kerjasama dengan Undip karena pihaknya butuh teknologi dan inovasi yang dikembangkan oleh kampus.

Penyusunan Strategi Pengelolaan Air Limbah Sentra UMKM Batik yang Berkelanjutan

Tercatat dalam Jurnal Ilmu Lingkungan Volume 11 Issue 2: 62 – 72 (2013), Strategi Pengelolaan Air Limbah Sentra UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) Batik yang berkelanjutan disusun oleh 3 mahasiswa Undip.

Strategi ini disusun untuk mengatasi limbah batik yang terdapat di Desa Banaran, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo yang merupakan salah satu sentra industri UMKM.

Mengutip dari abstak penelitian tersebut, penyusunan strategi ini dalam perspektif good governance berdasarkan kajian aspek teknis, aspek ekonomi, aspek manajemen dan aspek sosial dengan menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threats) dilanjutkan penentuan prioritas strategi dengan metode AHP (Analytical Hierarchy Process).

Hasil dari penelitian ini menghasilkan priortas strategi untuk mewujudkan pengelolaan air limbah UMKM Batik, ialah:

  1. Aspek Manajemen: Penyusunan kebijakan dan program pengelolaan air limbah UMKM Batik;
  2. Aspek Teknis: Penentuan lahan untuk Instalasi Pengelolah Air Limbah (IPAL) yang representatif;
  3. Aspek Ekonomi: Swadana UMKM Batik dalam operasional dan perawatan IPAL, dan;
  4. Aspek Sosial: Pembinaan teknis kepada UMKM Batik dalam pengelolaan air limbah.

(Baca selengkapnya Strategi Pengelolaan Air Limbah Sentra UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) Batik yang berkelanjutan)

Pembuatan IPAL yang dilakukan oleh Tim dari UGM

Pada 2012, tim yang terdiri dari mahasiswa Universitas Gadjah Mada membuat IPAL menggunakan bak oil catcher dan filtrasi horizontal.

Proses pengolahan limbah batik ini melalui lima tahapan:

  1. Limbah dialirkan ke dalam bak pengendapan (sedimentasi) dan equalisasi;
  2. Limbah dialirkan ke dalam bak kontrol yang terbuat dari batu bata yang diplester halus dengan oveflow di bagian atas;
  3. Lalu limbah dialirkan ke bak skimming dengan overflow di bagian bawah;
  4. Lalu dialirkan kembali ke bagian saringan yang menggunakan bahan kawat kasa screen;
  5. Terakhir, ditampung di bak rawa buatan yang telah diisi dengan split, arang aktif, dan zeolit.

Di atas IPAL ini dapat ditanam tumbuhan seperti sri rejeki atau pisang.

Hasil dari proses ini menunjukan bahwa nilai limbah batik telah menurun secara signifikan. Walaupun, kondisinya masih belum memenuhi Baku Mutu Limbah.

Keunggulan IPAL buatan mahasiswa UGM ini adalah nilai ekonomis yang murah, lahan yang efisien karena IPAL dipasang di bawah tanah, jadi di atas IPAL dapat digunakan untuk aktivitas lainnya

pembuatan dan mudah mendapatkan bahan. Selain itu, instalasi ini juga murah, efi sien lahan, karena lahan yang digunakan tidak terlalu luas, hanya 2 m x 6 m. “Bangunan IPAL berada di dalam tanah, permukaan atas bangunan tertutup sehingga rata dengan lahan yang lain. Di atas IPAL dapat digunakan untuk aktivitas lainnya, karena dari luar rata dan sama dengan tanah atau lahan sekitarnya,”

Penutup

Suatu usaha yang telah tumbuh dan berkembang sampai taraf industri selain memiliki nilai ekonomis yang tinggi juga memiliki dampak mencemari lingkungan jika limbahnya tidak diproses terlebih dahulu.

Sebuah keputusan yang tak elok jika mengejar keuntungan yang besar pada saat ini dengan mewariskan alam yang rusak untuk generasi selanjutnya.

Semoga, kesadaran dalam mengelola limbah terus tumbuh diiringi dengan kemajuan inovasi pembuatan IPAL karena apa yang kita tebar hari ini adalah yang akan kita tuai nanti.

Sumber:

Skripsi dan Penelitian:

“Efektivitas Pengolahan Air Limbah Batik dengan Cara Kimia dan Biologi”

http://ejournal.kemenperin.go.id/dkb/article/view/975

“Pengolahan Biologis Limbah Batik Dengan Media Biofilter”

http://lib.ui.ac.id/detail?id=20309381&lokasi=lokal#horizontalTab2

“Strategi Pengelolaan Air Limbah Sentra UMKM Batik yang Berkelanjutan di Kabupaten Sukoharjo”

http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/ilmulingkungan/article/viewFile/6748/5517

Artikel:

“Ipal Batik Kini Lebih Murah”

“Mengolah Limba Batik Agar Tak Mencemari Sungai”

kumparan.com/ochi-amanaturrosyidah/mengolah-limbah-batik-agar-tak-mencemari-sungai

“Mahasiswa UI Ciptakan Alat Pengolah Limbah Batik”

/www.ui.ac.id/berita/mahasiswa-ui-ciptakan-alat-pengolah-limbah-batik.html

“Limbah Batik Penyumbang Tersebar Pencemaran Sungai”

daerah.sindonews.com/read/1244882/22/limbah-batik-penyumbang-terbesar-pencemaran-sungai-1506975635

“Limbah Industri Batik Cemari Sungai-sungai di Solo”

www.solopos.com/2017/10/03/limbah-industri-batik-cemari-sungai-sungai-di-solo-856479

“Sumber Air Tercemar, Mahasiswa UII Mengelola Air Limbah Batik Dengan Bahan Dasar Limbah Batu Bata Yang Ramah Lingkungan”

www.uii.ac.id/sumber-air-tercemarmahasiswa-uii-mengelola-air-limbah-batik-dengan-bahan-dasar-limbah-batu-bata-yang-ramah-lingkungan/

“Pencemaran Limbah Batik di Pekalongan Makin Parah”

news.okezone.com/read/2008/07/04/1/124777/pencemaran-limbah-batik-di-pekalongan-makin-parah

“KKN Undip Sosialisasikan Metode Adsorpsi Limbah Batik Pekalongan”

www.undip.ac.id/language/id/archives/5300

“Limbah Industri Batik di Yogyakarta Rusak Mutu Air Sungai”

www.merdeka.com/peristiwa/limbah-industri-batik-di-yogyakarta-rusak-mutu-air-sungai.html

“BLH Yogyakarta Ambil Sampel Limbah Industri Batik”

www.antaranews.com/berita/357873/blh-yogyakarta-ambil-sampel-limbah-industri-batik

Sejarah kontemporer dan Makna 14 Motif Batik Khas Bojonegoro

Fashion Show Batik di Kabupaten Bojonegoro. (Sumber: bojongerokab.go.id)

Bojonegoro adalah sebuah Kabupaten di Jawa Timur yang pada bagian baratnya berbatasan langsung oleh Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini beribukota Bojonegoro, memiliki luas 2.384 km persegi dengan total kepadatan penduduk sebesar 1.437.2010 menurut sensus penduduk pada 2015. Beberapa tahun terakhir Bojonegoro terkenal dengan batik khas Bojonegoro.

Bojonegoro adalah salah satu kabupaten yang sangat aktif dalam melestarikan, mengembangkan dan memajukan kebudayaannya. Terutama budaya membatik. Kabupaten ini pada tahun 2009 telah mengeluarkan motif paten khas Bojonegoro melalui sebuah event festival desain motif batik khas Bojonegoro.

Event budaya tersebut adalah jawaban dan langkah bagi Kabupaten Bojonegoro dalam melestarikan budaya serta menggerakan industri rumahan untuk meningkatkan kehidupan masyarakatnya.

Kesadaran memiliki batik khas Bojonegoro digagas oleh Mahfudhoh Suyoto yang saat ini menjabat sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Bojonegoro. Mahfudhoh Suyoto adalah tokoh yang aktif dalam memajukan kerajinan dan industri rumahan di Bojonegoro.

Ibu Mahfudhoh Suyoto mengenakan motif batik khas Bojonegoro, Jagung Miji Emas. (Sumber:kanalbojonegoro.com)

Ibu Mahfudhoh Suyoto mengenakan motif batik khas Bojonegoro, Jagung Miji Emas. (Sumber:kanalbojonegoro.com)

Pada pertengahan tahun 2017, Ibu Mahfudhoh Suyoto bersama jajarannya menyelenggarakan sebuah event pemilihan Duta Batik Bojonegoro. Sebuah aksi yang patut diapresiasi dalam memperkenalkan batik-batik khas Bojonegoro.

Kembali kepada Festival Desain Batik Khas Bojonegoro. Kegiatan yang dilaksanakan pada 29 Desember 2009 ini menghasilkan 9 motif batik yang terpilih dan ditetapkan sebagai motif batik khas Bojonegoro.

Kesembilan motif batik khas Bojonegoro itu, di antaranya: Mliwis Mukti, Jagung Miji emas, Parang Lembu Sekar Rinambat, Rancak Thengul, Gatra Rinonce, Sekar Jati, Sata Ganda Wangi, Parang Dahana Mungal dan Pari Sumilak.

Motif-motif di atas menggambarkan ciri khas budaya, geografis, tanaman utama dan berbagai hal yang menyangkut kehidupan di Bojonegoro. Motif batik Bojonegoro ini ditetapkan dengan Keputusan No. 188/50/KEP/412.11/2010 tentang 9 motif batik Jonogoroan.

Pada 2013, Kabupaten Bojonegoro menambahkan motif batik khas Bojonegoro sebanyak 5 motif. Motif-motif ini bernuansa tanaman yang tumbuh di Bojonegoro.

5 motif batik khas Bojonegoroan tersebut bernama Belimbing Lining Lima, Pelem-pelem Sumilar, Sekar Rosella Jonegoroan, Woh Roning Pisang dan Surya Salak Kartika.

Pemerintah Kabupaten Bojonegoro sangat aktif dalam membina budaya membatik di daerahnya.

Tidak hanya mematenkan motif khas Bojonegoroan, produksi dan home industri Batik Bojonegoro juga didukung oleh berbagai peraturan yang mendukung ekosistem budaya membatik.

Peraturan-peraturan tersebut ialah:

  1. Mewajibkan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Bojonegoro setiap hari Kamis dan Jumat seperti yang tertuang pada Peraturan Bupati Bojonegoro No. 44 Tahun 2014 Pasal 33.16;
  2. Melaksanakan pelatihan serta pendampingan kepada masyarakat terutama kaum perempuan;
  3. Melaksanakan pengawasan mutu untuk menjaga kualitas batik;
  4. Mewajibkan siswa-siswi di lingkungan Kabupaten Bojonegoro untuk memakai batik khas Bojonegoro satu hari dalam seminggu;
  5. Mempublikasikan Batik khas Bojonegoro kepada tingkat yang lebih luas.

Begitu aktifnya Pemerintah Daerah Kabupaten Bojonegoro memajukan kebudayaan membatik, harus diapresiasi.

Makna Motif Batik Khas Bojonegoro

Motif-motif yang menjadi ciri khas batik Bojonegoro juga harus diketahui. Agar, nilai-nilai budaya dan makna yang dikandungnya tidak hilang begitu saja.

Penjelasan Motif-motif Batik khas Bojonegoro atau Batik Jonogoroan, sebagai berikut:

Motif Mliwis Mukti

Motif Mliwis Mukti. (Sumber:fitinline.com)

Motif Mliwis Mukti. (Sumber:fitinline.com)

Motif Mliwis Mukti adalah berasal dari kata mliwis yang berarti burung belibis dan mukti yang berarti mulia.

Motif ini mempunyai sangkut paut kepada legenda Prabu Anglingdarmo. Prabu Angling Darmo adalah Raja Negara Malowopati yang konon daerah itu sekarang adalah Bojonegoro.

Prabu Anglingdarmo dapat menjelma sebagai burung belibis, karena itu pula motif ini memiliki sangkut paut kepada Prabu Anglingdarmo.

Ragam hias utama motif ini adalah sayap burung mliwis dan ujung tombak yang diapit nyala api.

Motif Sekarjati

Motif Batik Khas Bojonegoro Sekarjati. (Sumber:fitinline.com)

Motif Batik Khas Bojonegoro Sekarjati. (Sumber:fitinline.com)

Motif Sekarjati adalah motif yang beragam hias utama daun jati.

Kabupaten Bojonegoro terkenal sebagai daerah penghasil kayu jati.

Oleh karena itu, motif batik Sekarjati tercipta.

Pohon jati juga dianggap sebagai pohon yang mulia karena dari sisi ekonomi yang bernilai tinggi dan sisi filosifi yang melindungi dalam waktu yang sangat lama.

Motif Gatra Rinonce

Motif Gatra Rinoce. (Sumber:fitinline.com)

Motif Gatra Rinoce. (Sumber:fitinline.com)

Motif batik Gatra Rinonce adalah motif yang juga menggambarkan kekayaan alam Bojonegoro.

Gatra adalah singkatan dari kata gas dan patra (minyak). Gas dan patra adalah salah satu kekayaan bumi Bojonegoro.

Ragam hias utama motif ini adalah sulur dan bunga yang saling berhubungan dalam kesatuan bentuk.

Pada desainnya, motif ini berwarna hijau dan kuning yang melambangkan kemakmuran, kemudaan dan keindahan.

Motif Jagung Miji Emas

Motif Batik Jagung Miji Emas (Sumber:jktr.blogspot.com)

Motif Batik Jagung Miji Emas (Sumber:jktr.blogspot.com)

Motif batik Jagung Miji Emas adalah motif yang bergambar tongkol jagung sebagai ragam hias utamanya.

Dalam bahasa Jawa sendiri, jagung miji emas berarti Jagung yang berbiji emas.

Sebuah pengharapan dan doa bagi Kabupaten Bojonegoro dan pemakainya untuk mendapatkan hidup yang makmur dan sejahtera.

Motif Lembu Sekar Rinambat

Motif Lembu Sekar Rinambat. (Sumber: kholis-modif.blogspot.com)

Motif Batik Khas Bojonegoro Lembu Sekar Rinambat. (Sumber: kholis-modif.blogspot.com)

Motif batik Lembu Sekar Rinambat menggambarkan kekayaan Kabupaten Bojonegoro sebagai daerah yang banyak peternak sapinya.

Motif ini mempunyai ragam hias utama berupa dua kepala sapi yang saling bertumpuk dan bunga yang menjalar.

Motif Pari Sumilak

Motif Batik Khas Bojonegoro Pari Sumilak (Sumber: nizarazur.blogspot.com)

Motif Batik Khas Bojonegoro Pari Sumilak (Sumber: nizarazur.blogspot.com)

Motif batik Pari Sumilak adalah gambaran ladang padi yang siap dipanen.

Motif ini bermakna kesejateraan dan kemakmuran.

Ragam hias utama motif ini adalah seikat gabah yang melengkung karena telah terisi penuh.

Motif Rancak Thengul

 

Motif Batik khas Bojonegoro Rancak Thengul. (Sumber: ferlyarvidia.blogspot.com)

Motif Batik khas Bojonegoro Rancak Thengul. (Sumber: ferlyarvidia.blogspot.com)

Motif batik Rancak Thengul menggambarkan seni pewayangan khas Bojoneogoro, yaitu Wayang Thengul.

Wayang Thengul sendiri berupa wayang yang terbuat dari kayu yang berbentuk tiga dimensi. Lakon wayang Thengul biasanya mengisahkan cerita Menak dan Panji.

Motif ini merupakan salah satu upaya melestarikan Wayang Thengul.

Ragam hias utamanya adalah Wayang Thengul yang dideretkan dan dipadu dengan ornamen lain yang membentuk garis horizontal.

Motif Sata Ganda Wangi

Motif Batik Khas Bojonegoro Sata Ganda Wangi (Sumber: jrtr-smart.blogspot.com)

Motif Batik Khas Bojonegoro Sata Ganda Wangi (Sumber: jrtr-smart.blogspot.com)

Motif batik Sata Ganda wangi adalah motif yang menggambarkan kejayaan pertanian tembakau di Kabupaten Bojonegoro.

Dalam bahasa Jawa, sata ganda wangi bermakna tembakau yang beraroma harum.

Master disain motif ini berwarna kombinasi hijau dan putih sebagai latarnya.

Motif Dahana Mungal

Motif Batik Dahana Mungal. (Sumber: batikmagazinebjn-theme.blogspot.com)

Motif Batik Dahana Mungal. (Sumber: batikmagazinebjn-theme.blogspot.com)

Motif batik Dahana Mungal adalah motif yang menggambarkan objek wisata Kayangan Api.

Objek Wisata Kayangan Api adalah sumber api abadi yang berada di desa Sendangharjo Kecamatan Ngasem.

Dahana Mungal sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti api yang menyala.

Motif Belimbing Lining Lima

Motif Batik Belimbing Lining Lima. (Sumber: batikku.info)

Motif Batik Belimbing Lining Lima. (Sumber: batikku.info)

Motif batik Belimbing Lining Lima menggambarkan kekayaan Kabupaten Bojonegoro sebagai penghasil belimbing.

Motif Pelem-pelem Sumilar

Motif Batik Pelem Sumilar (Sumber:bukalapak.com)

Motif Batik Pelem Sumilar (Sumber:bukalapak.com)

Motif batik Pelem-pelem Sumilar menggambarkan buah mangga yang dihasilkan di Kabupaten Bojonegoro.

Buah mangga di Bojonegoro utamanya berjenis mangga gadung.

Mangga gadung dari Bojonegoro itu sudah terkenal di kota-kota besar di Indonesia.

Motif Sekar Rosella Jonegoroan

Motif Batik Sekar Rosella. (Sumber: musyafka.blogspot.com)

Motif Batik Sekar Rosella. (Sumber: musyafka.blogspot.com)

Motif batik Sekar Rosella Jonegoroan adalah menggambarkan bunga Rosella.

Bunga Rosella adalah bunga yang pada beberapa tahun belakangan ini terkenal sebagai obat bagi berbagai macam penyakit.

Motif Woh Roning Pisang

Motif Batik Khas Bojonegoro Woh Roning Pisang. (Sumber: sumbersaribatik.com)

Motif Batik Khas Bojonegoro Woh Roning Pisang. (Sumber: sumbersaribatik.com)

Motif batik Woh Roning Pisang menggambarkan buah pisang susu.

Batik ini memiliki ragam hias utama buah pisang dan daun pisang yang menjadi kesatuan.

Motif Surya Salak kartika

Motif Surya Salak Kartika. (Sumber:tokopedia.com)

Motif Surya Salak Kartika. (Sumber:tokopedia.com)

Motif batik Surya Salak Kartika adalah motif yang menggambarkan Bojonegoro sebagai penghasil salak.

Buah salak asli Bojonegoro yang terkenal itu di Desa Wedi dan Desa Tanjungrejo, Kecamatan Kapas.

Penutup

Keaktifan Pemerintah Daerah Kabupaten Bojonegoro sangat patut diapresasi dan dijadikan contoh.

Perkembangan dan pemajuan budaya membatik di sana juga tidak hanya dalam segi pelestrian namun juga penggenjot kreativitas dan inovasi warga Bojonegoro.

Semoga apa yang telah dibangun dan dirintis menghasilkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat, pelestarian dan pemajuan kebudayaan dan tetap merawat lingkungan.

Sumber:

Anshori, Yusak, Adi Kusrianto (2011) Keeksotisan Batik Jawa Timur: Memahami Motif dan Keunikannya. Jakarta: Penerbit Elex Media Komputindo

“Batik Bojonegoro” sumber: alvikasanatin.wordpress.com/kabupaten-bojonegoro/batik-bojonegoro/

“Batik Jonegoroan” sumber: jawatimuran.net/2016/10/10/batik-jonegoroan/

“Mahfudhoh Suyoto Buka Pemilihan Duta Batik Bojonegoro” sumber: www.kanalbojonegoro.com

RESENSI BUKU: Melihat Rekam Jejak Pertumbuhan Industri Batik di Desa Kauman, Solo

Cover Buku Batik Tulis Tradisional Kauman, Solo.

· Judul : Batik Tulis Tradisional Kauman, Solo: Pesona Budaya nan Eksotik

· Penulis : Hariyanto Atmojo

· Tahun Terbit : 2008

· Penerbit : Tiga Serangkai

· Kota Terbit : Solo

· Jumlah Halaman: 107 hlm

Indonesia terkenal dengan kaya akan budaya. Salah satu hasil budaya Indonesia yang terkenal di dunia adalah batik. Batik mendapatkan pengakuan UNESCO (United Nation Educational Scientific and Cultural Organization) sebagai Warisan Kemanusian untuk Budaya Lisan Takbenda (Masterpieces of the Oral and Intangible Cultural Heritage of Humanity) pada 2008.

Pengakuan dari UNESCO tersebut tidak lepas dari arti batik dalam kehidupan masyarakat pendukungnya. Batik hadir dalam setiap upacara tahapan hidup manusia. Dari kelahiran, pernikahan hingga kematian , batik mempunyai tempat yang tak tergantikan.

Batik tidak hanya sekadar kain yang bermotif. Namun, batik adalah teknik pembuatan yang melingkupi semua proses pembuatan dan alat-alat pembuatan batik. Teknik dan alat-alat pembuat batik di Kepulauan Nusantara ini sangat unik. Oleh karena itu batik diakui sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan Takbenda dari Indonesia.

Sampai saat ini, masih banyak Informasi-informasi yang dapat digali dari kekayaan budaya ini. Walaupun sudah cukup banyak buku-buku yang mengkaji dari berbagai sisi, seperti sisi sejarah, budaya, ekonomi dan lingkungan.

Buku Batik Tulis Tradisional Kauman, Solo: Pesona Budaya nan Eksotik membahas bagaimana kondisi home industry batik di Desa Kauman dan pertumbuhan pariwisatanya.

Buku ini kaya akan foto-foto Desa Kauman pada tahun 2008. Setiap sudut, masyarakat, serta bangunan-bangunan bersejarahnya tidak luput dari pengamatan 4 orang kameramen yang berkontribusi dalam pembuatan buku ini.

Batik Solo sepertinya adalah topik utama dalam buku ini. Pembaca akan mengenali motif-motif batik sarat makna dan proses pembuatannya di Desa Kauman. Perkembangan industri rumahan batik juga digambarkan dengan foto kondisi toko batik yang modern dan beragamnya model pakaian berbahan dasar batik.

Namun, apa yang menjadi sebuah ciri khas batik di Kauman belum dijelaskan melalui buku ini. Apakah ada perbedaan antara batik di Kauman dengan batik di Laweyan? Walaupun keduanya tumbuh di tempat yang berbeda, tapi keduanya sama-sama memproduksi batik khas Surakarta.

Sepertinya penulis ingin menyajikan informasi melalui foto-fotonya karena tulisan cukup sedikit di sebuah buku yang total halamannya mencapai 100. Memang tulisan yang sedikit ini membuat pembaca fokus memperhatikan foto-foto yang sangat kaya. Walaupun dengan tulisan yang cukup sedikit, tapi membantu pembaca untuk mengenali batik Solo.

Keringkasan tulisan di buku ini seperti bumerang. Foto-foto yang banyak tanpa adanya informasi yang kaya seakan hanya membuat pembaca mengenali lapisan luar saja. Seperti membedakan motif batik, cara pembuatan batik, perkembangan home industry dan wisata.

Masih banyak yang membuat pembaca penasaran. Misalnya, apakah ada kaitannya antara latar belakang masyarakat Kauman sebagai santri dengan produksi batik di sana? Lalu bagaimana sejarahnya industri batik di Kauman. Perlu rasanya mengetahui kondisi pasang dan surut industri itu hingga sampai pada masa kini.

Pada bagian home stay merangsang saya untuk mengetahui bagaimana perkembangan desa wisata di sana. Rasanya tidak cukup mengulas satu homestay tanpa mengetahui latar belakang dan konteksnya. Pertanyaan yang langsung terbersit di benak saya.

Siapakah pelopor yang membuat Desa Kauman sebagai desa wisata? Sejak kapan Desa Kauman mulai tumbuh kesadaran membangun desa wisata? Kira-kira itu pertanyaan itu yang muncul dibenak saya ketika selesai membaca buku ini.

Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, saya menyarankan menaruh buku ini di sebuah meja tamu atau tempat menunggu. Tidak memerlukan waktu lama membaca informasi di buku ini, namun kita sudah dapat mengenali karakteristik ragam hias dan motif batik-batik yang memiliki makna mendalam.

Setiap pekerjaan yang membangun harus diapresiasi dan disempurnakan. Masih banyak yang dapat digali dari batik, khususnya batik Desa Kauman. Tentu kita semua berharap akan ada karya-karya selanjutnya yang mengingatkan kita kembali kekayaan budaya yang telah diwarisi nenek moyang kita. Semoga.

Mari lihat artikel sejarah singkat batik di Desa Kauman.

Sejarah Batik Kampung Kauman: Ikon Industri dan Wisata Batik di Kota Solo

Gerbang Kampung Batik Kauman (Sumber:Ceritasondha.wordpress.com)

Sejarah batik di Kampung Kauman tidak lepas dari peran abdi-abdi dalem keraton Kasunanan Surakarta dan perkembangan kota Solo. Diawali pada 1757, ketika Paku Buwono III membangun masjid Agung. Para santri dan abdi dalem keraton tinggal di sekitar masjid Agung.

Para abdi dalem yang tinggal di sana juga membatik dan  menjual batik-batiknya. Seiring dengan pertumbuhan pasar-pasar di sekitar Kota Solo, seperti pasar Klewer membuat produksi semakin bertambah.

Bangunan semen tua yang dihiasi oleh batik-batik produksi di kampung serta becak-becak yang menjadi sarana berkeliling di sana.

Foto ini menggambarkan keseharian Kampung Kauman di Solo. Bangunan semen tua yang dihiasi oleh batik-batik produksi di kampung serta becak-becak yang menjadi sarana berkeliling di sana. (Sumber: Yogyakarta.panduanwisata.id)

Pertumbuhan itu menimbulkan banyaknya pengrajin dan saudagar batik. Hal itu membuat Kampung Kauman memiliki bangunan-bangunan khas para saudagar batik. Bangunan khas saudagar yang megah dan luas.

Tata letak bangunan di daerah ini juga unik dengan banyaknya bangunan-bangunan bergaya Jawa, Art Deco, Tionghoa dan Timur Tengah yang dilalui oleh gang dan jalan-jalan sempit.

Sampai saat ini pun, geliat industri batik di kampung Kauman masih berjalan. Beberapa tempat pembuatan baik membuat sesi workshop bagi wisatawan yang sekadar mampir atau mencari batik di kampung ini. Bahkan, hingga memiliki museum sendiri.

Mari kita simak informasi lengkapnya di bawah ini!

Sejarah Batik Kampung Kauman

Perkembangan daerah kampung Kauman tidak lepas dari pembangunan Masjid Agung pada 1757. Para abdi dalem pengurus masjid membangun perkampungan di sekitar Masjid Agung. Kampung ini lama-lama disebut Kampung Kauman karena kampung ini tempat berkumpulnya abdi dalem pengurus masjid dan ulama.

Foto Masjid Agung Surakarta dan tempat sekitarnya. Tanggal foto diambil tidak diketahui

Foto Masjid Agung Surakarta dan tempat sekitarnya. Tanggal foto diambil tidak diketahui. (Sumber: Wikipedia.org)

Pada awalnya pembuatan batik dibuat oleh istri-istri abdi dalem untuk kebutuhan keraton. Namun, dengan perkembangan pasar di sekitar Kota Solo membuat kebutuhan batik semakin meningkat. Produksi semakin bertambah dan menyerap banyak tenaga pembatik.

Seiring dengan banyaknya penjualan batik, membuat para saudagar batik semakin kaya raya. Sehingga mereka saling membuat bangunan megah pada sekitar tahun 1800 – 1900an.

Ciri khas produksi batik Kampung Kauman menguatkan citra sebagai penyedia batik bagi keraton. Hal tersebut sama seperti Kampung Laweyan. Pada zaman itu daerah-daerah lain juga memiliki ciri khas karena hasil produksi.

Foto yang diambil dari sebuah koran atau buku ini menggambarkan gerbang Kampung Kauman. Terlihat lambang Muhammadiyah di atas gerbang. Selain penghasil batik, Kampung Kauman tempat tumbuhnya ajaran Muhammadiyah

Foto yang diambil dari sebuah koran atau buku ini menggambarkan gerbang Kampung Kauman. Terlihat lambang Muhammadiyah di atas gerbang. Selain penghasil batik, Kampung Kauman tempat tumbuhnya Muhammadiyah. (Sumber: tomy-go-blog.blogspot.com)

Misalnya, Kampung Gerjen yang menyediakan kebutuhan jahitan bagi keraton, Kampung Bladan yang menyediakan kebutuhan kue bagi keraton, dan Kampung Blodiran yang menyediakan kebutuhan bordiran untuk keraton.

Nama-nama pengusaha batik yang hidup di Kampung Kauman dapat kita lihat dari tulisan yang terpampang di dinding bangunan. Seperti rumah yang cukup megah dengan tulisan “Dasoeki”di salah satu dinding dan di bawahnya terdapat tulisan tahun “1828”.

Foto gang di Kampung Kauman. Bangunan di gambar ini adalah rumah kuno pengusaha batik di Kauman tempo dulu. (

Foto gang di Kampung Kauman. Bangunan di gambar ini adalah rumah kuno pengusaha batik di Kauman tempo dulu. (Sumber:Yogyakarta.panduanwisata.id)

Beberapa pengusaha batik yang telah membuat batik sejak tahun 1800an  masih memiliki generasi yang  menggeluti bidang itu. Seperti Bapak Gunawan Setiawan yang merupakan cicit dari Haji Abu Umar, salah satu produsen batik di Desa Kauman.

Kekhasan Batik Solo

Motif atau ragam hias batik Solo memiliki dua jenis yang dibedakan dari geometris gambar. Jenis motif geometris adalah motif benji, ceplok, kawung, nitik dan garis miring. Motif non geometris adalah motif semen, buketan dan terang bulan.

Ciri khas batik Solo tradisional dapat dilihat dari penggunaan warna dalam pembuatannya. Batik Solo tradisional menggunakan pewarna yang berbahan dasar kulit pohon Soga yang menghasilkan warna hitam, cokelat, cokelat kemerahan. Lebih lanjut mengenai pewarna batik dapat mengunjungi artikel ini.

Motif-motif batik yang telah dikenal sejak zaman dahulu mengandung makna dan harapan. Makna dan harapan si pembatik disimbolkan oleh gambar-gambar seperti sayap burung, ayam betina, bunga, alat musik, dan lain-lain.

Berikut, makna motif-motif batik khas Solo:

Motif Wahyu Temurun. (Sumber: nlyliyani.wordpress.com)

  • Motif Wahyu Temurun bermakna harapan menerima wahyu dari Tuhan YME, mendapatkan kenaikan pangkat atau penghargaan atasan, kehidupan yang lebih baik dan rezeki yang melimpah;

Motif Batik Sidomulyo. (Sumber: batikdan.blogspot.com)

  • Motif Sidomulyo bermakna mendapatkan kebahagiaan, batin yang tentram dari Tuhan YME. Motif ini cocok digunakan pada saat upacara pernikahan dan kelahiran;

(Pemakaian batik pada upacara pernikahan dapat dilihat di tautan ini)

Motif batik Srikaton. (Sumber:Nlyliyani.wordpress.com)

  • Motif Sri Katon bermakna kesuburan dan kemakmuran. Seperti yang terlihat dari gambar tangkai dengan bulir-bulir padi;
Motif Batik Semen Rante

Motif Batik Semen Rante. (Sumber:Bajumodelbaru.biz)

  • Motif Semen Rante bermakna lmbang ikatan yang kokoh dan kuat;
Motif Satrio Manah

Motif Satrio Manah. (Sumber:tipsperawatancantik.com)

  • Motif Satrio Manah bermakna seseorang/kesatria yang bekerja untuk mencapai sasaran atau tujuan. Gambar burung dan bunga diibaratkan sebagai sasaran sang kesatria;
Motif Batik Raturatih

Motif Batik Raturatih (sumber:nlyliyani.wordpress.com)

  • Motif Ratu Ratih bermakna kesetiaan seorang istri kepada suami yang mengandung harapan, pesan, niat dan iktikat yang baik serta luhur;
Motif Batik Gajah Birowo (Sumber:Jejakbatik.blogspot.com)

Motif Batik Gajah Birowo (Sumber:Jejakbatik.blogspot.com)

  • Motif Gajah Birowo bermakna kepemimpinan. Motif ini dipakai oleh para Bupati di lingkungan Mangkunegaranl;
Motif atau ragam hias pisang bali yang berkembang di Surakarta.

Motif atau ragam hias Pisan Bali yang berkembang di Surakarta.

  • Motif Pisan Bali mempunyai gambar utama sebuah gendhing dari Bali menurut K.R.T. Hardjonagoro. Motif ini memiliki makna keselamatan dan kebahagiaan abadi;

(Biografi singkat KRT Hardjonagoro dapat dilihat di tautan ini!)

Motif Batik Tambal Pamiluto

Motif Batik Tambal Pamiluto. (Sumber:umzaragallery.wordpress.com)

  • Motif Tambal Pamiluto bermakna sumber kehidupan. Corak ini hanya dipakai oleh orang-orang tertentu;
Motif Batik Udan Liris (Sumber:Pinterest.com)

Motif Batik Udan Liris (Sumber:Pinterest.com)

  • Motif Udan Liris yang mempunyai arti hujan gerimis dan simbol dari harapan untuk mendapatkan kesuburan dan kemakmuran;
Motif Batik Wirasat Delimo. Terlihat ragam hias Cakar, Ceplok, Sidomulyo dan Sidomukti. (Sumber: nisyacin.blogdetik.com)

Motif Batik Wirasat Delimo. Terlihat ragam hias Cakar, Ceplok, Sidomulyo dan Sidomukti. (Sumber: nisyacin.blogdetik.com)

  • Motif Wirasat Delimo yang berisikan berbagai motif seperti Truntum, Cakar, Sidomukti dan Sidoluhur bermakna keadaan yang menjadi dambaan manusia;
  • Motif Wirasat Buntal juga memiliki arti yang sama dengan motif Wirasat Delimo;
Motif Batik Babon Angrem (Sumber: barangtempodoeloe.com)

Motif Batik Babon Angrem (Sumber: barangtempodoeloe.com)

  • Motif Babon Angrem yang memiliki gambar utama seekor ayam betina yang sedang mengerami telurnya. Motif ini mengandung harapan kesuburan, keturunan, kemakmuran danal kehidupan. Motif ini sering digunakan pada upacara kelahiran adat Jawa;

(Pemakaian batik dalam upacara kelahiran adat Jawa dapat dilihat di tautan ini!)

  • Motif Kantil bermakna kesetiaan pada janji dan teguh pada iman dan prinsip;
Motif Batik Satria Wibowo. (Sumber. tokopedia.com)

Motif Batik Satria Wibowo. (Sumber. tokopedia.com)

  • Motif Satrio Wibowo memiliki harapan membawa kemuliaan, kemasyhuran, keluruhan dan kekuasaan dari Tuhan YME;
Motif Batik Canthel. Digambar ini canthel yang ada di atas. gambar ini juga menggunakan warna-warna selain warna dari pewarna Sogan.

Motif Batik Canthel. Digambar ini canthel yang ada di atas. gambar ini juga menggunakan warna-warna selain warna dari pewarna Sogan. (Sumber:pintrest.com)

  • Motif Canthel bermakna arti terkait dan ikatan;
Batik cap colet motif Truntum Srikuncoro

Batik cap colet motif Truntum Srikuncoro

  • Motif Truntum bermakna ketentraman dalam hidup berumah tangga dan saling menuntun. Gambar utama motif ini adalah bunga-bunga kecil yang memenuhi seluruh kain batik;
Motif Batik Parang Kusuma (Sumber: Nlyliyani.wordpress.com)

Motif Batik Parang Kusuma (Sumber: Nlyliyani.wordpress.com)

  • Motif Parang Kusuma bermakna keharuman nama;
Motif Batik Cakar (Sumber: batikdku.blogspot.com)

Motif Batik Cakar (Sumber: batikdku.blogspot.com)

  • Motif Cakar bermakna kerja keras dalam mencari nafkah;
Motif Batik Cakar Garuda. (Sumber.imgrum.com)

Motif Batik Cakar Garuda. (Sumber.imgrum.com)

  • Motif Cakar Garuda bermakna mencari nafkah dan keselamatan;
Motif Batik Semen Rama (Sumber:batikdan.blogspot.com)

Motif Batik Semen Rama (Sumber:batikdan.blogspot.com)

  • Motif Semen Rama bermakna 8 ajaran hidup yang lengkap, yaitu hastabrata atau delapan sifat utama yang harus dimiliki oleh seorang raja atau penguasa.

Wisata di Kampung Kauman

Kampung Kauman yang dekat dengan masjid sangat mudah dijangkau dari Kota Solo. Kampung Kauman memiliki pengalaman berbelanja batik sambil melihat-lihat bangunan-bangunan tua. Menjelajah daerah dengan jalan-jalan sempit yang kaya dengan toko dan galeri batik serta bangunan-bangunan kuno.

Di Kampung Kauman, pengunjung dapat mudah menjelajah karena ada sebuah peta yang menunjukan galeri-galeri batik di setiap gang masuk.

Mading dan Peta Wisata di Kampung Kauman. (Sumber:kecoamonolog.blogspot.com)

Mading dan Peta Wisata di Kampung Kauman. (Sumber:kecoamonolog.blogspot.com)

Wisatawan juga dengan mudah melihat rumah-rumah produksi batik. Bahkan mencoba sendiri mempraktikannya.

Dalam artikel di kompas.com yang terbit pada tahun 2011, kegiatan membatik ini libur pada hari minggu karena seluruh pembatik juga libur pada hari itu.

Batik-batik yang dijajakan di toko dan galeri dibedakan menjadi tiga jenis yang dibedakan dari proses pembuatannya. Pertama batik tulis, batik cap dan batik kombinasi (yang dibuat melalui proses cap dan tulis).

Berbelanja batik di sini dan di Pasar Klewer terasa bedanya karena selain dapat berbelanja, wisatawan juga menikmati suasana sekitar.

Sebuah tugu membatik di dekat toko batik Gunawan Setiawan, Kauman Solo. (Sumber: klikhotel.com)

Sebuah tugu membatik di dekat toko batik Gunawan Setiawan, Kauman Solo. (Sumber: klikhotel.com)

Sekitar 40 total home industry batik tumbuh di kampung ini. Pelanggan mereka selain dari wisatawan domestik juga dari wisatawan mancanegara seperti Jepang, Eropa, Asia Tenggara dan Amerika Serikat.

Kondisi perdagangan batik telah ajeg saat ini sebelumnya pernah mengalami pasang surut. Pada 1939 – 1970an pernah mengelami masa yang sulit karena masuknya batik print. Namun pada 1995 – 2000 industri batik mulai bangkit lagi atas dukungan Pemerintah Kota Solo.

Kampung Kauman juga menawarkan homestay yang menyajikan pengalaman bagai saudagar batik tempo dulu. Salah satu homestay di sini adalah homestay Cakra yang beralamat di Jalan Cakra II Nomor 15 Kauman, Solo.

Bangunan Cakra Homestay di Kampung Kauman

Bangunan Cakra Homestay di Kampung Kauman. (Sumber: intaninchan.wordpress.com)

Homestay ini menyajikan ruangan-ruangan khas tempo dahulu di sertai furniture dan kelengkapan rumahnya. Tidak hanya di kamar tapi juga di ruang keluarga dan ruang tengah.

Sungguh menarik jika berwisata ke Kota Solo menginap di homestay Kampung Kauman.

Review homestay Kampung Kauman by intannchan.wordpress.com

Museum Batik Kauman

Museum yang terletak di sudut kampung Kauman ini menyimpan perjalanan industri batik di Kauman. Kain-kain batik yang berumur di atas 35 tahun dan alat-alat produksi zaman dahulu terpajang di sini, tidak terkecuali ratusan cap batik.

Koleksi-koleksi itu bisa langsung dapat dilihat ketika memasuki ruang museum. Ruangan ini menggambarkan kejayaan industri batik Desa Kauman.

Ruang utama museum ini dipenuhi dengan lemari kayu yang terukir menambah kesan klasik museum ini. Lembaran kain batik tertata di dalam lemari-lemari tersebut.

“Museum ini lebih dimaksudkan nguri-uri budaya, yaitu batik Solo. Di sini masyarakat dapat melihat dan mempelajari sejarah batik Kauman khususnya, dan batik Solo serta turunannya,” kata pengelola Museum Batik Kaoeman, Gunawan Setiawan. Dikutip dari aengaeng.com.

Penutup

Sejarah Batik di Kampung Kauman memberikan kita gambaran mengenai pasang-surut industri batik yang terjadi di sana. Perkembangan industri rumahan batik Kauman yang pada saat ini sudah baik harus terus dikelola dengan baik dengan melihat prinsip pelestarian budaya, memakmurkan pembatik dan merawat lingkungan jika ada limbah-limbah produksi yang harus diolah.

Keseluruhan aspek tersebut harus terus dipraktikan agar kemajuan batik Kauman bersama dengan ekosistem budayanya. Melupakan salah satu aspek dapat berakibat buruk pada masa depan.

Kampung Kauman sungguh kaya dengan produksi batik serta dikemas dengan wisata yang menawarkan belanja batik berbeda.

Sumber:

Atmojo, Heriyanto (2008) Batik Tulis Tradisional Kauman Solo: Pesona Budaya nan Eksotik. Solo: Penerbit Tiga Serangkai.

“Kampung Kauman: Surga Batik Solo”

http://nasional.kompas.com/read/2011/06/07/14552045/kampung.kauman.surga.batik.solo

“Napak Tilas Sejarah Kampung Kauman Solo”

http://solodejava.blogspot.co.id/2011/03/napak-tilas-sejarah-kampung-kauman-solo.html

“Kampung Batik Kauman: Tempat Abdi Dalem Keraton Menulis Batik”

(aengaeng.com)

“Kampung Batik Kauman”

http://pariwisatasolo.surakarta.go.id/wisata/kampung-batik-kauman

Pakem Pemakaian Batik Dalam Upacara Kelahiran Adat Jawa

Ibu dan Bayi sumber:merdeka.com

Dari zaman dahulu hingga sekarang, masyarakat Jawa menggunakan batik dalam berbagai upacara adat. Kebudayaan Jawa mempunyai upacara adat yang lengkap terhadap perkembangan manusia. Dari masih di dalam kandungan hingga wafat ada ritualnya sendiri-sendiri. Penggunaan batik dikelompokan melalui motif atau ragam hias yang sesuai upacara adat tersebut. Hal itu terjadi dari generasi ke generasi sehingga terciptalah pakem pemakaian batik.

Upacara Tedhak SIten yang dilakukan pasangan selebritis Anang Hermansyah dan Ashanty. sumber: baabun.com

Upacara-upacara adat budaya Jawa yang umum dikenal antara lain:

  • Upacara adat kelahiran;
  • Upacara adat pernikahan;
  • Upacara adat kematian.

Pada setiap upacara adat, kain batik yang motifnya sesuai dengan upacara adat juga diturutsertakan. Hal itu karena motif atau ragam hias mempunyai makna tersendiri. Di dalam motif itu terdapat harapan dan simbol pengabdian hamba kepada Tuhan YME. Misalnya motif Cakar yang umum digunakan orang tua pada upacara adat pernikahan. Motif cakar dilambangkan kesiapan melepas anak ke jenjang pernikahan.

Pakem sendiri jika di dalam KBBI berarti (adjektiva) kuat mencekam (tentang rem motor). Jika diartikan ke dalam batik, menurut penulis pakem penggunaan batik adalah aturan dalam penggunaan batik yang mengikuti tradisi dan kebiasaan terdahulu yang memiliki kearifan dan nilai-nilai budaya.

Menurut penulis, budaya Jawa mempunyai peradaban yang tinggi dalam bidang batik karena pengetahuan dalam bidang batik sangat kompleks ,banyak dan melekat di kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya, mari kita simak apa saja pakem pemakaian batik dalam upacara adat dan tradisi budaya Jawa!

Pakem Pemakaian Batik dalam Upacara Adat Kelahiran

Kelahiran tidak hanya kebahagian pada sepasang suami-istri dalam menyambut buah hatinya, namun memiliki kesakralan tentang proses terciptanya seorang manusia atas karunia Tuhan YME.

Kesakralan tersebut dapat terlihat dari beberapa upacara adat mengenai kelahiran yang dikenal oleh budaya Jawa.

Upacara adat tersebut terbagi dalam kategori sebelum melahirkan dan sesudah melahirkan.

Upacara adat sebelum melahirkan, di antaranya:

  • Upacara tiga bulanan.

Upacara ini dilakukan ketika umur kehamilan telah mencapai 3 bulan. Pada saat itu dipercaya ketika ruh bayi ditiupkan pada janin. Biasanya upacara ini dilakukan dengan tasyakuran.

  • Upacara tingkepan atau Mitoni

Video ini menggambarkan prosesi upacara Mitoni. Dalam video ini sang Calon Ibu menggunakan kain batik pertama bermotif Sido Asih, ketiga Wahyu Temurun, yang keempat dan terakhir motif Babon Angrem. Sedangkan urutan kedua, keempat dan kelima penulis kurang jelas melihatnya

Upacara ini dilakukan ketika umur kehamilan telah mencapai 7 bulah. Kata mitoni berasal dari kata pitu yang artinya tujuh. Upacara adat ini berupa syukuran yang di dalamnya terdiri dari serangkaian acara, yaitu memasukan telur ayam kampung ke dalam kain calon ibu, dilanjutkan dengan siraman calon ibu, berganti nyamping dan pelafalan doa-doa.

Pada sesi berganti nyamping, sang calon ibu harus berganti-ganti mengenakan 6 kain batik dan 1 kain lurik. Pergantian batik-batik tersebut mempunyai aturan, bahwa batik yang terakhir dipakai adalah yang bermotif sederhana.

Motif-motif yang umum digunakan di antaranya:

Motif Wahyu Temurun khas Yogyakarta

Motif Wahyu Temurun khas Yogyakarta. sumber: tikthokmotifkhasyogyakarta.blogspot.co.id

Motif Wahyu Tumurun. Motif ini berisi harapan agar si jabang bayi memiliki kedudukan yang baik.

Motif Cakar khas Yogyakarta. sumber http://batikthokmotifkhasyogyakarta.blogspot.co.id

Motif Cakar. Dengan motif ini diharapkan agar sang anak rajin mencari rezeki.

Motif Udan Liris. sumber: pinterest.com

Motif Udan Liris. Diharapkan sang anak akan mempunyai sifat tangguh.

Motif Kesatrian dalam pakem penggunaan batik diharapkan sang anak menjadi seorang kesatria.

Motif Kesatrian. sumber thekurniabatik.wordpress.com

Motif Kesatrian. Motif ini menyimbolkan agar anak memiliki sifat kesatria.

MOtif batik Sidomukti, termasuk motif pakem pemakaian batik.

Motif batik Sidomukti. sumber mbatikyuuuk.wordpress.com

Motif Sidomukti. Dengan motif ini diharapkan hidup sang anak akan baik dan terhormat.

Motif Babon Angrem. sumber: barangtempodoeloe.com

Motif Babon Angrem. Motif yang bergambar ayam betina yang sedang mengeram, menyimbolkan kasih sayang ibu kepada anaknya.

Lurik Lasem. sumber zipoer.wordpress.com

Kain terakhir adalah kain lurik Lasem. Pada kain lurik Lasem bergambar garis vertikal dan horizontal. Hal itu sebagai tanda hubungan dengan Tuhan TME dan dengan sesama manusia. Kesederhanaan kain lurik Lasem juga melambangkan hidup yang sederhana.

Pakem pemakaian batik juga memiliki beberapa alternatif selain ragam hias atau motif di atas. Beberapa di antaranya adalah Sido Mulya, Sida Asih, dan motif-motif lain yang melambangkan doa-doa dan harapan untuk kelahiran.

Ketika calon ibu masih mengandung, sudah ada dua upacara adat untuk mempersiapkan kelahiran. Setelah kelahiran pun masih ada beberapa upacara adat, di antaranya:

  • Mendhem Ari-ari

Pagar bambu, yang bentuknya seperti sangkar, diberikan lampu yang ditaruh di atas ari-ari yang telah dikubur. sumber: aslimalang.wordpress.com

Ari-ari atua yang juga dikenal dengan plasenta adalah organ yang berfungsi menyalurkan makanan dan oksigen dari ibu ke janin sewaktu di dalam rahim. Orang Jawa percaya bahwa ari-ari berjasa dan dianggap sebagai batir bayi (teman bayi). Dalam upacara ini, dilakukan oleh sang ayah. Biasanya ari-ari dikubur di dekat pintu utama rumah dengan diberi pagar bambu dan penerangan berupa lampu minya selama 35 hari.

  • Puputan

Upacara puputan adalah upacara yang dilakukan ketika tali pusar bayi sudah terputus/puput puser. Dahulu, masyarakat Jawa merayakannya dengan menyajikan berbagai macam saji. Namun, sekarang biasanya dilakukan ketika bersamaan dengan upacara selapanan atau sepasaran.

  • Brokohan

Brokohan biasanya dilakukan dengan syukuran dan pengajian bersama orang-orang sekitar. Dahulu, biasa dilakukan berturut-turut hingga 7 hari kelahiran.

  • Aqiqah

Upacara Aqiqah adalah hasil akulturasi antara budaya Jawa dan agama Islam. Upacara ini menyembelih 2 ekor kambing untuk anak laki-laki atau1 ekor kambing untuk anak perempuan.

  • Selapanan

Slametan potong rambut. sumber:kesolo.com

Upacara Selapanan dilakukan 35 hari (selapan) setelah kelahiran bayi.  Terdiri dari serangkaian acara seperti: bancakan weton, pemotongan rambut bayi dan pemotongan kuku bayi.

  • Tedhak Sinten

Upacara Tedhak Siten. Sang bayi sedang menginjak jenangan dan memakai motif batik Kesatria, Sumber: shintaayu.com

Upacara ini tidak hanya diikuti oleh jabang bayi, tapi juga orang tuanya. Diawali dengan kenduri kemudian injak jenang, naik tangga tebu wulung dan masuk kurungan. Pada upacara ini orang tua bayi menggunakan batik bermotif parang, sedangkan sang bayi memakai pakaian tradisional. Upacara ini empunyai perlengkapan di antaranya: pisang raja, kembang telon, tumpeng robyong, jenang tujuh warna, kurungan ayam, tangga dari tebu wulung dan aneka barang yang mendukung pekerjaan.

Upacara selapanan ini dilangsungkan dengan rangkaian acara bancakan weton (kenduri hari kelahiran), pemotongan rambut bayi hinngga gundul dan pemotongan kuku bayi. Pemotongan rambut dan kuku ini bertujuan untuk menjaga kesehatan bayi agar kulit kepala dan jari bayi tetap bersih. Sedangkan bancakan selapanan dimaksudkan sebagai rasa syukur atas kelahiran bayi, sekaligus sebah doa agar kedepannya si jabang bayi selalu diberi kesehatan, cepat besar, dan berbagai doa kebaikan lainnya.

Penutup

Batik sangat berarti bagi kehidupan khususnya masyarakat Jawa. Dengan peran batik yang begitu besar, sehingga batik diakui sebagai warisan budaya takbenda oleh UNSECO. Beberapa pakem pemakaian batik di upacara adat lainnya akan segera kami tulis.

Semoga artikel ini bermanfaat bagi para pembaca.

 

Sumber:

www.beritasatu.com/mode/311385-cerita-filosofi-7-lembar-batik-di-upacara-mitoni.html

mbatikyuuuk.com/about/batik-dan-kehidupan-orang-jawa/

furniturebatik.wordpress.com/2011/07/04/motif-batik-bermakna-kelahiran/

kesolo.com/6-upacara-kelahiran-bayi-dalam-adat-jawa/amp/

 

Mengenal Pewarna Batik: Dari yang Alami Hingga yang Sintetis

Pewarna batik adalah salah satu faktor yang menunjang pembuatan sebuah batik. Dahulu hanya dikenal pewarna alami, namun sekarang telah dikenal berbagai zat sintetis/kimia untuk mewarnai batik. Penggunaan pewarna alami tentu tidak lepas dari ilmu pengetahuan dan kearifan yang dimiliki nenek moyang kita. Sedangkan, munculnya pewarna kimia adalah simbol dari kemajuan teknologi dan perkembangan Industri batik.

Berbagai keunggulan dan kekurangan dimiliki pewarna alami dan sintetis/kimia. Pewarna alami terkenal dengan keramahan lingkungan, namun memiliki jumlah yang terbatas. Sedangkan pewarna sintetis/kimia sangat menguntungkan untuk industri, walaupun memiliki dampak pada pencemaran lingkungan.

Artikel ini akan mengulas tentang berbagai hal tentang pewarna batik.

Mari disimak!

Pewarna Batik Alami

Pewarna Batik alami adalah pewarna yang dihasilkan dari berbagai tumbuhan dan bahan-bahan alami lainnya. Apakah bisa tumbuh-tumbuhan menjadi zat pewarna pada kain?

Contoh yang dapat terjadi sehari-hari adalah ketika baju kita terkena tumpahan atau cipratan kuah soto. Kuah soto biasanya berwarna kuning, warna kuning itu berasal dari kunyit.

Jika kuah soto terciptrat atau tertumpah di baju atau celana yang berwarna putih. Maka baju atau celana yang terciprat itu akan mempunyai noda kuning ketika air kuah itu kering.

Kira-kira seperti itu lah pewarna alami.

Sebenarnya, pengetahuan akan pewarna alami telah dikenal sejak zaman dahulu.

Pengetahuan itu telah diaplikasikan ke berbagai hal, salah satunya adalah membatik.

Untuk mengingatkan, proses pembuatan batik yang ditulis ataupun dicap keduanya memiliki tahapan pewarnaan. Pada proses ini lah, zat-zat pewarna dicampur dengan air dan diaduk bersama kain yang telah dilapisi lilin.

(Kenali perbedaan batik tulis, cap dan print dalam artikel ini!)

Pengetahuan pewarnaan alam ini berbeda di satu tempat dengan tempat yang lain karena para pembatik menggunakan bahan pewarna yang tersedia di lingkungannya.

Mari kita kenali tumbuhan-tumbuhan apa saja yang dapat menghasilkan warna-warna untuk batik:

  • Kunyit
Kunyit, tumbuhan yang memiliki sejuta manfaat. hallosehat.com

Kunyit, tumbuhan yang memiliki sejuta manfaat. Sumber: hallosehat.com

Kunyit yang juga disebut kunir (Curcuma longa, Curcuma domestica) adalah tanaman rempah-rempah yang tumbuh di Indonesia. Kunyit dalam pewarnaan menghasilkan warna kuning. Selain, menjadi bahan pewarna kunyit memiliki banyak manfaat untuk kesehatan dan bumbu masak.

  • Kulit Akar Mengkudu
Kulit akar mengkudu yang telah dipotong-potong untuk dijadikan pewarna batik

Kulit akar mengkudu yang telah dipotong-potong untuk dijadikan pewarna batik. sumber: batiktuliscanting.blogspot.com

Kulit akar mengkudu (Morinca citrifolia) dikenal juga sebagai noni, pace atau bentis dalam bahasa Jawa. Dalam pewarnaan menghasilkan warna merah cerah. Tumbuhan ini juga memiliki banyak manfaat, buahnya terkenal sebagai obat herbal untuk sakit kanker, loh.

  • Kulit Pohon Mundu

Pohon Buah Mundu, bentuknya yang bulat seperti apel membuat tanaman ini juga dinamakan Apel Jawa. Sumber: jitunews.com

Kulit pohon mundu (Garcinia dulcis) biasa disebut juga buah apel Jawa. Tanaman ini dapat menghasilkan warna hijau jika dicampur dengan air tawas.

  • Air Tawas

Tawas yang berbentuk kristal. sumber pipitta.com

Air tawas sebenarnya biasa digunakan untuk penjernih air. Namun, jika digabungkan dengan kulit pohon mundu dapat menghasilkan warna hijau.

  • Daun Nila

Daun pohon nila. Sumber: obatrindu.com

Danu nila (Indofera) atau yang disebut juga tarom dapat menghasilkan warna biru jika dicampur dengan air kapur.

  • Kulit Buah Manggis

Kulit buah manggis yang akhir-akhir ini terkenal sebagai obat herbal, ternyata juga bisa menjadi pewarna batik alami. Sumber: sehatcenter.com

Kulit buah manggis selain banyak mengandung khasiat untuk kesehatan, juga dapat menghasilkan warna. Beberapa warna yang dapat dihasilkan dari kulit buah manggis adalah merah, ungu dan biru. Buah manggis memiliki zat tannin, zat warna yang dimiliki tumbuhan, yang terbaik.

  • Kulit Pohon Soga tingi

Tumbuhan Soga tingi yang dapat digunakan kulit pohonnya sebagai pewarna alami batik. Sumber: wikipedia.org

Kulit pohon soga tingi (Ceriops tagal) dikenal sebagai pewarna batik oleh sebagian besar pembatik. Warna yang dihasilkan oleh kulit pohon soga tingi bergantung dari proses pewarnaannya. Handayani PA menyebutkan dalam abstraksi esainya bahwa  ekstrak kulit pohon soga tingi dapat memproduksi tannin (zat warna pada tumbuhan) jika dicampur dengan 96% ethanol dan memakan waktu selama 3 jam. Ekstrak kulit pohon soga tingi jika bercampur dengan tumbuhan tunjung menghasilkan warna hitam, jika bercampur dengan jeruk nipis menghasilkan warna cokelat, dan jika bercampur dengan tawas menghasilkan warna cokelat kemerah-merahan.

  • Kulit Pohon Soga Jambal

Pohon Soga Jambal. sumber: obatrindu.com

Kulit Pohon Soga Jambal (Pelthophorum Ferruginum) memiliki 17,7% zat tanin. Warna yang dihasilkan dari kulit kayu jambal adalah cokelat kemerahan.

  • Kayu Tegeran

Kayu tegeran yang sudah dipotong-potong dan dikeringkan. sumber: zatwarnaalami.blogspot.com

Kayu tegeran (Cudraina Javanensis) digunakan bersaman dengan kulit kayu soga untuk menghasilkan warna kuning. Kayu tegeran daapat digunakan sebagai pewarna batik yang memiliki kecerahan warna dan ketahanan luntur yang baik, menurut hasil penelitian Vivin Atika dan Irfa’ina Rohana Salma. Hasil penelitian tersebut terbit dalam jurnal Majalah Ilmiah: Dinamika Kerajinan dan Batik Vol. 34 No 1 tahun 2017. Untuk lebih lengkapnya silahkan klik di sini.

  • Kesumba

Pohon Kesumba. Sumber: zatwarnaalami.blogspot.com

Kesumba (Bixa Orelana) adalah tanaman yang berasal dari Mediterania. Buah kesumba dapat dijadikan sumber pewarna alam. Selain dapat digunakan untuk pewarna batik, buah kesumba juga bisa digunakan untuk berbagai macam bahan pewarna, seperti makanan, kosmetik dan sabun.

  • Daun Jambu Biji
Daun jambu biji. selain dapat mengatasi diare juga bisa menjadi pewarna batik

Daun jambu biji. selain dapat mengatasi diare juga bisa menjadi pewarna batik. sumber: vemale.com

Jambu biji (Psidium Guajava) sangat bermanfaat bagi tubuh. Daunnya pun telah diketahui menjadi obat diare sejak zaman orang tua dahulu. Ternyata, daunnya juga dapat menjadi sumber pewarna alami. Zat warna yang dihasilkan dari daun jambu biji adalah warna hijau kecoklatan. Beberapa mahasiswa UNY telah meriset tentang hal ini. Lengkapnya silahkan cek di sini.

  • Ekstrak daun teh

Daun teh ternyata juga bisa menjadi sumber pewarna alami. sumber: Medkes.com

Teh tentu biasa kita lihat sehari-hari. Ternyata, selain dapat diminum, daun teh juga bisa menjadi sumber pewarna alami. Ekstrak daun teh dapat menghasilkan warna merah kecokelatan. Terdapat hasil penelitian mengenai teh sebagai sumber pewarna alam. Untuk lebih lanjut, silahkan baca di tautan berikut ini.

  • Bagian-bagian Tanaman Bakau

Tanaman Bakau (Mangrove), selain memiliki manfaat sebagai penjaga ekosistem bawah air juga dapat menjadi bahan pewarna alam. Seperti yang tertulis di buku Keeksotisan Batik Jawa Timur: Memahami Motif dan Keunikannya. Di daerah Kedung Baruk, kecamatan Rungkut, Surabaya para pengrajin batik dapat menggunakan beberapa bagian tanaman bakau sebagai sumber pewarna alam.

Penggunaannya dicampur dengan berbagai zat lainnya seperti caping bunga dan bruguira untuk menghasilkan warna merah dan mencampur kunyit, getah nyamplung dan gambir untuk menghasilkan warna kuning.

Dr Ir Delianis Pringgenies MSc juga pernah mempraktikan cara pengolahan tanaman bakau sebagai sumber pewarnaan alami. sila di cek di tautan berikut ini.

Dari sekian banyak tanaman sumber pewarnaan alami yang telah diulas, mereka juga memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan pewarna alami, di antaranya:

  1. Ramah lingkungan;
  2. Kombinasi warnanya bersifat lembut, harmonis, dan tidak bertabrakan;
  3. Disertai dengan aroma yang khas;
  4. Kain batik yang menggunakan pewarna alami memiliki harga yang lebih tinggi

Kekurangan pewarna alami, antara lain:

  1. Variasi warna yang sangat terbatas;
  2. Bahan pewarna harus diolah terlebih dahulu, cukup memakan waktu;
  3. Proses pewarnaan pun perlu diulang-ulang untuk mendapatkan warna sesuai selera;
  4. Warna yang dihasilkan tidak tahan terhadap sinar matahari, jika terlalu sering dipakai di kegiatan luar ruangan dapat membuat warna gelap menjadi pudar;
  5. Membutuhkan modal yang besar menggunakan pewarna alami.

Pewarna Batik Sintetis/Kimia

Pewarna batik sintetis/kimia muncul seiring dengan perkembangan industri batik. Penggunaan pewarna alami memakan waktu dan biaya yang cukup tinggi. Untuk produksi yang jauh lebih besar, dibutuhkan sebuah pewarna yang dapat menunjang produktivitas.

Seperti yang tercatat pada buku Keeksotisan Batik Jawa Timur: Memahami Motif dan Keunikannya, Zat pewarna kimia ini pertama kali diperkenalkan oleh pedagang Tionghoa sekitar awal abad ke-20.

Pewarna kimia pun juga memiliki spesifikasi yang berbeda.

Tergantung dengan harganya.

Untuk yang mahal, warna yang dihasilkan jauh lebih bagus.

Ketimbang, yang murah.

Beberapa pewarna batik kimia, di antaranya:

  • Naphthol

Bubuk Napthol memiliki berbagai macam warna. sumber: kidungasmara.com

Napthol adalah jenis pewarna yang susah larut di air. Untuk menggunakannya dapat melarutkan dengan air panas dan diberi sedikit Caustic Soda.

Beberapa jenis Napthol yang ada di pasaran adalah Naphthol AS, Naphtol ASG, Napthol ASBU, Napthol ASGR, Naphtol ASOL, Napthol ASWR, Naphtol ASBR dan sejenisnya.

Tahapan penggunaan Napthol di antaranya:

  1. Kain dicelupkan ke dalam air panas yang mengandung Napthol dan Caustic soda. Pada tahap pencelupan pertama warna belum timbul pada kain.
  2. Kain yang telah melewati proses pertama dicelupkan kembali ke dalam laurtan garam diazodium yang sesuai dengan warna yang diinginkan.

Ketebalan warna yang dihasilkan pada jenis zat pewarna kimia naphtol ini tergantung dari kadar Napthol yang diserap oleh kain. Biasanya penggunaan napthol hanya pada proses pencelupan tidak untuk mencolet atau mengkuas.

  • Indigosol

Bubuk indigosol. sumber: tradeindia.com

Indigosol adalah jenis pewarna sintetis/kimia yang mudah larut di air.

Ketika kain dicelupkan ke dalam air yang telah dicampur Indigosol, hanya akan timbul warna yang samar.

Kain harus dioksidasi dengan zat Natrium Nitrit (NaNo2) lalu dicelupkan ke dalam larutan HCI atau H2SO4 untuk memunculkan warnanya.

Indigosol dapat digunakan pada proses pencelupan dan mencolet sekaligus.

  • Remazol

Remazol termasuk dalam jenis zat warna reaktif. Maksudnya adalah dapat beraksi dan mengadakan ikatan langsung dengan serat sehingga menjadi bagian serat itu sendiri.

Penggunaan remazol pada batik bisa dalam proses pencelupan, coletan dan kuasan.

Karakteristik zat ini di antaranya: mudah larut dengan air; warna yang bagus dengan ketahanan luntur yang baik, daya afinitas rendah.

Penggunaan remazol dapat menggabungkan natrium silikat untuk menjaga warna.

Kekurangan dan kelebihan pewarnaan ini terletak dalam kacamata bidang industri.

Kelebihan yang paling utama adalah unggul dari berbagai bidang produksi, seperti mudah didapatkan, cepat teraplikasi pada kain, tersedia dalam jumlah yang banyak.

Kekurangannya adalah risiko penggunaan bagi lingkungan sekitar. Penggunaan zat pewarna kimia yang berlebihan dapat mencemarkan lingkungan, membahayakan kehidupan manusia dan alam.

Penutup

Kedua jenis zat pewarna ini mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun, opini penulis  adalah lebih baik menggunakan zat pewarna alami. Tentunya, penggunan zat pewarna alami harus melibatkan segenap pihak. Membuat sistem yang baik terhadap sumber daya pewarna alam, yang di dalamnya termasuk produksi, distribusi, penelitian dampak terhadap lingkungan, dan lain-lain.

Penulis berharap. Jika seluruh pihak bergerak dalam bidang  ini,  maka mampu menciptakan ekosistem kebudayaan yang baik. Di mana semua pihak merasakan manfaatnya. Kelestarian budaya terjaga, masyarakat pendukungnya sejahtera, dan alam pun terawat baik.

 

Liputan Temu Wicara 33 Kain Nusantara di Alun-alun Indonesia

Para Pembicara Temu Wicara 33 Kain Nusantara

Temu Wicara 33 Kain Nusantara adalah kegiatan seminar pada 8 November 2017 di Alun-alun Indonesia, Grand Indonesia di jalan MH. Thamrin, Jakarta yang mendiskusikan berbagai aspek mengenai perkembangan kain nusantara di Indonesia. Kegiatan ini terlaksana atas kerjasama Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Palalada.

Temu wicara ini menghadirkan Bapak Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan, Ibu Ananda Moersid, ahli kain tradisional, dan Ibu Des Syamsidar Isa, designer dan ahli fashion di bidang kain tradisional. Sebagai moderator dalam temu wicara ini adalah Ibu Pincky Sudarman.

Agenda temu wicara ini adalah mengulas tentang kain tradisonal Indonesia serta mempromosikan industri kerajinan garment tradisional dan mengulas berbagai tantangan dan kondisi yang dialami oleh penenun dan pengusaha kain tradisional Indonesia.

Sesi Pembicara Temu Wicara 33 Kain Nusantara

Kegiatan ini dibuka oleh moderator Pincky Sudarman dengan memperkenalkan narasumber-narasumber yang akan berbagi informasi.

Pertama adalah Bapak Hilmar Farid. Bapak Hilmar yang sekarang menjabat sebagai Direktur Jenderal Kebudayaan adalah seorang aktivis di bidang kebudayaan. Kedua adalah Ibu Des Syamsidar Isa. Beliau adalah seorang ahli fashion dan disainer yang telah memperkenalkan kain-kain tradisional Indonesia ke Mancanegara. Berpengalaman selama 20 tahun dalam bidang fashion dan disainer. Ketiga adalah Ibu Ananda Moersid. Beliau adalah pemerhati kain tenun.

Bapak Hilmar Farid mendukung tentang kegiatan ini. Ini bentuk dari promosi kain-kain tradisional kepada masyarakat. Sebagai pemerintah yang bekerja dalam kebudayaan ada beberapa hal yang harus disinergikan dalam pemajuan kebudayaan, seperti yang tertuang dalam UU No.5 Thn. 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Dalam bidang tenun, misalnya. Kebanyakan dari pengrajin mengeluhkan susahnya mendapatkan benang untuk menenun. Kebanyakan dari mereka mengimpor benang. Itu karena kurangnya produksi bahan dasar benang yang mungkin berkurangnya ini karena penebangan pohon penghasil bahan dasar benang untuk dijadikan sesuatu yang berguna dalam bidang lain.

Hal ini harus menjadi perhatian. Jika Ingin memajukan kebudayaan kita harus memperhatikan ekosistemnya. Promosi budaya dan masuknya kesenian tradisional ke dalam kurikulum di sekolah itu sangat baik, namun itu belum cukup. Contohnya adalah kondisi tenun tadi. Jika pun tenun sudah terkenal dan masuk ke sekolah. Masih mempunyai persoalan dengan bidang produksinya.

Untuk memajukan sebuah kebudayaan kita harus mengelola dengan baik ekosistem budaya. Ini  menyangkut banyak hal dan keseluruhan aspek. Ketersediaan bahan dasar hanyalah satu aspek. Sebagai wakil pemerintah dalam bidang kebudayaan, Direktorat Jenderal kebudayaan merancang untuk membuat ekosistem kebudayaan yang lebih baik. Tentu ini akan menyangkut bidang yang lebih luas dan merangkul berbagai pihak.

Ibu Des Syamsidar Isa menyampaikan banyak bidang yang harus diperhatikan dalam membangun kerajinan kain nusantara. Dari pengalamannya selama berpuluh tahun dalam pengembangan kerajinan ini. Berbagai aspek yang harus dicermati adalah kondisi pengrajin, pemasaran, dan transfer knowledge ke generasi muda.

Beberapa penenun kenalan beliau, mengkhawatirkan dengan masa depan mereka sebagai penenun. Menenun adalah pekerjaan yang cukup lama dengan menghabiskan waktu seharian penuh. Kegiatan ini sangat berisiko karena belum tentu tenunan mereka dapat terjual, sedangkan kebutuhan hidup harus terus dipenuhi.

Hal ini menyangkut dengan pemasaran dan promosi kain tenun itu sendiri. Jika pasar untuk kain tenun masih terbilang susah dan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup, maka para penun bisa beralih profesi.

Kondisi yang memprihatinkan lainnya adalah beberapa penenun di Sambas ada yang bekerja sebagai penun di Brunei Darussalam. Mereka bekerja untuk digaji. Dalam sehari jam kerja mereka lebih dari 10 jam dengan gaji tetap Rp. 1.580.000 per bulan. Suatu hal yang harus diperhatikan demi kelestarian kain tenun nusantara.

Ibu Des Syamsidar Isa sangat mendukung jika kain nusantara diajarkan di sekolah. Hal itu untuk pelestarian dan transfer knowledge generasi muda. Ibu Sebelum menutup sesinya, Ibu Syamsidar melemparkan sebuah topik yang masih harus digali kembali. Di Sambas, mereka mengenal kata lungi yang mungkin padanannya adalah kata tenun. Sedangkan, di Myanmar mereka juga mempunyai kosa kata lun gi. Suatu hal yang perlu dikaji demi perkembangan kekayaan budaya kita.

Ibu Ananda Moersid menyampaikan bahwa kain tenun, batik, dan kain tradisional lainnya tidak hanya berupa kain dalam kacamata masyarakat pendukungnya. Tapi, mempunyai makna dan tidak lepas dari elemen tata sosial masyarat pendukungnya.

Motif-motif yang digambarkan mempunyai makna tersendiri. Penggunaannya pun juga tidak dapat asal-asalan. Ada motif yang khusus raja. Ada motif untuk pernikahan, kelahiran, juga kematian. Harus ada pengetahuan penggunaan motif-motif tersebut agar pengetahuan itu tidak punah.

Dalam produksi pun harus dilihat nilai-nilai yang terkandung di dalam sebuah alat produksi. Misalnya dalam pewarnaan kain jumputan. Lebih baik memakai biji-bijian untuk membuat jumputannya daripada sebuah plastik yang mempunyai kegunaan yang sama karena pemakaian biji-bijian adalah simbol dari kesuburan.

Hal ini juga harus masuk ke dalam sebuah workshop atau kelas-kelas menenun yang dikelola secara modern. Jangan meninggalkan nilai-nilai dalam pembuatan sebuah kain karena itu lah yang sesungguhnya bermakna.

Sesi Diskusi Temu Wicara 33 Kain Nusantara

Sesi diskusi pada Temu Wicara 33 Kain Nusantara terbagi menjadi dua. Sesi pertama memiliki dua penanggap dan kedua juga memiliki dua penanggap.

Penanggap pertama, seorang bapak yang penulis tidak dapat menuliskan namanya karena kurang jelas terdengar. Beliau bertanya apakah temu wicara ini ada kaitannya dengan UU No. 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan? Juga, menurutnya akan susah kebudayaan jika dibatasi oleh wilayah administrasi. Bagaimana dengan batik Pekalongan, apakah itu menjadi milik Kota Pekalongan atau Kabupaten Pekalongan?

Penanggap pertama adalah ibu Glory (mohon maaf jika salah menulis), soerang pengelola sekolah fasihon. Beliau mendukung pelestarian kain nusantara dan jika memungkinkan dimasukkan ke dalam kurikulum. Pihaknya sendiri sudah memasukan tema-tema Indonesia dalam tiga tahun terakhir.

Bapak Hilmar Farid menanggapi kedua tanggapan tersebut. Menurutnya, pemasukan hal ini ke dalam kurikulum adalah satu hal. Target Direktorat Jenderal Kebudayaan mengelola kebudayaan secara keseluruhan. Usaha ini masih memiliki jalan yang cukup panjang.

UU No. 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan dipandang sebagai platform. Di dalam UU tersebut kita beralih apa yang harus diurus, yaitu tata kelolanya. Dalam tata kelola, penetapan (sebuah bentuk budaya atau seni) adalah langkah pertamanya.

Masuk ke ranah batas administrasi. Itu adalah hal yang pelik. Masuk ke dalam hak cipta. Jika ini hak cipta individual bisa dapat selesai. Misalnya Batik Pekalongan, pemiliknya siapa? Kekayaan intelektual dengan kepemilikan properti tidak lah sama.

Jika suatu budaya atau kesenian muncul nilai ekonomi. Nantinya akan timbul klaim. Ini masalah yang tidak mudah dan tidak dapat dihindari. Untuk menanggulangi hal itu, kita harus membangun kebudayaan terpadu yang berbasis riset.

Ibu Ananda Moersid mengatakan harus ada pendekatan lain untuk menjawab permasalahan-permasalahan ini.

Sesi tanggapan kedua adalah dari Bapak Muhammad Aman (mohon maaf jika salah menulis). Beliau menceritakan pengalamannya sebagai salah satu perwakilan Indonesia yang turut pada rapat UNESCO 2003. Beberapa yang menjadi permasalahan itu sama yaitu klaim. Misalnya pantun, Indonesia join bersama dengan Malysia. Penetapannya berbasis ke masyarakat secara multilateral.

Penutup

Kegiatan berupa temu wicara dan seminar dengan tema ini sangat baik. Memberikan pengetahuan yang terkini tentang kebudayaan Indonesia, kain nusantara khususnya. Semoga dengan dibangkitkannya topik kain nusantara. Membantu terciptanya ekosistem kebudayaan yang harmonis dan memakmurkan pelaku budaya.

Beberapa artikel mengenai kain-kain tradisional Indonesia yang dapat dilihat di website ini adalah:

Sejarah Batik di Yogyakarta, Surakarta, Pakualaman dan Mangkunegaran

Batik-batik Khas Keraton-keraton Jawa

Sejarah batik di Yogyakarta, Surakarta, Pakualaman dan Mangkubumi sangat menarik untuk diketahui. Keempatnya mempunyai pengaruh di lingkungan keratonnya masing-masing. Sebagai pewaris kekuasaan Kerajaan Mataram, yang terkenal sebagai era pesatnya perkembangan batik, tentu menjadi sebuah catatan tersendiri dalam perkembangan batik di nusantara.

Awal Mula

Batik telah lama dikenal di Nusantara. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk kain yang digunakan pada arca dan relief yang terdapat di candi. Perkembangannya juga dapat dilihat dari beberapa kitab-kitab kuno. Pada awal perkembangannya ragam corak atau motif batik masih terbatas. Hanya beberapa motif yang dikenal, seperti motif poleng, kawung dan ceplok.

Pada masa Mataram Islam, batik mengalami perkembangan yang cukup pesat. beberapa ragam hias atau motif yang sekarang dikenal diciptakan pada masa kerajaan ini. Mataram yang memiliki budaya bercorak agraris mendukung perkembangan dan penggunaan batik. Pada masa itu, batik menjadi instrumen upacara adat dan penggunaannya dibedakan dengan ragam hias atau motifnya.

Pada masa kerajaan Mataram Islam, batik juga menjadi salah satu cara melegitimasi kekuasaan kerajaan.

Terbentuklah sebuah ragam hias dan motif larangan yang hanya boleh dipakai lingkungan dalam keraton dan bangsawan.

Beberapa di antaranya adalah motif Parang, Udan Liris, Hoek, Cemukiran, dan Semen Lar Ageng.

Kerajaan Mataram yang menjadi hegemoni di tanah Jawa, perlahan-lahan mulai berkurang akibat pengaruh VOC/Kompeni Belanda.

Atas campur tangan Belanda, beberapa kali diadakan perjanjian yang memecah belah Kerajaan Mataram.

Pertama, perjanjian Giyanti pada 1755 yang memecah wilayah Kerajaan Mataram menjadi dua.

Di sebelah timur Sungai Opak dipimpin oleh Sunan Pakubuwana III yang berkedudukan di Surakarta.

Di sebalah barat Sungai Opak dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi yang diangkat menjadi Sultan Hamengkubuwana I yang berkedudukan di Yogyakarta.

Belanda pun mengadakan perjanjian kembali pada 1757, yang dinamakan perjanjian Salatiga antara Kasunanan Surakarta dan Pangeran Sambernyawa.

Pada perjanjian itu wilayah Kasunanan diperkecil dengan diberikannya wilayah sebelah utara keraton kepada Pangeran Sambernyawa yang akan bergelar Mangkunagara I.

Walaupun bersifat otonom, Mangkunagara tidak dapat bergelar sultan, tapi Pangeran Adipati Arya.

Hal yang sama terjadi pada Kesultanan Yogyakarta. Pada 1813, Gubernur Jenderal Sir Thomas Raffles menobatkan Pangeran Notokusumo, putra dari Sultan Hamengku Buwono I dengan selir Srenggorowati menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Paku Alam I.

Wilayah kadipaten Paku Alaman meliputi sebuah kemantren di dalam kota Yogyakarta (sekarang menjadi wilayah kecamatan Pakualaman) dan daerah Karang Kemuning (selanjutnya disebut Kabupaten Adikarto) yang terletak di bagian selatan Kabupaten Kulon Progo sekarang.

Peta Kerajaan-kerajaan Jawa Pewaris Mataram Islam pada 1830.

Peta Kerajaan-kerajaan Jawa Pewaris Mataram Islam pada 1830.

Sejarah Batik di Kesultanan Surakarta

Sejarah batik di Kesultanan Surakarta tidak lepas dari perkembangan tata busana, tarian dan karawitan. Ketika perjanjian Giyanti (1755), Surakarta menerima pembagia berupa gamelan baru, tari bedhaya pusaka yaitu bedhaya Ketawang. juga mendapatkan beberapa wayang lama dan membuat tata busana gaya baru.

Foto Prajurit Kesultanan Surakarta. sumber: pintrest.com

Foto Prajurit Kesultanan Surakarta menggunakan batik motif kesatria (tahun tidak diketahui). sumber: pintrest.com

Menurut Naufal Anggito Yudhistira dalam bukunya Di balik Makna 99 Desain Batik, perkembangan seni di Surakarta lebih anggun, cantik, mewah dan halus karena seniman dan empu yang ada di Surakarta lebih banyak perempuan.

Motif Taman Kupu-kupu yang masih banyak ditemukan saat ini.

Keraton Surakarta mengembangkan motif-motif yang tidak dikenal di Yogyakarta, seperti Bondhet, Larasati, Pisang Bali, Lintang Trenggono dan Kakrasana. Motif baru lainnya dengan campuran berbagai kebudayaan seperti Belanda, Tionghoa dan Inda sseperti Urang Watang, Tresno Langgeng dan Kupu Taman.

Motif atau ragam hias pisang bali yang berkembang di Surakarta.

Motif atau ragam hias pisang bali yang berkembang di Surakarta.

Beberapa perbedaan lainnya terletak pada pemakaian warna yang semakin beragam dan pengubahan busana tari, seperti perkembangan kain dodotan yang memiliki banyak motif, penggunaan mekak, sanggul kadal menek dan penggunaan aneka jenis kain baru.

Sejarah Batik di Kesultanan Yogyakarta

Sejarah Batik di Kesultanan Yogyakarta tidak seberkembang di Surakarta. Tata busana dan batiknya masih mengikuti budaya lama Mataraman. Jika seni yang berkembang di Surakarta berkesan cantik dan anggun, maka seni yang berkembang di Kesultanan Yogyakarta lebih terkesan gagah dan tegas.

Motif Kawung. sumber: Senirupaterapanbatikindonesia.blogspot.com

Kebanyakan motif batik yang di kenal di Yogyakarta adalah motif Parang, Lereng, Semen, Kawung, Ceplok, Semen dan Lung-lungan.

Motif Parang khas Yogyakarta. sumber: krjogja.com

Motif Parang khas Yogyakarta. sumber: krjogja.com

Pemakaian motif khusus yang hanya boleh dipakai bangsawan seperti Parang Rusak, Parang Kesit, Parang Baris, Parang Hoek, Semen Lar Ageng, Rujan Senthe.

Foto Kuno Penari di Lingkungan Keraton Yogyakarta. sumber: Pintrest.com

Foto Kuno Penari di Lingkungan Keraton Yogyakarta (tahun tidak diketahui).sumber: Pintrest.com

Perkembangan batik yang lambat ini dikarenakan batik adalah tradisi yang hidup di dalam keraton.

Pembuatan batik dilakukan soerang perempuan.

Perkembangan batik di Yogyakarta sangat dipengaruhi para selir dan permaisuri yang hidup pada masanya.

Sejarah Batik di Kadipaten Mangkunegaran

Perkembangan batik di Kadipaten Mangkunegaran mengalami perubahan pada masa Mangkunegaran VII. Pada masanya terdapat pernikahan dengan GKR Timur, anak dari Hamengkubuwana VII.

Penari Bedoyo di keraton Mangkunegara tahun tidak diketahui. sumber: tropenmuseum via wikipedia

Penari Bedoyo di keraton Mangkunegara tahun tidak diketahui. sumber: tropenmuseum via wikipedia

Dengan pernikahan itu masuknya pengaruh budaya Kesultanan Yogyakarta semakin besar.

Motif Parang Sonder khas Mangkunegara. sumber: nlyliyani.wordpress.com

Motif Parang Sonder khas Mangkunegara. sumber: nlyliyani.wordpress.com

Motif-motif Yogyakarta seperti Parang Sarpa, Parang Pucang, Rinenggo, Ceplok Kasatrian, Parang Hoek diadopsi batik di Mangkunegaran.

Dodotan dengan motif semen, seperti semen sidoasih, semen gendong dan semen lar ageng menggantikan motif alas-alasan dalam busana pernikahan.

Perbedaan lainnya antara batik Surakarta dan Mangkunegaraan adalah warna kekuningan/warna soga cokelat.

Motif Parang Kesit Barong khas Mangkunegaran

Motif Parang Kesit Barong khas Mangkunegaran. sumber: nlyliyani.wordpress.com

Dalam busana tari, beberapa ciri busana khas Yogyakarta juga terlihat. seperti mengganti penggunaan cundrik dengan patrem jebeng. Penggunaan samparan yang sama seperti di Yogyakarta. Samparan ditarik seperti memegang sampur saat kapang-kapang.

Samparan yang biasanya diletekan dari kiri ke tengah diubah menjadi dari kanan ke tengah.

Sejarah Batik Kadipaten Pakualaman

Keunikan yang terjadi di Pakualaman berawal dari pernikahan. Sama seperti yang terjadi di Mangunegaran. Masuknya GBRA Retno Puwoso, anak dari Sinuhun Pakubuwana X ke dalam Pakualaman membawa nuansa Surakarta ke sini.

Penari anak-anak cilik di Keraton Pakualaman. sumber: tropenmuseum via wikipedia.

Penari anak-anak cilik di Keraton Pakualaman (tahun tidak diketahui). sumber: tropenmuseum via wikipedia.

Hal itu dapat dilihat dari berbagai bidang kesenian yang berkembang. Seperti tata busana, tari dan batik.

Motif Parang Gapit khas Pakualaman. sumber: nlyliyani.wordpress.com

Motif dan ragam hias batik Surakarta masuk dan digunakan di sini. Penggunaan dodotan juga diadopsi.

Dalam busana tari, penggunaan sanggul kadal menek, sanggul tekuk dan kantong gelung diadopsi ke dalam tata busana tari Pakualaman.

Motif Batik Wisnu Mamuja Pura Pakualaman pada kegiatan Pameran Motif Batik Khas Pakualaman di Istana Pakualaman. sumber: tembi.net

Dalam bidang karawitan, Pakualaman mengenal gending karya Surakarta seperti Gambirsawit, kKinanti Jurudemung dan Kinanti Padang Bulan.

Penutup

Batik berkembang dengan caranya sendiri. Tentunya tidak lepas dari peran serta masyarakat pendukung batik itu sendiri. Di empat otonomi daerah ini, batik berkembang dengan dinamis tanpa gesekan yang menimbulkan konflik. Perkembangan ini adalah menambah kekayaan batik nusantara. Semoga pengetahuan ini dapat bermanfaat.

Kami menyediakan berbagai jenis batik seperti batik Surakarta, batik Madura, batik Cirebon dan batik Peranakan. Bentuknnya dapat berupa bahan, kemeja, dekorasi rumah dan alat makan.

Silahkan di cek di tautan berikut:

Batik Rachna Sandika.

 

 

Batik Tulis, Batik Cap dan Batik Print: Kenali Lebih Dekat dan Membedakan

Batik tulis, batik cap dan batik print. Ketiga jenis itu mungkin adalah hal yang sering membingungkan ketika membeli batik. Kekurangpengetahuan terhadap ketiganya membuat pembeli dapat terperdaya dan mempercayai begitu saja kata pedagang. Untuk menghindari hal itu, artikel ini akan membahas bagaimana cara membedakan dan mengetahui lebih dekat batik tulis, batik cap dan batik print.

Batik pada masa sekarang tidak hanya menjadi sebuah ikon kesenian dan kebudayaan. Namun, telah menjadi sebuah industri yang mungkin lebih mengedepankan bidang ekonomi daripada kesenian dan budaya sendiri. Saat ini, Perkembangan industri batik telah mencapai tahap yang cukup besar, seiring dengan perkembangan minat pembeli. Sehingga para produsen berlomba-lomba mendapatkan keuntungan yang lebih banyak mungkin dengan mengenyampingkan falsafah yang terkandung di dalam batik.

Dari perlombaan tersebut, timbullah berbagai jenis batik yang dibedakan dengan proses pembuatannya. Pada mulanya, batik tercipta berkat keahlian tangan-tangan terampil pembatik dalam mencanting dan menyelupkan warna. Batik di atas biasa kita kenal dengan batik tulis.

Perkembangan selanjutnya, para produsen menggunakan cap yang bermotif untuk menempelkan lilin/malam ke kain. Hasil dari proses tersebut disebut dengan batik cap.

Perkembangan teknologi yang semakin maju membuat kedua proses di atas semakin tertinggal, dengan terciptanya batik yang diprint dengan mesin. Tidak ada lagi proses pemberian lilin/malam dan menyelupkan warna, yang ada hanya dengan menggunakan mesin langsung tercipta kain dengan motif batik. Orang-orang biasanya menyebut dengan batik print.

Sebagian orang berpendapat bahwa batik print bukanlah batik yang sesungguhnya. Seperti yang dikutip dari Batik Klasik karya Hamzuri,

Batik merupakan suatu cara untuk memberi hiasan pada kain dengan cara menutupi bagian-bagian tertentu dengan menggunakan perintang. Zat perintang yang sering digunakan ialah lilin atau malam. Kain yang sudah digambar dengan menggunakan malam kemudian diberi warna dengan cara pencelupan. Setelah itu malam dihilangkan dengan cara merebus kain.

Mari kita kenali lebih dekat batik tulis, batik cap dan batik print!

 

Kenali Batik Tulis

Batik tulis adalah proses pembuatan batik yang tertua. Pada zaman kerajaan, batik diciptakan dengan proses ini. Pada saat itu batik dilakukan oleh putri-putri raja dan golongan dalam keraton.

Pada saat ini, harga batik tulis terbilang cukup mahal dibandingkan jenis batik yang lain karena pembuatan batik ini cukup lama dan mengandung nilai budaya yang tinggi. Banyak tahap yang harus dilalui dalam pembuatan sebuah kain batik.

Detail dan keindahan batik pun berdasarkan keahlian pembuatnya.

Proses pembuatan batik tulis:

  • Membuat Pola/Molani

Membuat pola batik di kain mori dengan menggunakan pensil. sumber: masfikr.com

Kain putih yang menjadi bahan dasar digambar polanya dahulu menggunakan pensil. Pola tersebut nantinya akan dilapisi oleh lilin/malam.

  • Melapisi lilin/Mencanting/dicantangi

Proses setelah membuat pola adalah melapisi pola dengan liling menggunakan canting. sumber: masfikr.com

Kain yang telah tergambar pola dilapisi oleh malam, menggunakan alat yang bernama canting. Ada berbagai jenis canting yang dibedakan dari besar kecilnya lubang yang mengeluarkan lilin.

  • Menutupi bagian putih

Setelah pola diberikan lilin, sisi disekitar diberikan lilin untuk memberikan detail yang baik. sumber: masfikr.com

Bagian putih adalah bagian yang tidak masuk dalam pola, namun pembatik tidak ingin memberikan warna di bagian tersebut.

  • Pewarnaan

Mewarnai batik dengan cara dicelup di dalam air yang telah diberikan warna. sumber: www.masfikr.comngelorod

 

 

Prinsipnya, batik diwarnai dengan cara dicelup ke dalam air yang diberikan pewarna. Lilin yang menempel pada kain akan menghalangi warna menyerap pada kain.

  • Merebus Kain/Nglorod

Proses merebus batik/ngelorod. sumber: youtube.com/radyamulyono

Kain yang sudah diberikan warna direbus untuk menghilangkan lilinnnya. Kain yang telah direbus dijemur di panas matahari.

Pada tahap ini, proses dapat kembali ke tahap mencanting/dicantangi jika pembatik ingin memberikan banyak warna pada kain batiknya karena pewarnaan batik terbatas hanya satu warna dengan sekali celup. Untuk menebalkan dan menegaskan warna juga harus melalui tahap mencanting/dicantangi lagi.

  • Mencuci/direndam di air dingin

Proses merendam batik dengan air dingin, terlihat warna yang dihasilkan. sumber: innayah.com

Jika pembatik telah puas dengan karyanya. Kain tersebut dapat dicuci atau direndam air dingin.

Ciri-ciri batik tulis:

  • Mempunyai goresan dan penumpukan warna yang khas;
  • Bentuk gambar atau motif tidak ada pengulangan yang jelas atau mirip sekali;
  • Warna dan gambar pada batik terlihat jelas di kedua sisi;
  • Aroma kain yang khas, jika menggunakan pewarna alam;

Kelebihan batik tulis:

  • Memiliki keindahan tersendiri dan unik;
  • Detail dan warna sangat baik;
  • Meningkatkan derajat pemakainya;

Kekurangan batik tulis:

  • Harganya cukup mahal

 

Kenali Batik Cap

Ketika batik dapat digunakan oleh masyarakast luas, produksi batik menjadi sebuah industri yang memenuhi permintaan pasar. Namun, produksi batik yang pada waktu itu hanya dengan ditulis tidak dapat memenuhi permintaan. Akhirnya, tercipta sebuah metode baru dengan menggunakan cap yang dapat mempersingkat waktu produksi.

Cap yang digunakan biasanya berukuran 20 x 20 cm atau lebih. Memiliki pengulangan motif yang relatif sempit.

Proses pembuatan batik cap:

  • Mencap kain

Seorang mahasiswi belajar membatik dengan menggunakan cap. sumber: radioaustralia.net.au

Cap yang telah dicelupkan lilin ditempel ke kain tanpa menggambar pola terlebih dahulu.

  • Mewarnai

Prinsipnya, batik diwarnai dengan cara dicelup ke dalam air yang diberikan pewarna. Lilin yang menempel pada kain akan menghalangi warna menyerap pada kain.

  • Merebus kain/Nglorod

Kain yang sudah diberikan warna direbus untuk menghilangkan lilinnnya. Kain yang telah direbus dijemur di panas matahari.

  • Mencuci/direndam di air dingin

Kain batik yang telah melewati proses ngolord direndam air dingin.

Ciri-ciri batik cap:

  • Gambar dan motif mempunyai pengulangan yang lebih sempit dan ada kemungkinan tidak nyambung;
  • Ada perbedaan ketajaman warna dan detail di kedua sisi;

Kelebihan batik cap:

  • Harga batik cap cukup terjangkau;
  • Batik cap masih tergolong kain batik karena menggunakan media lilin sebagai bahan perintang.

Kekurangan batik cap:

  • Kualitas gambar dan warna tidak sebaik batik tulis.

 

Kenali Batik Print

Batik print adalah hasil inovasi produksi batik. Ketika Industri batik semakin besar, permintaan pasar semakin banyak, membutuhkan produksi yang besar pula. Produksi batik dengan ditulis dan dicap dirasakan masih kurang memunuhi kebutuhan pasar. Batik print mulai diproduksi.

Proses pembuatan batik print:

  • Menyiapkan desain

Desain yang disiapkan kira-kira ukuran kain 2 x 1 m atau seukuran dengan kain bahan dasar.

  • Cetak desain dalam plankan

Desain batik di atas plangkan. sumber: pictastar.com/@alighufron

Desain dicetak di plankan. Setiap warna membutuhkan plankan yang berbeda.

  • Menyablon

Membuat batik print seperti menyablon. Batik print dikerjakan secara manual. sumber: http://yumnviabatik.blogspot.co.id

Tuangkan warna, lalu tarik pewarna dari ujung yang satu ke ujung yang lainnya.

  • Mengeringkan kain

Kain yang telah diwarnai dikeringkan, sebelum ditambahkan warna lainnya.

Ciri-ciri batik print:

  • Ketebalan warna dan kecerahan antara kedua sisi tidak sama;
  • Garis-garis motifnya akurat;
  • Jika dibuat di atas kain Polyster 100% atau Rayon 100% dapat memperoleh hasil print yang kedua sisinya tembus dan berefek hampir sama.

Kelebihan batik print:

  • Harganya relatif murah;
  • Garis-garis motifnya tajam.

Kekurangan batik print:

  • Sebagian orang menilai, batik print bukanlah kain batik. Namun, kain yang mempunyai corak atau motif karena dalam proses pembuatannya tidak menggunakan lilin.

 

Perbedaan Batik Tulis, Batik Cap dan Batik Print

Perbedaan yang nampak antara tiga jenis batik yang dibedakan dari cara membuatnya. sumber: sanggarbatikkatura.com

Perbedaan yang mudah terlihat antara batik tulis, batik cap dan batik print adalah dengan melihat di kedua sisi kain.

Seperti gambar yang dapat dilihat di atas. Pada batik tulis tidak ada perbedaan antara sisi depan dan belakangnya. Pada batik cap, terjadi sedikit perbedaan. Bagian kain yang dalam agak sedikit pudar dan kurang ketajaman. Sedangkan, batik print sangat beda ketajaman warna jika dibandingkan dengan sisi depan kain.

Namun, seperti yang telah dituliskan di atas. Batik print dapat menyerupai batik tulis dengan memiliki ketajaman warna dan motif di kedua sisi.

Pembeli dapat melihat kembali detail kain. Corak pada batik print akan terlihat sangat rapi dan tegas karena pembuatan pola menggunakan mesin. Sedangkan, batik print adalah batik yang dikerjakan dengan tangan.

Sekarang, sudah tau bukan perbedaan antara batik tulis, batik cap dan batik print. Silahkan dipilih sesuai selera. Jadilah, pembeli yang kritis dan pintar.

error: Maaf, konten terproteksi.