Merayakan Bendera Merah Putih: Ketahui Kandungan Makna dan Sejarahnya

Foto Pengibaran bendera Merah Putih saat Proklamasi

Dialog kesejarahan: Pemuda dan Merah Putih 2017 adalah kegiatan untuk merayakan bendera Merah Putih, bendera kebangsaan Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan di gedung A, Plaza Insan Berprestasi Kemdikbud pada 14 November 2017. Kegiatan ini juga bersamaan dengan Pameran: Sang Merah Putih Sejarah dan Maknanya.

Bangsa Indonesia memiliki hari-hari bersejarah pada bulan-bulan tersebut, misalnya ada hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober dan hari Pahlawan Nasional pada 10 November. Kegiatan ini juga sekaligus merayakan kedua hari bersejarah tersebut.

Dialog kesejarahan yang mengambil tema Merayakan Bendera Pusaka ini ingin membawa kita kembali memaknai apa arti bendera Merah Putih bagi bangsa Indonesia.

Seperti yang kita ketahui, bendera Merah Putih sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Namun, belum ada perhatian yang serius dan dianggap hal yang biasa saja seperti yang diterangkan oleh ibu Triana Wulandari, Direktur Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan dalam laporannya “Belum ada porsi tulisan (penelitian sejarah) tentang bendera Merah Putih.”

Hal senada juga disampaikan oleh bapak Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan “Bendera (Merah Putih) seperti diterima jadi (diwariskan pahlawan) oleh kita sehingga kita lupa sejarah simbol negara ini.”

Padahal, banyak makna dan sejarah dalam bendera Merah Putih. Perjuangan para pahlawan yang mengibarkan bendera adalah perjuangan kolektif bangsa.

Bapak Hilmar juga menyampaikan kepada para tamu undangan yang rata-rata guru dan murid di Jabodetabek, bahwa penghapalan dalam belajar sejarah tidak efektif, tapi dilakukan dengan diskusi antargenerasi. Dari diskusi tersebut akan tercipta kesadaran sejarah.

Kesadaran sejarah mengenai apa yang telah terjadi pada saat ini adalah hasil dari perjuangan dan pekerjaan di masa lalu. Yang terjadi pada saat ini adalah warisan untuk generasi selanjutnya.

Dari kegiatan ini, diharapkan para hadirin dan masyarakat umum dapat mengetahui makna bendera Merah Putih khususnya dan menambah wawasan kesejarahan pada umumnya.

Pada kesempatan ini dihadiri oleh Cak Lontong yang memberikan lawakan-lawakan segarnya mengenai sejarah dan kebanggaan menjadi bangsa Indonesia.

Dialog kesejarahan ini dimoderatori oleh Bapak Sumardiansyah dan menghadiri narasumber di antaranya: Bapak Muhammad Bambang Sulistomo (putra Pahlawan Bung Tomo), Bapak Bonnie Trirayan (Pemimpin Redaksi Majalah Historia) dan Ibu Sarasdewi (Kepala Program Studi Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia)

Penampilan Cak Lontong (Lis Hartono) Dalam Diskusi Pemuda dan Bendera Merah Putih

Dalam penampilannya kali ini, Cak Lontong ditemani oleh dua temannya. Cak Lontong membuka dengan candaan-candaan ringannya. Cak Lontong mengambil nama-nama pejabat untuk dijadikan bahan jokes. Pertama ialah  bapak Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid. Menurut Cak Lontong, bapak Hilmar orang yang sangat sabar seperti kepanjangan namanya “Hilang Marah Fakai Wirid”.

Ibu Direktur Sejarah juga tidak lepas dari sasaran jokes Cak Lontong. Menurutnya, Triana Wulandari berarti “Terpatri Mempesona, Wanita Unggulan dan Selalu Berseri”.

Kehadiran Cak Lontong membawa suasana menjadi cair dan penuh canda. Bahan candaannya yang lain adalah seekor kucing yang biasa berlalu-lalang di Plaza Insan Berprestasi.

Sesi Stand up Comedy Cak Lontong pada rangkaian kegiatan Sang Merah Putih: Sejarah dan Maknanya.

Sesi Stand up Comedy Cak Lontong pada rangkaian kegiatan Sang Merah Putih: Sejarah dan Maknanya.

Kawan Cak Lontong memberikan pertanyaan. “Binatang apa yang jalannya berkaki tiga?” tidak ada yang bisa menjawab. Jawabnya ialah “kucing yang sedang membawa map untuk melamar pekerjaan.” Membuat banyak pengunjung tersenyum.

Cak Lontong memberikan pertanyaan, “Lalu kucing apa yang jalannya dengan dua kaki?” tidak ada yang bisa menjawab. Jawabnya ialah “kucing yang sedang melamar itu sedang mengisi formulir sambil membawa map.” Pengunjung tertawa.

Dalam Stand Up Comedy-nya, Cak Lontong mengatakan bahwa kita harus bangga dengan Indonesia. Adanya Amerika Serikat berkat Indonesia. Kenapa begitu? Pada zaman dahulu, banyak orang Eropa yang berlomba-lomba menuju Indonesia mencari rempah-rempah.

Kebetulan, Christoper Colombus yang disuruh Kerajaan Spanyol mencari rempah-rempah di Indonesia, tersasar ke benua yang sekarang dinamakan Amerika.

Pada zaman Napoleon Bonaparte pun Indonesia memegang peran penting untuk kekalahan Napoleon saat menyerang Rusia. Napoleon saat itu mempunyai tentara terkuat di dunia, namun karena Indonesia ia kalah.

Saat Napoleon menyerang Rusia, tiba-tiba turun salju yang pada saat itu seharusnya belum turun. Itu semua karena Gunung Tambora di Indonesia meletus sehingga menyebabkan pengubahan iklim.

Prajurit Napoleon yang tidak memiliki persiapan menghadapi musim dingin tiba-tiba akhirnya kalah.

Cak Lontong dan kedua temannya membuat para pengunjung tidak henti-hentinya tertawa.

Dialog Kesejarahan: Pemuda dan Merah Putih

Setelah sesi stand up comedy Cak Lontong, dimulai Dialog Kesejarahan: Pemuda dan Merah Putih. Bapak Sumardiansyah diminta memoderatori dialog ini oleh MC.

Sebelum memulai sesi narasumber, Bapak Sumardiansyah memperkenalkan Bapak Muhammad Bambang Sulistomo (putra Pahlawan Bung Tomo) sebagai pembicara pertama, Bapak Bonnie Triyana (Pemimpin Redaksi Majalah Historia) sebagai pembicara kedua dan Ibu Sarasdewi (Kepala Program Studi Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia) sebagai pembicara ketiga.

Bapak Bambang Sulistomo menyampaikan bahwa pada masa penjajahan, ada kelompok-kelompok pemuda yang tinggal di berbagai pelosok tanah air berkumpul di Jakarta untuk melakukan kongres. Untuk apa? karena untuk kemerdekaan, kemerdekaan Indonesia.

Semua bangsa pasti tidak ingin dijajah. Pasti ingin berdaulat menentukan nasibnya sendiri. Maka begitu pula dengan Indonesia. Indonesia merdeka berkat perjuangan bangsa Indonesia.

Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, terdapat 6 kata merdeka disebutkan. Kemerdekaan zaman dahulu adalah kemerdekaan dari penjajah. Sekarang, kemerdekaan adalah untuk kemerdekaan pengembangan diri, kemerdekaan dari penindasan, kemerdekaan dari tekanan-tekanan berbagai pihak.

Kata keadilan juga beberapa kali disebutkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Keadilan adalah dasar dari persatuan di Indonesia yang memiliki kebhinekaan.

Dari persatuan itu bangsa Indonesia dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Kepahlawanan bagi Bapak Bambang Sulistomo mengandung nilai-nilai ketulusan dan ikhlas. Seorang pahlawan adalah seorang yang terus mengusahakan untuk bangsa walaupun luar kapasitas dan kemampuannya.

Pembicara kedua, Bapak Bonnie Triyana menyampaikan pentingnya belajar sejarah yang membangkitkan sifat kritis dan logis. Tujuan belajar sejarah yang utama adalah mengetahui sejarah dengan kritis tidak sekadar menerima. Hapalan akan menghilangkan konteks sejarah.

Suasana Dialog Sejarah: Pemuda dan Merah Putih.

Suasana Dialog Sejarah: Pemuda dan Merah Putih.

Bapak Bonnie Triyana mendukung pernyataan Bapak Hilmar Farid bahwa para pengajar, guru-guru, menjelaskan sebab-musabab suatu peristiwa agar anak-anak dapat berpikiran kritis dan logis.

Beberapa metode yang dapat dicontoh adalah ketika pengalaman beliau ke salah satu galeri nasional di Australia. Pada saat itu Bapak Bonnie melihat sekelompok murid-murid SD sedang berkunjung ditemani oleh guru dan kurator museum.

Guru itu menunjukkan kepada murid-muridnya tentang sebuah lukisan klasik yang bergambar Bunda Maria sedang menggendong bayi dan dikelilingi orang-orang.

Sang guru bertanya “Mengapa pada lukisan-lukisan klasik Bunda Maria memakai baju bir?” murid-murid tidak ada yang bisa menjawab.

Guru tersebut menjelaskan bahwa pada zaman itu, warna biru adalah warna yang paling mahal. Proses pembuatan warna biru menggunakan bahan-bahan yang mahal. Bunda Maria memiliki kedudukan yang tinggi di agama Katholik. Jadi warna biru adalah warna yang sesuai dengan kedudukan Bunda Maria.

Berbeda halnya dengan warna kuning. Warna kuning dihasilkan dari proses yang cukup jorok. Bahan pewarna kuning adalah urin sapi yang diberi makanan khusus.

Lukisan “Kawan-kawan Revolusi”, yang dimaksud adalah wajah yang mempunyai warna kulit yang agak pucat.

Contoh lainnya adalah lukisan Alm. Sudjojono yang berjudul “Kawan-kawan Revolusi”. Menurut keterangan anak Alm Sudjojono, di sana ada seorang yang wajahnya mengenaskan. Ada sejarah tersendiri mengenai sosok tersebut.

Sosok itu bernama Dullah. Ia adalah kawan seperjuangan Alm. Sudjojono ketika masa Agresi Militer I tahun 1946.  Dullah meninggal dengan cara yang cukup tragis.

Ia berlari menyongsong dua buah tank Belanda yang sedang berpatroli. Ia berlari karena merasa granat gembyong yang ia bawa (granat buatan asli pejuang Indonesia yang cara meledakannya harus dicampur oleh suatu bubuk kimia) akan meledak. Ketika granat itu meledak, Dullah meninggal dan membuat rusak tank Belanda.

Bung Karno di depan lukisan "Kawan-kawan Revolusi". sumber: archive.ivaa-online.org

Bung Karno di depan lukisan “Kawan-kawan Revolusi”. sumber: archive.ivaa-online.org

Lukisan itu dipajang di istana negara. Bung Karno sering menceritakan kisah ini kepada tamu-tamunya. Suatu hari, Bung Karno kedatangan tamu dari klub bola yang berasal dari Moskow. Bung Karno menceritakan kisah ini, lalu sang kapten mengajak rekan-rekannya untuk mengheningkan cipta khusus untuk Bung Dullah.

Lukisan "Kawan-kawan Revolusi" karya Sudjojono yang saat ini berada di istana negara. sosok Alm. Dullah yang diceritakan kemungkinan wajah yang dengan kulit yang agak pucat. sumber: 3karya.hypen.web.idLukisan “Kawan-kawan Revolusi” karya Sudjojono yang saat ini berada di istana negara. sosok Alm. Dullah yang diceritakan kemungkinan wajah yang dengan kulit yang agak pucat. sumber: 3karya.hypen.web.id

Jika pelajaran sejarah seperti yang diceritakan oleh Bapak Bonnie akan lebih menarik murid-murid. Murid-murid juga akan mengetahui konteks sebuah benda atau peristiwa yang terjadi saat ini.

Soal pemuda, Pak Bonnie Triyana menarik pada Sumpah Pemuda yang dilaksanakan pada 28 Oktober 1928 di Jalan Kramat, Jakarta. Pada saat itu tercipta sebuah pernyataan yang memiliki nilai geopolitik dan mindscape. Pada saat itu tidak ada isu-isu mayoritas dan minoritas. Semua berkumpul menyatakan satu bangsa, satu nusa dan satu bahasa.

Pemuda Indonesia sangat bersemangat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Salah satunya saat pertempuran di Surabaya, November 1945. Para pemuda mempertahankan kedaulatan Indonesia di bawah gempuran tentara Inggris yang merupakan pemenang Perang Dunia ke-2.

Peristiwa itu mengundang para tokoh pemuda membuat pamflet. Ialah Tan Malaka dan Sutan Sjahrir.

Tan Malaka pada pamfletnya yang berjudul “Muslihat” mengatakan pertempuran Surabaya adalah modal merdeka 100%. Tidak ada perundingan dengan penjajah. Bahwa jika ada maling yang masuk ke rumah kita, kita wajib mengusirnya. Setelah berada di luar rumah baru berunding.

Sutan Sjahrir pada pamfletnya yang berjudul “Perjuangan Kita” mengatakan perjuangan bangsa Indonesia harus menggunakan prinsip kemanusian. Tidak boleh gelap mata.

Dari kedua pamflet itu dapat ditarik bahwa Indonesia mempunyai potensi untuk bersaing dan potensi yang melihat sisi kemanusian.

Bapak Bonnie menutup sesinya dengan pesan setiap generasi menuliskan sejarahnya masing-masing. Belajar sejarah yang baik adalah dengan mendiskusikan  agar tercipta sebuah intersubjektivitas.

Belajar sejarah bukan karena untuk masuk jurusan sejarah, tapi belajar menjadi manusia logis dan kritis. Itu adalah modal bagi generasi-generasi pada masa mendatang.

Pembicara ketiga adalah Ibu Saras Dewi. Saras Dewi menceritakan makna dari bendera Merah Putih. Ia mengambil makna bendera Merah Putih dari yang sangat dekat dengan hidupnya. Yaitu bendera yang setiap menjelang hari kemerdekaan dipasang di halaman rumah dan jika tidak sedang dipasang, dilipat dan disimpan di baret almarhum kakeknya. Baret kebanggan keluarganya.

Kakek dari Saras Dewi adalah seorang veteran perang, mantan anggota resimen I Gusti Ngurah Rai. Almarhum bernama I Made Dhama, ketika masa revolusi ia baru berumur 17 tahun.

Sebelum terjadi Puputan Margarana, almarhum diperintahkan untuk kembali ke Denpasar untuk menjaga pos di sana. Namun, kondisi di Denpasar sudah tidak seperti yang diperintahkan.

Dari penuturan Saras, almarhum kakeknya sering bercerita tentang masa-masa perjuangannya itu. Almarhum  sedih karena tidak terlibat puputan Margarana.

Semasa hidup, kakek I Made Dhama menjadi guru. Almarhum juga membuat Yaysan Taman Pendidikan 1945. Taman Pendidikan yang mendidik putra-pturi Bali untuk nusa dan bangsa.

Ketika menjelang akhir hayatnya, almarhum menuturkan ingin bertemu dengan teman-teman pasukannya.

Puputan Margarana adalah salah satu puputan yang terjadi di Bali. Berbagai puputan pernah terjadi di Bali. Puputan yang terkenal lainnya adalah Puputan Jagaraga. Puputan yang dilakukan oleh Raja Buleleng menghadapi Belanda.

Puputan berasal dari kata puput yang berarti selesai atau habis.

Puputan Margarana adalah perjuangan untuk Indonesia tidak hanya untuk Bali.

Sekarang, generasi muda harus mempertahankan kemerdekaan dengan prestasi.

Menghargai kepahlawanan bagi Saras adalah mengingat korban Tragedi Semanggi I, 13 November dan mengingat perjuangan Almarhum Munir dalam membantu rakyat yang mengalami ketimpangan sosial.

Pameran Sang Merah Putih: Sejarah dan Maknanya

Pameran Sang Merah Putih: Sejarah dan Makananya berlangsung di Plaza Insan Berprestasi, Gedung A, Kemdikbud. Pameran ini berlangsung 10 – 14 November 2017.

Pameran ini berisi foto-foto bersejarah pengibaran bendera Merah Putih yang bersumber dari IPPHOS dan NIGIS yang didapatkan dari Arsip Nasional Republik Indoneisa, ANRI serta beberapa koleksi foto dari Perpustakan Nasional Republik Indonesia. Foto-fotonya dapat dilihat sebagai berikut:

Murid-murid Sekolah Dasar sedang mengunjugi pameran Sang Merah Putih: Sejarah dan Maknanya.

Murid-murid Sekolah Dasar sedang mengunjugi pameran Sang Merah Putih: Sejarah dan Maknanya.

 

 

Tempat Pameran Sang Merah Putih: Sejarah dan Maknanya

 

Penutup

Kegiatan ini membangkitkan kembali makna bendera Merah Putih yang mungkin sudah banyak dilupakan oleh kebanyakan orang Indonesia. Padahal, bendera Merah Putih mempunyai arti dan menyimpan semangat mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Semoga mulai bermunculan penulisan-penulisan dan penilitan sejarah mengenai bendera Merah Putih khususnya dan simbol-simbol kebangsaan pada umumnya. Pada tahun depan, mungkin selain membuat pameran dan dialog juga dibuat sebuah lomba yang memperingati dan merayakan simbol-simbol negara yang memiliki sejarah kebangsaan yang kuat.

Informasi kegiatan-kegiatan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemdikbud yang lain dapat dilihat di sini.

Liputan Temu Wicara 33 Kain Nusantara di Alun-alun Indonesia

Para Pembicara Temu Wicara 33 Kain Nusantara

Temu Wicara 33 Kain Nusantara adalah kegiatan seminar pada 8 November 2017 di Alun-alun Indonesia, Grand Indonesia di jalan MH. Thamrin, Jakarta yang mendiskusikan berbagai aspek mengenai perkembangan kain nusantara di Indonesia. Kegiatan ini terlaksana atas kerjasama Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Palalada.

Temu wicara ini menghadirkan Bapak Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan, Ibu Ananda Moersid, ahli kain tradisional, dan Ibu Des Syamsidar Isa, designer dan ahli fashion di bidang kain tradisional. Sebagai moderator dalam temu wicara ini adalah Ibu Pincky Sudarman.

Agenda temu wicara ini adalah mengulas tentang kain tradisonal Indonesia serta mempromosikan industri kerajinan garment tradisional dan mengulas berbagai tantangan dan kondisi yang dialami oleh penenun dan pengusaha kain tradisional Indonesia.

Sesi Pembicara Temu Wicara 33 Kain Nusantara

Kegiatan ini dibuka oleh moderator Pincky Sudarman dengan memperkenalkan narasumber-narasumber yang akan berbagi informasi.

Pertama adalah Bapak Hilmar Farid. Bapak Hilmar yang sekarang menjabat sebagai Direktur Jenderal Kebudayaan adalah seorang aktivis di bidang kebudayaan. Kedua adalah Ibu Des Syamsidar Isa. Beliau adalah seorang ahli fashion dan disainer yang telah memperkenalkan kain-kain tradisional Indonesia ke Mancanegara. Berpengalaman selama 20 tahun dalam bidang fashion dan disainer. Ketiga adalah Ibu Ananda Moersid. Beliau adalah pemerhati kain tenun.

Bapak Hilmar Farid mendukung tentang kegiatan ini. Ini bentuk dari promosi kain-kain tradisional kepada masyarakat. Sebagai pemerintah yang bekerja dalam kebudayaan ada beberapa hal yang harus disinergikan dalam pemajuan kebudayaan, seperti yang tertuang dalam UU No.5 Thn. 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Dalam bidang tenun, misalnya. Kebanyakan dari pengrajin mengeluhkan susahnya mendapatkan benang untuk menenun. Kebanyakan dari mereka mengimpor benang. Itu karena kurangnya produksi bahan dasar benang yang mungkin berkurangnya ini karena penebangan pohon penghasil bahan dasar benang untuk dijadikan sesuatu yang berguna dalam bidang lain.

Hal ini harus menjadi perhatian. Jika Ingin memajukan kebudayaan kita harus memperhatikan ekosistemnya. Promosi budaya dan masuknya kesenian tradisional ke dalam kurikulum di sekolah itu sangat baik, namun itu belum cukup. Contohnya adalah kondisi tenun tadi. Jika pun tenun sudah terkenal dan masuk ke sekolah. Masih mempunyai persoalan dengan bidang produksinya.

Untuk memajukan sebuah kebudayaan kita harus mengelola dengan baik ekosistem budaya. Ini  menyangkut banyak hal dan keseluruhan aspek. Ketersediaan bahan dasar hanyalah satu aspek. Sebagai wakil pemerintah dalam bidang kebudayaan, Direktorat Jenderal kebudayaan merancang untuk membuat ekosistem kebudayaan yang lebih baik. Tentu ini akan menyangkut bidang yang lebih luas dan merangkul berbagai pihak.

Ibu Des Syamsidar Isa menyampaikan banyak bidang yang harus diperhatikan dalam membangun kerajinan kain nusantara. Dari pengalamannya selama berpuluh tahun dalam pengembangan kerajinan ini. Berbagai aspek yang harus dicermati adalah kondisi pengrajin, pemasaran, dan transfer knowledge ke generasi muda.

Beberapa penenun kenalan beliau, mengkhawatirkan dengan masa depan mereka sebagai penenun. Menenun adalah pekerjaan yang cukup lama dengan menghabiskan waktu seharian penuh. Kegiatan ini sangat berisiko karena belum tentu tenunan mereka dapat terjual, sedangkan kebutuhan hidup harus terus dipenuhi.

Hal ini menyangkut dengan pemasaran dan promosi kain tenun itu sendiri. Jika pasar untuk kain tenun masih terbilang susah dan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup, maka para penun bisa beralih profesi.

Kondisi yang memprihatinkan lainnya adalah beberapa penenun di Sambas ada yang bekerja sebagai penun di Brunei Darussalam. Mereka bekerja untuk digaji. Dalam sehari jam kerja mereka lebih dari 10 jam dengan gaji tetap Rp. 1.580.000 per bulan. Suatu hal yang harus diperhatikan demi kelestarian kain tenun nusantara.

Ibu Des Syamsidar Isa sangat mendukung jika kain nusantara diajarkan di sekolah. Hal itu untuk pelestarian dan transfer knowledge generasi muda. Ibu Sebelum menutup sesinya, Ibu Syamsidar melemparkan sebuah topik yang masih harus digali kembali. Di Sambas, mereka mengenal kata lungi yang mungkin padanannya adalah kata tenun. Sedangkan, di Myanmar mereka juga mempunyai kosa kata lun gi. Suatu hal yang perlu dikaji demi perkembangan kekayaan budaya kita.

Ibu Ananda Moersid menyampaikan bahwa kain tenun, batik, dan kain tradisional lainnya tidak hanya berupa kain dalam kacamata masyarakat pendukungnya. Tapi, mempunyai makna dan tidak lepas dari elemen tata sosial masyarat pendukungnya.

Motif-motif yang digambarkan mempunyai makna tersendiri. Penggunaannya pun juga tidak dapat asal-asalan. Ada motif yang khusus raja. Ada motif untuk pernikahan, kelahiran, juga kematian. Harus ada pengetahuan penggunaan motif-motif tersebut agar pengetahuan itu tidak punah.

Dalam produksi pun harus dilihat nilai-nilai yang terkandung di dalam sebuah alat produksi. Misalnya dalam pewarnaan kain jumputan. Lebih baik memakai biji-bijian untuk membuat jumputannya daripada sebuah plastik yang mempunyai kegunaan yang sama karena pemakaian biji-bijian adalah simbol dari kesuburan.

Hal ini juga harus masuk ke dalam sebuah workshop atau kelas-kelas menenun yang dikelola secara modern. Jangan meninggalkan nilai-nilai dalam pembuatan sebuah kain karena itu lah yang sesungguhnya bermakna.

Sesi Diskusi Temu Wicara 33 Kain Nusantara

Sesi diskusi pada Temu Wicara 33 Kain Nusantara terbagi menjadi dua. Sesi pertama memiliki dua penanggap dan kedua juga memiliki dua penanggap.

Penanggap pertama, seorang bapak yang penulis tidak dapat menuliskan namanya karena kurang jelas terdengar. Beliau bertanya apakah temu wicara ini ada kaitannya dengan UU No. 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan? Juga, menurutnya akan susah kebudayaan jika dibatasi oleh wilayah administrasi. Bagaimana dengan batik Pekalongan, apakah itu menjadi milik Kota Pekalongan atau Kabupaten Pekalongan?

Penanggap pertama adalah ibu Glory (mohon maaf jika salah menulis), soerang pengelola sekolah fasihon. Beliau mendukung pelestarian kain nusantara dan jika memungkinkan dimasukkan ke dalam kurikulum. Pihaknya sendiri sudah memasukan tema-tema Indonesia dalam tiga tahun terakhir.

Bapak Hilmar Farid menanggapi kedua tanggapan tersebut. Menurutnya, pemasukan hal ini ke dalam kurikulum adalah satu hal. Target Direktorat Jenderal Kebudayaan mengelola kebudayaan secara keseluruhan. Usaha ini masih memiliki jalan yang cukup panjang.

UU No. 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan dipandang sebagai platform. Di dalam UU tersebut kita beralih apa yang harus diurus, yaitu tata kelolanya. Dalam tata kelola, penetapan (sebuah bentuk budaya atau seni) adalah langkah pertamanya.

Masuk ke ranah batas administrasi. Itu adalah hal yang pelik. Masuk ke dalam hak cipta. Jika ini hak cipta individual bisa dapat selesai. Misalnya Batik Pekalongan, pemiliknya siapa? Kekayaan intelektual dengan kepemilikan properti tidak lah sama.

Jika suatu budaya atau kesenian muncul nilai ekonomi. Nantinya akan timbul klaim. Ini masalah yang tidak mudah dan tidak dapat dihindari. Untuk menanggulangi hal itu, kita harus membangun kebudayaan terpadu yang berbasis riset.

Ibu Ananda Moersid mengatakan harus ada pendekatan lain untuk menjawab permasalahan-permasalahan ini.

Sesi tanggapan kedua adalah dari Bapak Muhammad Aman (mohon maaf jika salah menulis). Beliau menceritakan pengalamannya sebagai salah satu perwakilan Indonesia yang turut pada rapat UNESCO 2003. Beberapa yang menjadi permasalahan itu sama yaitu klaim. Misalnya pantun, Indonesia join bersama dengan Malysia. Penetapannya berbasis ke masyarakat secara multilateral.

Penutup

Kegiatan berupa temu wicara dan seminar dengan tema ini sangat baik. Memberikan pengetahuan yang terkini tentang kebudayaan Indonesia, kain nusantara khususnya. Semoga dengan dibangkitkannya topik kain nusantara. Membantu terciptanya ekosistem kebudayaan yang harmonis dan memakmurkan pelaku budaya.

Beberapa artikel mengenai kain-kain tradisional Indonesia yang dapat dilihat di website ini adalah:

Koleksi Pilihan Museum-Museum di Sumatera

Dari sekian banyak koleksi museum di Sumatera, ada beberapa yang masuk ke dalam list koleksi pilihan di buku Koleksi Pilihan 25 Museum di Indonesia yang diterbitkan oleh Kemdikbud. Koleksi Pilihan Museum-museum di Sumatera terdiri dari beragam koleksi, ada yang berbentuk sebilah pedang, cap atau stempel kerajaan, kain tenun, patung dan arca, bahkan alat memasak. Artikel ini diharapkan menjadi pelengkap informasi buku yang tertera di atas.

Benda-benda koleksi menjadi koleksi pilihan bukan karena tanpa alasan. Dalam kata pengantar buku di atas, Prof. Agus Aris Munandar membagi dua dasar penetapan suatu koleksi di museum.

Secara umum dasar penetapan suatu koleksi yang dipamerkan di museum, di antaranya:

  1. Semua relia yang dikoleksi mempunyai makna dalam ilmu pengetahuan;
  2. Benda yang dikoleksi berhubungan dengan satu disiplin ilmu;
  3. Benda yang dikoleksi menjadi ikon kebudayaan penting di wilayah tertentu.

Sedangkan, secara khusus dasar penetapan suatu koleksi yang dipamerkan di museum, seperti:

  1. Bentuknya unikum, tidak ada lagi duanya;
  2. Berhubungan dengan pencapaian peradaban tertentu di suatu wilayah;
  3. Berkaitan dengan peristiwa sejarah;
  4. koleksi tersebut merupakan karya terunggul (masterpiece) yang bersifat adikarya;
  5. Mewakili domain tertentu yang telah menjadi umum di wilayah tersebut.

Artikel ini akan membahas beberapa koleksi pilihan museum-museum di Sumatera, seperti:

  1. Museum Negeri Provinsi Nangroe Aceh Darussalam;
  2. Museum Sigenje/Negeri Provinsi Jambi;
  3. Museum Sang Nila Utama/Negeri Provinsi Riau;
  4. Museum Negeri Provinsi Bengkulu;
  5. Museum Negeri Provinsi Sumatera Selatan;
  6. Museum Pemerintah Kabupaten Belitung;
  7. Museum Goedang Ransoem Sawahlunto.

Mari kita lihat satu per satu:

Koleksi Pilihan Museum Negeri Provinsi Nangroe Aceh Darussalam:

Bangunan Museum Aceh. sumber: vhourkhanrasheed.blogspot.co.id

Bangunan Museum Aceh. sumber: vhourkhanrasheed.blogspot.co.id

Museum Negeri Provinsi Nangroe Aceh Darussalam beralamat di jalan Alaidin Mahmudsyah No. 12. Pengunjung dapat mengunjungi museum ini pada Hari Minggu – Selasa pukul 08:00 – 12:00 dan 14:00 – 16:15 dengan harga tiket bervariasi antara Rp. 1.000 – Rp. 5.000. Keterangan lebih lanjut dapat melihat tautan berikut: website resmi Museum Negeri Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

Berikut koleksi-koleksi pilihan dari Museum Negeri Provinsi Nangroe Aceh Darussalam:

Mata uang

Mata uang dari Kerajaan Aceh Darussalam. sumber: tengkuputeh.com

Mata uang dari Kerajaan Aceh Darussalam. sumber: tengkuputeh.com

Dahulu ada dua kerajaan besar di Aceh, yaitu Samudera Pasai dan Kerajaan Islam Aceh Darussalam. Keduanya telah mengenal alat pembayaran berupa mata uang emas yang disebut dirham.

Keduanya berbahan dasar emas, namun memiliki perbedaan ukuran. Dirham Kerajaan Samudera Pasai berukuran diameter 10 – 13 mm dengan ketebalan 0,6 – 1,8 mm. Sedangkan, dirham Kerajaan Aceh Darussalam berukuran diameter 11 -14 mm dengan ketebalan 0,58 – 0,98 mm. Keduanya sama-sama menggunakan tulisan Arab-Jawi.

Menurut penelitian J. Kremmer, nilai tukar mata uang Kerajaan Aceh Darussalam pada masanya ditetapkan sebagai berikut:

  • 1 Tail = 4 Pardu
  • 4 Pardu = 4 Dirham
  • 1 Dirham = 4 Kupang
  • 1 Kupang = 400 Keueh.

Pedang Aman Nyerang

Pedang Aman Nyerang koleksi Museum Negeri Aceh. sumber: http://lintasgayo.co

Pedang Aman Nyerang koleksi Museum Negeri Aceh. sumber: http://lintasgayo.co

Pedang Aman Nyerang adalah pedang yang pernah dimiliki oleh pejuang Aceh yang bernama Aman Nyerang. Aman Nyerang adalah pejuang Aceh yang pernah hidup di hutan belantara selama 20 tahun. Namun, perjuangannya terhenti karena sebuah serangan yang dilakukan tentara Kolonial Belanda di markasnya pada 3 Oktober 1922.

Sang pemimpin penyerangan, Letnan Jordans menyimpan pedang itu hingga membawanya ke negeri Belanda. Namun setelah berpulang, anaknya menjalankan wasiatnya untuk menyerahkan pedang ini kepada Gubernur Aceh Abdullah Puteh melalui Pengurus Yayasan Dana Peucut pada 14 Maret 2013.

Pedang Aman Nyerang menjadi koleksi pilihan karena menyimbolkan suatu perjuangan yang tidak mengenal lelah untuk mengusir penjajah.

Stempel Kerajaan Cap Sikureung

Contoh stempel Cap Sikureung. sumber: http://habaaseuramoe.blogspot.co.id

Contoh stempel Cap Sikureung. sumber: http://habaaseuramoe.blogspot.co.id

Stempel ini adalah stempel kebanggan Kesultanan Aceh Darussalam. Disebut Cap Sikureung karena di stempel ini tertera sembilan lingkaran yang berisi nama-nama sultan yang pernah memerintah Kesultanan Aceh. Setiap masa pemerintahan, mempunyai capnya sendiri. Cap ini berbentuk lingkaran dengan satu lingkaran besar bertuliskan nama sultan yang sedang memerintah dan delapan lingkaran kecil yang mengelilingi lingkaran besar yang bertuliskan 4 nama sultan di luar dan 4 nama sultan di dalam dinasti.

Cap ini melambangkan empat dasar hukum, yaitu Al Quran, Hadis, Ijma Ulama dan Qias. Juga empat jenis hukum, yaitu hukum, adat, qanun dan reusam bagi masyarakat Aceh.

 

Koleksi Pilihan Museum Sigenjei/Negeri Provinsi Jambi

Gedung Museum Negeri Jambi/ Sigenjei. Sumebr: wikimapia.org

Gedung Museum Negeri Jambi/ Sigenjei. Sumebr: wikimapia.org

Dahulu Museum Siginje bernama Museum Negeri Provinsi Jambi. Namun, pada tahun 2012 namanya diubah dan diresmikan oleh Gubernur Sumatera Selatan, Hasan Basri Agus. Museum ini beralamat di Jalan Urip Sumohardjo No. 1 Kota Jambi. Jadwal buka dari Minggu – Kamis pukul 08:00 – 15:00, Jumat pukul 08:00 – 11:00. Laman resmi mengenai museum ini dapat dilihat di sini.

Berikut adalah koleksi pilihan Museum Sigenjei/Negeri Provinsi Jambi:

Arca Avalokiteswara

.

Arca Avalokitesvara yang menjadi koleksi Musuem Jambi. sumber. jaladwara.weebly.com

Arca ini pertama kali ditemukan oleh petani pada 3 Februari 1991 di situs Rantaukapastuo. Berbentuk dewa bertangan empat, namun ada sedikit kerusakan di bagian belakang dan bawah. Berbahan utama Perunggu yang dilapis emas. Diperkirakan berasal dari zaman kerajaan Sriwijaya.

Kalung

Kalung yang menjadi koleksi pilihan museum Jambi. sumber: http://saturnussipengambok.blogspot.co.id

Kalung yang menjadi koleksi pilihan museum Jambi. sumber: http://saturnussipengambok.blogspot.co.id

Kalung berbentuk jalinan kawat lengkap dengan gespernya. Berbahan dasar emas 18 karat dengan sebuah medalion kecil yang terikat diujungnya. Ditemukan oleh petani yang sedang membersihkan ladangnya di dalam timbunan abu gambut pada tahun 1994 di Desa Lambur I, Kabupaten Tanjungjabung Timur.

Medali Turki

Medali dari Kesultanan Turki. sumber globalmuslim.blogspot.com

Medali dari Kesultanan Turki. sumber globalmuslim.blogspot.com

Medali ini diberikan oleh Kesultanan Turki sebagai tanda persahabatan dengan Sultan Taha Saifuddin dalam perjuangan melawan Belanda di Jambi.

Tanduk Bertuliskan Incung

Tanduk yang bertuliskan aksara Incung. sumber:metrojambi.com

Tanduk yang bertuliskan aksara Incung. sumber:metrojambi.com

Koleksi ini berbentuk tanduk kerbau yang dituliskan kalimat-kalimat tentang memanggil roh leluhur, petuah-petuah dan syarat-syarat menjadi pemimpin.

 

Koleksi Pilihan Museum Sang Nila Utama/Negeri Provinsi Riau

Bangunan Museum Sang Nila Utama. sumber: backpackerjakarta.com

Bangunan Museum Sang Nila Utama. sumber: backpackerjakarta.com

Museum Sang Nila Utama atau Negeri Provinsi Riau beralamat di Jalan Jenderal Sudirman No. 194, Tangkerang Selatan, Pekanbaru. Museum ini buka setiap hari pukul 08:00 – 14:00.

Berikut koleksi pilihan di museum Sang Nila Utama/Negeri Provinsi Riau:

Batu Siput

Koleksi Rumah Siput yang telah menjadi batu, Museum Riau, Pekan Baru. Sumber: museumku.wordpress.com

Koleksi Rumah Siput yang telah menjadi batu, Museum Riau, Pekan Baru. Sumber: museumku.wordpress.com

Batu siput yang dipamerkan adalah peninggalan pra sejarah di provinsi Riau. Batu ini beratnya hingga mencapai 1000 ton.

Stempel Kerajaan

Stempel Kerajaan yang menjadi koleksi Museum Riau. sumber: riaudailyphoto.com

Stempel Kerajaan yang menjadi koleksi Museum Riau. sumber: riaudailyphoto.com

Stempel yang ditampilkan di museum ini adalah stempel Kerajaan Riau Lingga yang berlaku pada 1237 H atau 1822 M.

Uang Petik

Uang Petik yang menjadi koleksi pilihan Museum Jambi. Sumber: Koleksi 25 Pilihan Museum-museum di Indonesia

Uang Petik yang menjadi koleksi pilihan Museum Jambi. Sumber: Koleksi 25 Pilihan Museum-museum di Indonesia

Koleksi ini sangat unik. Uang Petik adalah uang yang berbentuk seperti dahan yang diujung-ujungnya terdapat koin-koin. Uang ini digunakan dengan cara memetik pada tangkainya. Berbahan dasar timah dan berasal dari Kepulauan RIau dengan ukuran 19 cm.

 

Koleksi Pilihan Museum Negeri Provinsi Bengkulu

Museum Negeri Provinsi Bengkulu. sumber: initempatwisata.com

Museum Negeri Provinsi Bengkulu beralamat di Jalan Pembangunan No. 8 Padang Harapan, Kecamatan Gading Cempaka. Buka dari Minggu – Selasa pada 08:00 – 13:00. Tutup setiap hari Senin dan libur nasional.

Berikut koloksi pilihan Museum Negeri Provinsi Bengkulu:

Naskah Kuno

Naskah kuno salah satu koleksi museum Bengkulu. sumber: goodnewsfromindonesia.id

Naskah kuno salah satu koleksi museum Bengkulu. sumber: goodnewsfromindonesia.id

Naskah kuno yang ditemukan di Bengkulu bertuliskan huruf Kaganga. Biasanya tertulis di lembaran kulit kayu, bambu dan tanduk kerbau. Naskah ini berisi pesan dan wasiat kepada generasi selanjutnya.

Kerambit

Senjata tradisional Kerambit. Senjata ini mirip dengan senjata yang digunakan salah satu tokoh di The Raid 2. sumber:twitter.com

Senjata tradisional Kerambit. Senjata ini mirip dengan senjata yang digunakan salah satu tokoh di The Raid 2. sumber:twitter.com

Kerambit adalah senjata tradisional masyarakat Bengkulu. Bentuknya melengkung seperti arat tapi hampir setengah lingkaran. Berbahan dasar besi dan dilapisi kayu pada gagangnya.

Meriam Kecepek

Meriam Kecepek. Meriam untuk melawan penjajah Belanda. sumber:http://helarius-henry.blogspot.co.id

Meriam Kecepek. Meriam untuk melawan penjajah Belanda. sumber:http://helarius-henry.blogspot.co.id

Meriam ini termasuk senjata masyarakat Bengkulu ketika melawan penjajahan Belanda. Bahan utama meriam ini adalah tiang telepon atau tiang listrik. Peluru yang digunakan adalah pecahan kaca dan sisa-sisa paku yang ditambah dengan belerang.

 

Koleksi Pilihan Museum Balaputera Dewa/Provinsi Sumatera Selatan

Gedung utama Museum Balaputera Dewa, Palembang. Sumber: http://museumnegerisumsel.blogspot.co.id

Gedung utama Museum Balaputera Dewa, Palembang. Sumber: http://museumnegerisumsel.blogspot.co.id

Museum ini beralamat di Jalan Sriijaya I No.288 KM 5.5, Alang Alang Lebar, Sukaramai, Srijaya, Alang Alang Lebar, Kota Palembang, Sumatera Selatan. Buka pada hari Selasa – Minggu pukul 08:300 – 15:00. Tutup setiap hari Senin dan hari libur

Berikut koleksi pilihan Museum Balaputera Dewa/Provinsi Sumatera Selatan:

Tepak Giwang

Tapak Giwang, salah satu koleksi pilihan di Museum Balaputera Dewa, Palembang. Sumber: eastindiesmuseum.com

Tapak Giwang, salah satu koleksi pilihan di Museum Balaputera Dewa, Palembang. Sumber: eastindiesmuseum.com

Tepak Giwang atau yang disebut juga pekinangan adalah barang yang digunakan pada waktu adat upacara perkawinan atau upacara menyambut tamu.

Tepak Giwang yang menjadi koleksi museum ini berbentuk persegi panjang yang dihias dengan motif tumpal, kertas tempel dan bunga-bunga.  Berbahan dasar kayu mahoni dan kulit lokan (giwang).

Pekinangan ini terbagi atas tiga bagian, yaitu atas, bawah dan dalam.

Arca Batu Gajah

Arca batu Gajah, koleksi Museum Balaputera Dewa, Palembang. Sumber: Indonesiakaya.com

Arca batu Gajah, koleksi Museum Balaputera Dewa, Palembang. Sumber: Indonesiakaya.com

Arca ini berukuran cukup besar dengan panjang 217 cm x tinggi 147 cm x tebal 127 cm.

Dinamakan batu gajah karena arca ini berbentuk sebuah batu yang berukir gajah dikedua sisinya. Di kedua sisigajah digambarkan seorang prajurit yang berpakaian cawat, memakai ikat kepala dan gelang-gelang pada betisnya sambil membawa nekara dan pedang.

Rumah Adat Palembang/Rumah Limas

Rumah Limas yang berada di belakang Museum Balaputera Dewa, Palembang. Sumber: pergiberwisata.com

Rumah Limas yang berada di belakang Museum Balaputera Dewa, Palembang. Sumber: pergiberwisata.com

Rumah adat Palembang ini sangat terkenal karena terpampang di uang pecahan Rp. 10.000. koleksi ini terletak di halaman belakang gedung museum. Suasana sekitarnya cukup asri dan teduh.

 

Koleksi Pilihan Museum Tanjung Pandan/Pemerintah Kabupaten Belitung

Gedung Museum Tanjung Pandan. Sumber: rhien-travel-writing.blogspot.co.id

Gedung Museum Tanjung Pandan. Sumber: rhien-travel-writing.blogspot.co.id

Museum ini beralamat di Jalan Melati No. 41A, Tanjung Pinang,  Belitung. Buka setiap hari pada pukul 08:00 – 17:00. Informasi mengenai lebih lengkap dapat mengunjungi website resmi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Bangke Belitung.

Berikut koleksi pilihan Museum Tanjung Pandan/Pemerintah Kabupaten Belitung:

Lokomotif Kereta Timah

Kereta sarana menyemprot tumpukan tanah/batu timah. sumber: visitbangkabelitung.com

Lokomotif dibuat di Ipswich pada 1908 ini digunakan sebagai sarana untuk menyemprot tumpukan tanah/batu timah yang dialirkan melalui kan.

Pertambangan timah di Kepulauan ini menjadi salah satu latar novel karya Andrea Hirata yang berjudul Laskar Pelangi.

Stempel Keresidenan Belitung

Stempel Asisten REsiden Belitung, koleksi Museum Tanjung Pandan. sumber: Koleksi Pilihan 25 Museum di Indonesia

Stempel ini adalah miliki asisten residen Belitung pertama, A.L.M Clignett yang menjabat pada 1924 – 1933. Namun, pada 1933 Keresidenan Belitung digabung dengan Keresidenan Bangka. Stempel ini bergambar dua buah singa yang mengapit sebuah perisai dan dipinggir atas dan bawahnya bertuliskan asistent resident van Billiton.

Stempel Dipati Cakraningrat

Stempel Dipati Cakraningrat yang menjadi koleksi Museum Tanjung Pandan. sumber: Koleksi Pilihan 25 Museum di Indonesia.

Stempel ini merupakan stempel Kerajaan Balok yang pernah berkuasa di Pulau Belitung. Depati Cakraningrat adalah gelar kebangsawanan Kerajaan Balok. Stempel ini digunakan pada periode 1618 – 1873.

 

Koleksi Pilihan Museum Goedang Ransoem Sawahlunto

Bangunan Museum Goedang Ransoem di Sawahlunto. sumber:wikipedia.org

Bangunan Museum Goedang Ransoem di Sawahlunto. sumber:wikipedia.org

Museum Goedang Ransoem Sawahlunto beralamat di

Berikut ini adalah koleksi-koleksi pilihan di museum Goedang Ransoem Sawanglunto:

Kompresor

Kompresor yang digunakan untuk mengatur suhu adalah salah satu koleksi pilihan museum Goedang Ransoem Sawahlunto. sumber: firzazr.blogspot.com

Kompresor yang digunakan untuk mengatur suhu. sumber: firzazr.blogspot.com

Kompresor ini adalah benda yang digunakan untuk menarik uap panas dari tungku pembakaran melalui pipa-pipa bawah tanah untuk menyalurkannya ke tungku masak.

Benda ini berukuran 5 meter dengan diameter 86 cm. Pada kompresor ini terdapat tuas kontrol panas dan sebuah tangga untuk mencapai tuas tersebut.

Batu Nisan Orang Rantai

Contoh batu nisan orang rantai. sumber viva.co.id

Contoh batu nisan orang rantai. sumber viva.co.id

Orang rantai adalah para tahanan yang ditaruh di Sawahlunto untuk bekerja di tambang batubara. Mereka tidak memiliki nama dalam pembukuan administrasi kolonial. Namun, disetiap tubuhnya di tatto angka yang membedakan dan menjadi identitasnya.

Sewaktu mereka meninggal, hanya ada nomor angka yang menjadi tanda di batu nissan mereka.

Tungku Memasak

Tungku untuk memenuhi kebutuhan pangan para pekerja tambang. sumber: ombolot.wordpress.com

Tungku untuk memenuhi kebutuhan pangan para pekerja tambang. sumber: ombolot.wordpress.com

Tungku ini dipergunakan untuk memasak nasi bagi keperluan pekerja tambang.

Benda ini dibuat pada 1894 dan mulai beroperasi pada 1918. Berukuran cukup besar dengan diameter mencapai 1,32 meter dan tinggi mencapai 60 cm dengan ketebalan 1,2 cm. Tungku ini terdiri dari lapisan luar, periuk ketel, langsang dan penutup periuk. Di atas penutup periuk disambungkan dengan rantai yang menggunakan sistem katrol

 

Penutup

Mengetahui informasi melalui tulisan di atas tidak cukup tanpa mengunjungi museum-museum karena akan ada perbedaan rasa saat melihat langsung benda tersebut, di tambah pengaturan tata letak museum yang sangat baik. Membuat kita seakaan terbawa kepada sebuah perjalanan sejarah suatu peradaban. Ayo kunjungi museum-museum di sekitar kita.

 

error: Maaf, konten terproteksi.