Ancaman limbah industri batik di Kota-kota besar penghasil batik seperti Solo, Yogyakarta dan Pekalongan sangat memprihatinkan. Berbagai sungai telah tercemar hingga taraf yang tidak dapat dimanfaatkan untuk air minum, mencuci dan mandi. Keprihatinan ini membawa kepada ide-ide dan usaha mengatasi limbah batik yang dilakukan pemerintah, lembaga sosial dan mahasiswa.
Kota-kota besar seperti Solo, Yogyakarta dan Pekalongan terkenal sebagai penghasil batik karena memiliki sejarah panjang dan terus melestarikan batik dari masa ke masa. Produksi batik pada masa lalu menggunakan pewarna alam yang ramah dengan lingkungan. Namun, produksi batik berkembang menjadi industri rumahan yang sangat bersifat ekonomi.
Pewarna alam yang dinilai kurang menguntungkan karena harus melalui proses yang sangat panjang sebelum dapat digunakan mulai digantikan perannya dengan pewarna sintetis.
(Mari mengenali pewarna alam dan pewarna sintetis pada Batik!)
Pewarna sintetis memiliki berbagai kelebihan yang tidak dimiliki oleh pewarna alam. Seperti, cepatnya proses pewarnaan, menghasilkan warna yang lebih cerah dengan ketahanan yang baik, dan harga yang lebih ekonomis.
Namun, pewarna sintetis sangat berdampak buruk dan mencemari lingkungan. Jika, tidak diolah terlebih dahulu sebelum menuju ke tempat pembuangan.
Berbagai bahan berbahaya dan beracun yang terkandung di dalam pewarna sintetis seperti Remzol Black B, HCL, Nitrit, dan soda kostik mempunyai dampak buruk bagi kehidupan.
Berbagai indikasi-indikasi polusi dan pencemaran yang diakibatkan limbah industri batik dapat dilihat di sungai daerah Pekalongan, Solo dan Yogyakarta.
Di Pekalongan, seperti yang dikutip dari kumparan.com dalam berita yang terbit pada 2017, kondisi maju mundurnya industri batik di Pekalongan dapat dilihat dari warna air sungai.
“Jika sungainya keruh, berarti industri batiknya sedang baik” Ujar Slamet Purwanto, salah seorang pengelola batik TBiG, Pekalongan.
Okezone.com pada 2008 juga menerbitkan artikel mengenai limbah batik di Pekalongan.
Dalam artikel tersebut menjelaskan endapan limbah batik mengakibatkan air sungai menjadi berwarna kehitam-hitaman dan berbau yang tidak sedap.
Bahkan, ketika musim kemarau kondisi itu menjadi lebih buruk.
Limbah-limbah yang telah bercampur dengan air sungai mengering karena panas matahari sehingga tidak terbawa ke laut.
Hal itu sangat berbahaya bagi kesehatan dan ketidaknyamanan bagi masyarakat sekitar.
Kondisi sungai di Solo juga sama memprihatinkan.
Tercatat pada 2017, terdapat dua artikel mengenai pencemaran lingkungan yang terjadi di Sungai daerah Solo oleh sindonews.com dan solopos.com
Dua anak Sungai Bengawan Solo, Sungai Jenes dan Sungai Premulung, telah tercemar dalam kategori berat karena limbah industri batik di sekitar daerah itu.
Dinas Lingkungan Hidup Solo, telah melakukan uji laboratorium kualitas air sungai di Solo.
Hasilnya, Sungai Jenes dan Premulung telah tercemar dengan logam berat.
Kondisi ini membuat air Sungai Jenes dan Premulung masuk ke dalam kategori kelas empat yang sudah tidak layak bagi pertanian dan perikanan.
Kondisi sungai lainnya yang cukup memprihatinkan adalah Sungai Pepe, Sungai Anyar dan Sungai Gajah Putih.
Walaupun sudah dalam kategori tercemar, ketiga sungai itu masih dalam kategori tiga yang artinya masih dapat dimanfaatkan untuk pertanian dan perikanan.
Di Yogyakarta, air sungai pun telah tercemar.
Tercatat pada 2013 di antara.com dan pada 2015 di merdeka.com.
Seperti yang dikutip dari Antara.com, ada lima warga yang mengalami iritasi kulit setelah mencari rumput di Sungai Rowo Jembangan yang berada di Kabupaten Kulon Progo.
Menurut laporan warga, sebelumnya ada ikan yang mati dengan luka diperutnya.
Pencemaran lingkungan yang terjadi akibat limbah industri batik di tiga daerah tersebut harus dikaji dengan baik.
Pasalnya, pertumbuhan industri batik mempunyai manfaat besar dalam bidang pelestarian dan pengembangan budaya juga meningkatkan perekonomian masyarakat.
Dibutuhkan upaya perlindungan pencemaran lingkungan yang sejalan dengan pertumbuhan industri batik.
Jangan sampai kebangkitan batik Indonesia hanya sebatas dalam taraf ekonomi, tanpa melihat pelestarian lingkungan dan ekosistem budaya Indonesia.
Usaha Mencegah dan Mengatasi Limbah Batik
Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh limbah batik, mendapat perhatian dari berbagai kalangan.
Usaha untuk menangani pencemaran limbah batik dengan membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
IPAL berfungsi untuk menjaga Baku Mutu Limbah (BML) yang telah ditetapkan pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah. Indikator zat pada air yang masih di dalam ambang batas Baku Mutu Limbah (BML) di antaranya:
- COD sebesar 150 mg/l;
- TSS sebesar 50 mg/l;
- BOD sebesar 60 mg/l
- Phenol total sebesar 0,5 mg/l;
- Khrom total sebesar 1,0 mg/l;
- Amoniak total sebesar 8,0 mg/l
- Sulfita sebesar 0,3 mg/l;
- Minyak-lemak sebesar 3,0 mg/l;
- PH sebesar 6 – 9.
Berbagai usaha yang tercatat di berbagai situs dan refrensi dari internet ialah:
Pembuatan Plato oleh Mahasiswa Universitas Indonesia
Tergerak oleh kondisi pencemaran lingkungan akibat limbah batik di Pekalongan, lima mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia membuat Plato – sebuah alat pengolah limbah batik portable pada 2017.
Plato menggunakan kombinasi metode elektrokoagulasi dan fotokatalis. Sehingga, membuatnya dapat mengolah banyak limbah secara simultan, seperti limbah organik, limbah warna hingga limbah logam berat.
Keungulan utama Plato dari IPAL yang lain adalah alat ini dapat berpindah dengan mudah. Sehingga, dapat digunakan secara bergantian oleh pengrajin batik.
Pembuatan IPAL Menggunakan Air Limbah Perut Sapi
Pembuatan IPAL menggunakan air limbah perut sapi tercatat dalam skripsi mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia yang bernama Sucipta Laksono pada Juli 2012.
Air limbah perut sapi ia gunakan sebagai bahan dasar mengumpulkan bakteri untuk pembuatan biofilter – komponen utama dalam IPAL buatannya.
Hasil dari IPAL buatannya adalah proses biologis dengan mempergunakan bakteri perut sapi dapat mengurangi konsentrasi COD yang terkadung dalam limbah cair industri batik.
Kelebihan media biofilter yang ia kaji ialah lebih sederhana dibandingkan dengan sistem pengolahan lumpur aktif.
(Baca selengkapnya skripsi Sucipta Laksono!)
Pembuatan IPAL dengan Limbah Batu Bata
Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan penelitian pembuatan IPAL dengan bahan dasar limbah batu bata pada 2017.
Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama 3 bulan yang melibatkan mahasiswa angkatan 2014 dan 2015 berhasil menemukan solusi alternatif.
Penelitian ini menilai bahwa dengan memanfaatkan limbah batu bata hasil pembangunan yang dikombinasikan dengan tiO2 sebagai katalis menggunakan bantuan cahaya sangat efektif dalam menyerap zat warna pada limbah batik.
Keunggulan inovasi ini adalah cukup ekonomis dan ramah lingkungan karena menggunakan limbah yang sudah tidak terpakai.
Sosialisasi Metode Adsorpsi Limbah Batik oleh KKN Undip
Pada Februari 2017, mahasiswa Undip mensosialisasikan metode adsorpsi limbah batik dan jeans di padepokan batik pesisir, Kecamatan Wiradesa, Pekalongan.
Metode adsorpsi ini menyaring limbah tekstil batik atau jeans dengan menggunakan zeolit aktif, karbon aktif, ijuk, kerikil dan pasir.
Menurut salah satu mahasiswi Undip, metode adsorpsi memiliki beberapa keungulan dibandingkan dengan metode filtrasi, koagulasi dan elektrodekolorisasi.
Aksi yang dilakukan mahasiswa dan mahasiswi Undip ini mendapatkan apresiasi dari Sekretaris Bappeda Pekalongan, Abdul Kholiq.
Beliau berharap dapat meningkatkan kerjasama dengan Undip karena pihaknya butuh teknologi dan inovasi yang dikembangkan oleh kampus.
Penyusunan Strategi Pengelolaan Air Limbah Sentra UMKM Batik yang Berkelanjutan
Tercatat dalam Jurnal Ilmu Lingkungan Volume 11 Issue 2: 62 – 72 (2013), Strategi Pengelolaan Air Limbah Sentra UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) Batik yang berkelanjutan disusun oleh 3 mahasiswa Undip.
Strategi ini disusun untuk mengatasi limbah batik yang terdapat di Desa Banaran, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo yang merupakan salah satu sentra industri UMKM.
Mengutip dari abstak penelitian tersebut, penyusunan strategi ini dalam perspektif good governance berdasarkan kajian aspek teknis, aspek ekonomi, aspek manajemen dan aspek sosial dengan menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threats) dilanjutkan penentuan prioritas strategi dengan metode AHP (Analytical Hierarchy Process).
Hasil dari penelitian ini menghasilkan priortas strategi untuk mewujudkan pengelolaan air limbah UMKM Batik, ialah:
- Aspek Manajemen: Penyusunan kebijakan dan program pengelolaan air limbah UMKM Batik;
- Aspek Teknis: Penentuan lahan untuk Instalasi Pengelolah Air Limbah (IPAL) yang representatif;
- Aspek Ekonomi: Swadana UMKM Batik dalam operasional dan perawatan IPAL, dan;
- Aspek Sosial: Pembinaan teknis kepada UMKM Batik dalam pengelolaan air limbah.
(Baca selengkapnya Strategi Pengelolaan Air Limbah Sentra UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) Batik yang berkelanjutan)
Pembuatan IPAL yang dilakukan oleh Tim dari UGM
Pada 2012, tim yang terdiri dari mahasiswa Universitas Gadjah Mada membuat IPAL menggunakan bak oil catcher dan filtrasi horizontal.
Proses pengolahan limbah batik ini melalui lima tahapan:
- Limbah dialirkan ke dalam bak pengendapan (sedimentasi) dan equalisasi;
- Limbah dialirkan ke dalam bak kontrol yang terbuat dari batu bata yang diplester halus dengan oveflow di bagian atas;
- Lalu limbah dialirkan ke bak skimming dengan overflow di bagian bawah;
- Lalu dialirkan kembali ke bagian saringan yang menggunakan bahan kawat kasa screen;
- Terakhir, ditampung di bak rawa buatan yang telah diisi dengan split, arang aktif, dan zeolit.
Di atas IPAL ini dapat ditanam tumbuhan seperti sri rejeki atau pisang.
Hasil dari proses ini menunjukan bahwa nilai limbah batik telah menurun secara signifikan. Walaupun, kondisinya masih belum memenuhi Baku Mutu Limbah.
Keunggulan IPAL buatan mahasiswa UGM ini adalah nilai ekonomis yang murah, lahan yang efisien karena IPAL dipasang di bawah tanah, jadi di atas IPAL dapat digunakan untuk aktivitas lainnya
pembuatan dan mudah mendapatkan bahan. Selain itu, instalasi ini juga murah, efi sien lahan, karena lahan yang digunakan tidak terlalu luas, hanya 2 m x 6 m. “Bangunan IPAL berada di dalam tanah, permukaan atas bangunan tertutup sehingga rata dengan lahan yang lain. Di atas IPAL dapat digunakan untuk aktivitas lainnya, karena dari luar rata dan sama dengan tanah atau lahan sekitarnya,”
Penutup
Suatu usaha yang telah tumbuh dan berkembang sampai taraf industri selain memiliki nilai ekonomis yang tinggi juga memiliki dampak mencemari lingkungan jika limbahnya tidak diproses terlebih dahulu.
Sebuah keputusan yang tak elok jika mengejar keuntungan yang besar pada saat ini dengan mewariskan alam yang rusak untuk generasi selanjutnya.
Semoga, kesadaran dalam mengelola limbah terus tumbuh diiringi dengan kemajuan inovasi pembuatan IPAL karena apa yang kita tebar hari ini adalah yang akan kita tuai nanti.
Sumber:
Skripsi dan Penelitian:
“Efektivitas Pengolahan Air Limbah Batik dengan Cara Kimia dan Biologi”
http://ejournal.kemenperin.go.id/dkb/article/view/975
“Pengolahan Biologis Limbah Batik Dengan Media Biofilter”
http://lib.ui.ac.id/detail?id=20309381&lokasi=lokal#horizontalTab2
“Strategi Pengelolaan Air Limbah Sentra UMKM Batik yang Berkelanjutan di Kabupaten Sukoharjo”
http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/ilmulingkungan/article/viewFile/6748/5517
Artikel:
“Ipal Batik Kini Lebih Murah”
“Mengolah Limba Batik Agar Tak Mencemari Sungai”
kumparan.com/ochi-amanaturrosyidah/mengolah-limbah-batik-agar-tak-mencemari-sungai
“Mahasiswa UI Ciptakan Alat Pengolah Limbah Batik”
/www.ui.ac.id/berita/mahasiswa-ui-ciptakan-alat-pengolah-limbah-batik.html
“Limbah Batik Penyumbang Tersebar Pencemaran Sungai”
daerah.sindonews.com/read/1244882/22/limbah-batik-penyumbang-terbesar-pencemaran-sungai-1506975635
“Limbah Industri Batik Cemari Sungai-sungai di Solo”
www.solopos.com/2017/10/03/limbah-industri-batik-cemari-sungai-sungai-di-solo-856479
“Sumber Air Tercemar, Mahasiswa UII Mengelola Air Limbah Batik Dengan Bahan Dasar Limbah Batu Bata Yang Ramah Lingkungan”
www.uii.ac.id/sumber-air-tercemarmahasiswa-uii-mengelola-air-limbah-batik-dengan-bahan-dasar-limbah-batu-bata-yang-ramah-lingkungan/
“Pencemaran Limbah Batik di Pekalongan Makin Parah”
news.okezone.com/read/2008/07/04/1/124777/pencemaran-limbah-batik-di-pekalongan-makin-parah
“KKN Undip Sosialisasikan Metode Adsorpsi Limbah Batik Pekalongan”
www.undip.ac.id/language/id/archives/5300
“Limbah Industri Batik di Yogyakarta Rusak Mutu Air Sungai”
www.merdeka.com/peristiwa/limbah-industri-batik-di-yogyakarta-rusak-mutu-air-sungai.html
“BLH Yogyakarta Ambil Sampel Limbah Industri Batik”
www.antaranews.com/berita/357873/blh-yogyakarta-ambil-sampel-limbah-industri-batik